{"title":"可接近性的海洋公园地标,是残疾人的友好目的地","authors":"Luluk Nihayati, Rekta Deskarina","doi":"10.33096/losari.v4i2.72","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pariwisata yang aksesibel menjadi isu menarik dalam Konvensi PBB pada Rights of Disabled Person, bahwa akses dalam bidang pariwisata merupakan hak setiap orang. Difabel memiliki motivasi yang sama untuk berwisata seperti halnya masyarakat pada umumnya, tetapi kenyataannya mereka ridakmemperoleh kesempatan berwisata yang sama. Untuk membuka kesempatan bagi difabel, diperlukan fasilitas yang aksesibel dalam berwisata. Penelitian ini akan membandingkan temuan lapangan dengan teori yang ada secara kualitatif. Di samping itu juga dilakukan koding terhadap hasil wawancara dan kemudian dilanjutkan dengan mengelompokkan hasil koding tersebut ke dalam tema yang telah ditentukan untuk selanjtnya dianalisa. Peneliti perlu melakukan penelitian tentang kelayakan aksesibilitas bagi kaum difabel, penelitian serupa di Merapi Park World Landmark belum pernah dilakukan. Sehingga dapat diketahui kelayakan aksesibilitas yang dapat membuat wisatawan difabel merasa nyaman dan tidak mendapatkan kendala selama berwisata. Kondisi eksisting fasilitas diukur dari kondisi ketersediaan dan kesesuaian, standar yang digunakan dalam penilaian merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 Tahun 2017, tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung. Terdapat enam aspek yang dinilai yaitu jalur pedestrian, jalur pemandu, area parkir, ramp, toilet, rambu dan marka. Jalur pedestrian dan ramp merupakan aspek yang telah memenuhi standar baik dari kesesuaian maupun ketersediaan. Aspek rambu dan marka serta jalur pemandu tidak memenuhi standar sama sekali. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa fasilitas yang tersedia di Merapi World Landmark bagi difabel belum memenuhi standar dan belum dikatakan layak.","PeriodicalId":396296,"journal":{"name":"LOSARI : Jurnal Arsitektur Kota dan Pemukiman","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"AKSESIBILITAS MERAPI PARK WORLD LANDMARK SEBAGAI DESTINASI YANG RAMAH BAGI DIFABEL\",\"authors\":\"Luluk Nihayati, Rekta Deskarina\",\"doi\":\"10.33096/losari.v4i2.72\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Pariwisata yang aksesibel menjadi isu menarik dalam Konvensi PBB pada Rights of Disabled Person, bahwa akses dalam bidang pariwisata merupakan hak setiap orang. Difabel memiliki motivasi yang sama untuk berwisata seperti halnya masyarakat pada umumnya, tetapi kenyataannya mereka ridakmemperoleh kesempatan berwisata yang sama. Untuk membuka kesempatan bagi difabel, diperlukan fasilitas yang aksesibel dalam berwisata. Penelitian ini akan membandingkan temuan lapangan dengan teori yang ada secara kualitatif. Di samping itu juga dilakukan koding terhadap hasil wawancara dan kemudian dilanjutkan dengan mengelompokkan hasil koding tersebut ke dalam tema yang telah ditentukan untuk selanjtnya dianalisa. Peneliti perlu melakukan penelitian tentang kelayakan aksesibilitas bagi kaum difabel, penelitian serupa di Merapi Park World Landmark belum pernah dilakukan. Sehingga dapat diketahui kelayakan aksesibilitas yang dapat membuat wisatawan difabel merasa nyaman dan tidak mendapatkan kendala selama berwisata. Kondisi eksisting fasilitas diukur dari kondisi ketersediaan dan kesesuaian, standar yang digunakan dalam penilaian merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 Tahun 2017, tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung. Terdapat enam aspek yang dinilai yaitu jalur pedestrian, jalur pemandu, area parkir, ramp, toilet, rambu dan marka. Jalur pedestrian dan ramp merupakan aspek yang telah memenuhi standar baik dari kesesuaian maupun ketersediaan. Aspek rambu dan marka serta jalur pemandu tidak memenuhi standar sama sekali. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa fasilitas yang tersedia di Merapi World Landmark bagi difabel belum memenuhi standar dan belum dikatakan layak.\",\"PeriodicalId\":396296,\"journal\":{\"name\":\"LOSARI : Jurnal Arsitektur Kota dan Pemukiman\",\"volume\":\"1 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2019-09-18\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"LOSARI : Jurnal Arsitektur Kota dan Pemukiman\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.33096/losari.v4i2.72\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"LOSARI : Jurnal Arsitektur Kota dan Pemukiman","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33096/losari.v4i2.72","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
可视化旅游在《联合国残疾人权利公约》(united nations convention on Disabled human Rights)上成为一个吸引人的问题,该公约认为,获得旅游业是每个人的权利。不同的人有相同的动力去旅游,就像大多数人一样,但实际上他们有相同的机会。为了为残疾人士提供机会,旅行中需要可视的设施。本研究将实地发现与定性理论进行比较。此外,它还对面试结果进行编码,然后将编码结果分组为分析指定的主题。研究人员需要对残疾人进行更大的可及性研究,Merapi世界地标类似研究从未进行过。这样就可以知道可访问性的可行性,这些可访问性将使残疾游客感到舒适,在旅游过程中不受约束。该设施的存在条件是通过可用性和适当性来衡量的,而评估中使用的标准是2017年14号公共就业部长法中对建筑可行性要求的规定。行人路、导游路、停车场、斜坡、厕所、路标和标志都有六个公认的方面。行人坡道和斜坡是标准兼容性和可用性的方面。路标、路标和导轨的各个方面根本不符合标准。因此,我们可以得出这样的结论:Merapi世界地标上的残疾设施尚未达到标准,也不被认为是可行的。
AKSESIBILITAS MERAPI PARK WORLD LANDMARK SEBAGAI DESTINASI YANG RAMAH BAGI DIFABEL
Pariwisata yang aksesibel menjadi isu menarik dalam Konvensi PBB pada Rights of Disabled Person, bahwa akses dalam bidang pariwisata merupakan hak setiap orang. Difabel memiliki motivasi yang sama untuk berwisata seperti halnya masyarakat pada umumnya, tetapi kenyataannya mereka ridakmemperoleh kesempatan berwisata yang sama. Untuk membuka kesempatan bagi difabel, diperlukan fasilitas yang aksesibel dalam berwisata. Penelitian ini akan membandingkan temuan lapangan dengan teori yang ada secara kualitatif. Di samping itu juga dilakukan koding terhadap hasil wawancara dan kemudian dilanjutkan dengan mengelompokkan hasil koding tersebut ke dalam tema yang telah ditentukan untuk selanjtnya dianalisa. Peneliti perlu melakukan penelitian tentang kelayakan aksesibilitas bagi kaum difabel, penelitian serupa di Merapi Park World Landmark belum pernah dilakukan. Sehingga dapat diketahui kelayakan aksesibilitas yang dapat membuat wisatawan difabel merasa nyaman dan tidak mendapatkan kendala selama berwisata. Kondisi eksisting fasilitas diukur dari kondisi ketersediaan dan kesesuaian, standar yang digunakan dalam penilaian merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 Tahun 2017, tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung. Terdapat enam aspek yang dinilai yaitu jalur pedestrian, jalur pemandu, area parkir, ramp, toilet, rambu dan marka. Jalur pedestrian dan ramp merupakan aspek yang telah memenuhi standar baik dari kesesuaian maupun ketersediaan. Aspek rambu dan marka serta jalur pemandu tidak memenuhi standar sama sekali. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa fasilitas yang tersedia di Merapi World Landmark bagi difabel belum memenuhi standar dan belum dikatakan layak.