{"title":"这表明宗教信仰信仰斗争中的宗教信仰不平等","authors":"Y. Sukardi","doi":"10.46929/GRACIADEO.V2I2.40","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The religious life of society is now increasing sharply both in villages and cities. Strong religious nuance is felt in almost every civilization, environment and activities, so it deserves the title of religious society. But the nature and character, behavior and actions in daily life are not directly proportional to the predicate inherent in a religious society. These situations and conditions provide a strong indication of the gap between high religiosity and low spirituality. The gap was allegedly due to the emphasis on religion as identity rather than appreciation and practice. As a result it damages social life in the face of intolerance and makes religion a humanitarian disaster through radicalism. This phenomenon is still evident before our eyes now in this country. Abstrak Kehidupan keagamaan masyarakat sekarang meningkat tajam luar biasa baik di perkampungan maupun perkotaan. Nuansa keagamaan kental terasakan hampir di setiap peradaban, lingkungan dan kegiatan sehingga layak mendapat predikat masyarakat agamis. Tetapi sifat dan tabiat, perilaku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari tidak berbanding lurus dengan predikat yang melekat sebagai masyarakat agamis. Situasi dan kondisi tersebut memberi sinyalemen kuat adanya kesenjangan antara religiositas yang tinggi dengan spiritualitas yang rendah. Kesenjangan tersebut disinyalir karena penitik-beratan pada agama sebagai identitas bukan pada penghayatan dan pengamalan. Akibat nya mmerusak kehidupan sosial dalam wajah intoleransi dan menjadikan agama sebagai bencana kemanusiaan melalui radikalisme. Fenomena tersebut masih nyata di depan mata saat ini di negeri ini.","PeriodicalId":113383,"journal":{"name":"JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-01-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Sinyalemen Kesenjangan Religiositas Spiritualitas dalam Pergulatan Identitas Masyarakat Agamis\",\"authors\":\"Y. Sukardi\",\"doi\":\"10.46929/GRACIADEO.V2I2.40\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"The religious life of society is now increasing sharply both in villages and cities. Strong religious nuance is felt in almost every civilization, environment and activities, so it deserves the title of religious society. But the nature and character, behavior and actions in daily life are not directly proportional to the predicate inherent in a religious society. These situations and conditions provide a strong indication of the gap between high religiosity and low spirituality. The gap was allegedly due to the emphasis on religion as identity rather than appreciation and practice. As a result it damages social life in the face of intolerance and makes religion a humanitarian disaster through radicalism. This phenomenon is still evident before our eyes now in this country. Abstrak Kehidupan keagamaan masyarakat sekarang meningkat tajam luar biasa baik di perkampungan maupun perkotaan. Nuansa keagamaan kental terasakan hampir di setiap peradaban, lingkungan dan kegiatan sehingga layak mendapat predikat masyarakat agamis. Tetapi sifat dan tabiat, perilaku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari tidak berbanding lurus dengan predikat yang melekat sebagai masyarakat agamis. Situasi dan kondisi tersebut memberi sinyalemen kuat adanya kesenjangan antara religiositas yang tinggi dengan spiritualitas yang rendah. Kesenjangan tersebut disinyalir karena penitik-beratan pada agama sebagai identitas bukan pada penghayatan dan pengamalan. Akibat nya mmerusak kehidupan sosial dalam wajah intoleransi dan menjadikan agama sebagai bencana kemanusiaan melalui radikalisme. Fenomena tersebut masih nyata di depan mata saat ini di negeri ini.\",\"PeriodicalId\":113383,\"journal\":{\"name\":\"JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO\",\"volume\":\"51 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2020-01-28\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.46929/GRACIADEO.V2I2.40\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.46929/GRACIADEO.V2I2.40","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
现在,无论在乡村还是城市,社会的宗教生活都在急剧增加。几乎每一种文明、每一种环境、每一种活动中都能感受到强烈的宗教色彩,因此它是名副其实的宗教社会。但是,日常生活中的性质和品格、行为和行动,并不直接与宗教社会固有的谓词成正比。这些情况和条件强有力地表明了高度宗教虔诚和低灵性之间的差距。据称,这一差距是由于强调宗教是一种身份,而不是对宗教的欣赏和实践。因此,它在面对不容忍时破坏社会生活,并通过激进主义使宗教成为人道主义灾难。这种现象现在在这个国家仍然很明显。摘要:Kehidupan keagamaan masyarakat sekarang mengkat tajam luar biasa baik di perkampungan maupun perkotaan。南安普敦,南安普敦,南安普敦,南安普敦,南安普敦,南安普敦,南安普敦,南安普敦,南安普敦,南安普敦,南安普敦。Tetapi sifat dan tabiat, perbuatan dalam kehidupan sehari-hari berbanding lurus dengan predikat yang melekat sebagai masyarakat agamis。sitasi dan kondisi teresbut成员kuat adanya kesenjangan antara religiositas yang tinggi dengan spiritualitas yang rendah。Kesenjangan tersebut disinyalir karena penitik-beratan pada agama sebagai identitas bukan pada penghayatan dan pengamalan。社会不宽容,不宽容,不宽容,不宽容,不宽容,不宽容,不宽容,不宽容。现象简洁,但具有一定的相关性。
Sinyalemen Kesenjangan Religiositas Spiritualitas dalam Pergulatan Identitas Masyarakat Agamis
The religious life of society is now increasing sharply both in villages and cities. Strong religious nuance is felt in almost every civilization, environment and activities, so it deserves the title of religious society. But the nature and character, behavior and actions in daily life are not directly proportional to the predicate inherent in a religious society. These situations and conditions provide a strong indication of the gap between high religiosity and low spirituality. The gap was allegedly due to the emphasis on religion as identity rather than appreciation and practice. As a result it damages social life in the face of intolerance and makes religion a humanitarian disaster through radicalism. This phenomenon is still evident before our eyes now in this country. Abstrak Kehidupan keagamaan masyarakat sekarang meningkat tajam luar biasa baik di perkampungan maupun perkotaan. Nuansa keagamaan kental terasakan hampir di setiap peradaban, lingkungan dan kegiatan sehingga layak mendapat predikat masyarakat agamis. Tetapi sifat dan tabiat, perilaku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari tidak berbanding lurus dengan predikat yang melekat sebagai masyarakat agamis. Situasi dan kondisi tersebut memberi sinyalemen kuat adanya kesenjangan antara religiositas yang tinggi dengan spiritualitas yang rendah. Kesenjangan tersebut disinyalir karena penitik-beratan pada agama sebagai identitas bukan pada penghayatan dan pengamalan. Akibat nya mmerusak kehidupan sosial dalam wajah intoleransi dan menjadikan agama sebagai bencana kemanusiaan melalui radikalisme. Fenomena tersebut masih nyata di depan mata saat ini di negeri ini.