为了保持美丽的马塔兰格里亚金融体系的稳定,家庭部门的耐用性

Erwin Asida
{"title":"为了保持美丽的马塔兰格里亚金融体系的稳定,家庭部门的耐用性","authors":"Erwin Asida","doi":"10.31764/jabb.v4i1.14210","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Krisis tahun 1997 merupakan gambaran tingginya kenaikan inflasi di Indonesia. Fenomena inflasi saat itu mencapai 82,40% (Anas, 2006). Awal pertengahan tahun 1998 juga mengalami pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Kondisi perekonomian yang stabil merupakan dambaan setiap negara dibandingkan dengan keadaan perekonomian yang selalu berfluktuasi. Stabilitas perekonomian akan menciptakan suasana perekonomian yang kondusif. kondisi iklim yang stabil dalam tingkat kesejahteraan yang diharapkan adalah tujuan di setiap negara. Salah satu upaya menjaga stabilitas ekonomi adalah melalui kebijakan moneter. Misalnya dengan pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas harga (inflasi), pencapaian neraca pembayaran dan pengurangan pengangguran (Natsir, 2008). Stabilitas sistem keuangan suatu negara di antaranya tercermin dari adanya stabilitas harga, dalam artian terdapat harga yang tinggi yang dapat merugikan masyarakat, baik konsumen maupun produsen yang akan merusak sendi-sendi perekonomian. Namun dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menggunakan variabel moneter seperti suku bunga dan jumlah uang beredar untuk mengatasi guncangan ekonomi seperti inflasi. Selain itu perlunya peran pemerintah dalam menjaga rupiah agar tidak terjadi gejolak dalam perekonomian. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil berdampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Diantaranya inflasi yang tinggi akan menyebabkan turunnya pendapatan riil masyarakat sehingga taraf hidup masyarakat turun dan pada akhirnya membuat setiap orang terutama yang miskin semakin miskin. Dari salah satu dampak inflasi yang begitu luas akan berdampak tuntutan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan semakin sulit. Mereka terus meneruskenaikan harga yang diimbangi dengan peningkatan pendapatan masyarakat, dapat dipastikan keadaan Indonesia akan semakin terpuruk. Akibatnya banyak kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi, sehingga banyak hal yang harus dipenuhi dengan cara kredit. Banyaknya kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi akan menimbulkan peluang yang luas bagi perbankan untuk menawarkan kredit yang siap tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ketiga objek penelitian di atas (inflasi, kemiskinan, dan kredit) apakah berpengaruh terhadap stabilitas sistem keuangan? Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI) dengan data time series dari tahun 2007-2015. Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi OLS dengan Eviews 8.0. Berdasarkan penelitian, jika hanya uji parsial variabel kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap stabilitas sistem keuangan sebesar 2,023 dengan α = 10%. Sedangkan dua variabel lainnya (inflasi dan kemiskinan) tidak signifikan terhadap stabilitas sistem keuangan, sedangkan dua variabel lainnya (inflasi dan kemiskinan) tidak signifikan terhadap stabilitas sistem keuangan. Sedangkan nilai R-Square (0.629900), menunjukkan bahwa ketiga variabel independen/bebas yang terdiri dari inflasi, kemiskinan dan kredit secara simultan berpengaruh yang membuat stabilisasi sistem keuangan meningkat atau menurun. Artinya secara bersama-sama variabel independen (inflasi, kemiskinan dan pinjaman) berkontribusi/ pengaruh sebesar 62,9% terhadap stabilitas sistem keuangan.","PeriodicalId":137862,"journal":{"name":"JOURNAL of APPLIED BUSINESS and BANKING (JABB)","volume":"481 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Daya Tahan Sektor Rumah Tangga Dalam Rangka Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan Di Griya Pagutan Indah Kota Mataram\",\"authors\":\"Erwin Asida\",\"doi\":\"10.31764/jabb.v4i1.14210\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Krisis tahun 1997 merupakan gambaran tingginya kenaikan inflasi di Indonesia. Fenomena inflasi saat itu mencapai 82,40% (Anas, 2006). Awal pertengahan tahun 1998 juga mengalami pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Kondisi perekonomian yang stabil merupakan dambaan setiap negara dibandingkan dengan keadaan perekonomian yang selalu berfluktuasi. Stabilitas perekonomian akan menciptakan suasana perekonomian yang kondusif. kondisi iklim yang stabil dalam tingkat kesejahteraan yang diharapkan adalah tujuan di setiap negara. Salah satu upaya menjaga stabilitas ekonomi adalah melalui kebijakan moneter. Misalnya dengan pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas harga (inflasi), pencapaian neraca pembayaran dan pengurangan pengangguran (Natsir, 2008). Stabilitas sistem keuangan suatu negara di antaranya tercermin dari adanya stabilitas harga, dalam artian terdapat harga yang tinggi yang dapat merugikan masyarakat, baik konsumen maupun produsen yang akan merusak sendi-sendi perekonomian. Namun dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menggunakan variabel moneter seperti suku bunga dan jumlah uang beredar untuk mengatasi guncangan ekonomi seperti inflasi. Selain itu perlunya peran pemerintah dalam menjaga rupiah agar tidak terjadi gejolak dalam perekonomian. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil berdampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Diantaranya inflasi yang tinggi akan menyebabkan turunnya pendapatan riil masyarakat sehingga taraf hidup masyarakat turun dan pada akhirnya membuat setiap orang terutama yang miskin semakin miskin. Dari salah satu dampak inflasi yang begitu luas akan berdampak tuntutan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan semakin sulit. Mereka terus meneruskenaikan harga yang diimbangi dengan peningkatan pendapatan masyarakat, dapat dipastikan keadaan Indonesia akan semakin terpuruk. Akibatnya banyak kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi, sehingga banyak hal yang harus dipenuhi dengan cara kredit. Banyaknya kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi akan menimbulkan peluang yang luas bagi perbankan untuk menawarkan kredit yang siap tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ketiga objek penelitian di atas (inflasi, kemiskinan, dan kredit) apakah berpengaruh terhadap stabilitas sistem keuangan? Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI) dengan data time series dari tahun 2007-2015. Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi OLS dengan Eviews 8.0. Berdasarkan penelitian, jika hanya uji parsial variabel kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap stabilitas sistem keuangan sebesar 2,023 dengan α = 10%. Sedangkan dua variabel lainnya (inflasi dan kemiskinan) tidak signifikan terhadap stabilitas sistem keuangan, sedangkan dua variabel lainnya (inflasi dan kemiskinan) tidak signifikan terhadap stabilitas sistem keuangan. Sedangkan nilai R-Square (0.629900), menunjukkan bahwa ketiga variabel independen/bebas yang terdiri dari inflasi, kemiskinan dan kredit secara simultan berpengaruh yang membuat stabilisasi sistem keuangan meningkat atau menurun. Artinya secara bersama-sama variabel independen (inflasi, kemiskinan dan pinjaman) berkontribusi/ pengaruh sebesar 62,9% terhadap stabilitas sistem keuangan.\",\"PeriodicalId\":137862,\"journal\":{\"name\":\"JOURNAL of APPLIED BUSINESS and BANKING (JABB)\",\"volume\":\"481 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-03-29\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"JOURNAL of APPLIED BUSINESS and BANKING (JABB)\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.31764/jabb.v4i1.14210\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JOURNAL of APPLIED BUSINESS and BANKING (JABB)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.31764/jabb.v4i1.14210","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

1997年的危机预示着印尼的通货膨胀加剧。当时的通货膨胀率为82.40% (Anas, 2006)。1998年初,美元也贬值了。与一直波动的经济状况相比,稳定的经济条件是每个国家的愿望。经济的稳定将创造一个有利于经济的氛围。在预期的繁荣水平下,稳定的气候条件是每个国家的目标。保持经济稳定的努力之一是通过货币政策。以经济增长、价格稳定、收支平衡和失业控制(Natsir, 2008)为例。一个国家金融体系的稳定反映在价格的稳定上,从某种意义上说,高价格会损害消费者和生产国的社会。但在实施这些政策时,印尼银行作为货币当局使用利率等货币变量来应对通货膨胀等经济动荡。此外,政府需要在经济中发挥作用,使印尼盾不受进一步的动荡影响。通货膨胀控制的重要性在于考虑到高通胀和不稳定对社会经济条件的负面影响。在其中,高通胀将导致实际收入的下降,从而降低人们的生活水平,最终让每个人,尤其是穷人,变得更穷。造成如此广泛的通货膨胀的影响之一将使人们越来越难以满足需求。他们不断提高价格以满足社会收入的增长,印尼的情况肯定会变得更糟。因此,社会的许多需求是无法满足的,因此许多事情必须以信贷的方式来满足。人们需要满足的许多需求将为银行提供足够的信贷来满足这些需求提供巨大机会。上述三个研究对象(通货膨胀、贫困和信贷)是否影响金融体系的稳定?本研究采用2008 -2015年国家统计局(BPS)和印尼银行(BI)的次要数据进行研究。用Eviews 8.0的OLS回归进行数据分析过程。根据研究,如果只有部分测试2,023大小的贫困对金融系统稳定性的重要影响变量与α= 10%。而另外两个变量(通货膨胀和贫困)对金融体系的稳定并不重要,而另外两个变量(通货膨胀和贫困)对金融体系的稳定却无足轻重。然而,R-Square(0.629900)的价值表明,由通货膨胀、贫困和信贷同时影响的三个独立/独立变量,使得金融体系的稳定增加或减少。这意味着综合独立变量(通货膨胀、贫困和贷款)为金融体系的稳定增加了62.9%。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Daya Tahan Sektor Rumah Tangga Dalam Rangka Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan Di Griya Pagutan Indah Kota Mataram
Krisis tahun 1997 merupakan gambaran tingginya kenaikan inflasi di Indonesia. Fenomena inflasi saat itu mencapai 82,40% (Anas, 2006). Awal pertengahan tahun 1998 juga mengalami pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Kondisi perekonomian yang stabil merupakan dambaan setiap negara dibandingkan dengan keadaan perekonomian yang selalu berfluktuasi. Stabilitas perekonomian akan menciptakan suasana perekonomian yang kondusif. kondisi iklim yang stabil dalam tingkat kesejahteraan yang diharapkan adalah tujuan di setiap negara. Salah satu upaya menjaga stabilitas ekonomi adalah melalui kebijakan moneter. Misalnya dengan pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas harga (inflasi), pencapaian neraca pembayaran dan pengurangan pengangguran (Natsir, 2008). Stabilitas sistem keuangan suatu negara di antaranya tercermin dari adanya stabilitas harga, dalam artian terdapat harga yang tinggi yang dapat merugikan masyarakat, baik konsumen maupun produsen yang akan merusak sendi-sendi perekonomian. Namun dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menggunakan variabel moneter seperti suku bunga dan jumlah uang beredar untuk mengatasi guncangan ekonomi seperti inflasi. Selain itu perlunya peran pemerintah dalam menjaga rupiah agar tidak terjadi gejolak dalam perekonomian. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil berdampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Diantaranya inflasi yang tinggi akan menyebabkan turunnya pendapatan riil masyarakat sehingga taraf hidup masyarakat turun dan pada akhirnya membuat setiap orang terutama yang miskin semakin miskin. Dari salah satu dampak inflasi yang begitu luas akan berdampak tuntutan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan semakin sulit. Mereka terus meneruskenaikan harga yang diimbangi dengan peningkatan pendapatan masyarakat, dapat dipastikan keadaan Indonesia akan semakin terpuruk. Akibatnya banyak kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi, sehingga banyak hal yang harus dipenuhi dengan cara kredit. Banyaknya kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi akan menimbulkan peluang yang luas bagi perbankan untuk menawarkan kredit yang siap tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ketiga objek penelitian di atas (inflasi, kemiskinan, dan kredit) apakah berpengaruh terhadap stabilitas sistem keuangan? Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI) dengan data time series dari tahun 2007-2015. Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi OLS dengan Eviews 8.0. Berdasarkan penelitian, jika hanya uji parsial variabel kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap stabilitas sistem keuangan sebesar 2,023 dengan α = 10%. Sedangkan dua variabel lainnya (inflasi dan kemiskinan) tidak signifikan terhadap stabilitas sistem keuangan, sedangkan dua variabel lainnya (inflasi dan kemiskinan) tidak signifikan terhadap stabilitas sistem keuangan. Sedangkan nilai R-Square (0.629900), menunjukkan bahwa ketiga variabel independen/bebas yang terdiri dari inflasi, kemiskinan dan kredit secara simultan berpengaruh yang membuat stabilisasi sistem keuangan meningkat atau menurun. Artinya secara bersama-sama variabel independen (inflasi, kemiskinan dan pinjaman) berkontribusi/ pengaruh sebesar 62,9% terhadap stabilitas sistem keuangan.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信