{"title":"Lahan Bekas Tambang Timah di Pulau Bangka dan Belitung, Indonesia dan Kesesuaiannya untuk Komoditas Pertanian (Ex-mining land in Bangka and Belitung Islands, Indonesia and their suitability for agricultural commodities)","authors":"nFN Sukarman, Rachmat Abdul Gani","doi":"10.2017/JTI.V41I2.7176","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak : Penambangan timah di Indonesia pada umumnya dilakukan dengan sistem terbuka dengan mengeruk dan merusak tanah lapisan atas sehingga mempengaruhi kesesuaian lahan untuk pertanian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari karakteristik tanah dan biofisik lahan di areal bekas tambang timah di Pulau Bangka dan Belitung serta menilai kesesuaiannya untuk tanaman pertanian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2016 dengan metode survei dan pemetaan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan bekas tambang di kedua pulau tersebut seluas 125.875 ha. Telah terjadi perubahan bentang lahan, yaitu dengan terbentuknya kolong dan timbunan hasil galian. Timbunan galian dibagi menjadi: (1) Tanah galian bagian atas (tanah pucuk), merupakan campuran antara horison A, B dan horison C tanah asli, (2) Tanah galian bagian bawah berasal dari horison C tanah asli, (3) Tailing berupa pasir kuarsa dan sisa pencucian biji timah, dan (4) Campuran tailing dan galian bagian bawah. T ailing dicirikan oleh tekstur kasar dan kandungan hara yang sangat rendah. Tanah pucuk relatif lebih baik dicirikan oleh tekstur sedang sampai agak kasar, dan kandungan C -organik serta hara paling tinggi dibandingkan bagian lainnya. Logam berat yang ditemukan adalah Cu , Pb , Cd , dan Hg . Tanah galian bagian bawah mengandung logam berat paling tinggi, namun kandungan tersebut tergolong sangat rendah dan dalam batas yang aman. Sebagian besar lahan bekas tambang tergolong kelas N1 (tidak sesuai saat ini) karena lahan sudah mengalami degradasi berat. Masukan yang diberikan harus tinggi, agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh secara optimal. Abstract. Tin mining in Indonesia is generally done with an open system by dredging and damaging the topsoil, and hence it changes land suitability. The purpose of this research is to study soil and biophysical characteristics of land in ex-tin mining area in Bangka and Belitung Islands and assess its suitability for agricultural crops. The study was conducted from March to May 2016 with survey and land mapping methods. The results showed that the area of ex-mining land on both islands was 125,875 ha. There has been tremendous changes of the landscape, with the formation of small lakes (voids) and pile of excavation. Heaps of the excavation are: (1) Top soil containing the mixture of horizons A, B and C of the original soil, (2) The bottom part which was derived from C horizon of the original soil, (3) Tailings of quartz sand resulted from washing separating the sand and the ore, and (4) Mixture of tailings and bottom part of soil excavation. Tailing is poorest in fertility and characterized by coarse texture and very low nutrient content. The ‘top soil’ layer is relatively better and characterized by moderate to slightly coarse textures, and the highest in organic and nutrient content than other parts. The heavy metals found were Cu, Pb, Cd, and Hg. The bottom part of excavation contains the highest heavy metals, but the content was within the acceptable limits. Land suitability assessment shows that most of the ex-mining land is classified as N1 (Currently Not Suitable) because the land has experienced severe degradation. The input should be high, so that the cultivated plants can grow optimally.","PeriodicalId":165570,"journal":{"name":"Jurnal Tanah dan Iklim","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"10","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Tanah dan Iklim","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.2017/JTI.V41I2.7176","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 10
摘要
抽水机:印度尼西亚的采矿工作通常是通过开采和破坏上层土壤来实现的。这项研究的目的是研究邦加丹别里通岛锡矿土地的土壤和生物物理特征,并评估其适宜种植农业。这项研究是在2016年3月至5月使用土地测绘方法进行的。研究表明,这两个岛屿的开采面积为125,875英亩(125,875公顷)。随着底层土壤的形成和堆积,地形发生了变化。成堆的挖掘地点分为:(1)土壤挖掘地点顶部(封),是地平线地平线之间的混合A、B、C的祖国,(2)土壤来自地平线C底部挖掘原创,(3)跟踪锡矿石的石英和剩下的洗钱、(4)混合跟踪和挖掘地点的底部。T的特点是纹理粗糙和营养成分很低。相对而言,颗粒土壤的特征最好是质地中等粗细,有机和营养水平是其他部分中最高的。我们发现的重金属包括Cu、Pb、Cd和Hg。在较低的土壤中含有最多的重金属,但含量非常低,在安全范围内。大多数被认为是N1级的土壤,因为土壤已经经历了严重的退化。给予的输入必须很高,这样栽培的植物才能得到最佳的生长。抽象。在印度尼西亚,采矿基本上是通过梦想和破坏上肢,从而改变了土地的自给自足来实现的。这项研究的目的是研究土壤和生物特征,以排除陆地在地球上的邦和别利子地区及其对农业农作物的支持。这项研究是根据2016年3月的调查和土地绘图方法组织的。最近的建议是,前矿业地区位于两个群岛的125,875英亩(125,875公顷)。绿林绿林的变化,形成的小湖和活土。Heaps of the excavation是:(1)顶级赛mixture》containing horizons A、B和C》独创的土地,(2)哪一部分是derived from底部C地平线》之独创的土地,(3)Tailings石英从洗沙resulted separating《沙与矿,和(4)mixture Tailings已久的底部的土地excavation著作百科全书》。尾矿是受精卵和受精卵的最常见的来源。中间商对利润的限制和营养的限制比其他产品更有吸引力。被发现的重金属金属包括Cu、Pb、Cd和Hg,极端暴露在最高端重金属接触层,但内容是在可接受限制之内的。大多数前矿区的土壤土壤都是机密的,因为土地已经经历了几个退化。输入应该是高的,所以文化植物可以变得乐观。
Lahan Bekas Tambang Timah di Pulau Bangka dan Belitung, Indonesia dan Kesesuaiannya untuk Komoditas Pertanian (Ex-mining land in Bangka and Belitung Islands, Indonesia and their suitability for agricultural commodities)
Abstrak : Penambangan timah di Indonesia pada umumnya dilakukan dengan sistem terbuka dengan mengeruk dan merusak tanah lapisan atas sehingga mempengaruhi kesesuaian lahan untuk pertanian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari karakteristik tanah dan biofisik lahan di areal bekas tambang timah di Pulau Bangka dan Belitung serta menilai kesesuaiannya untuk tanaman pertanian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2016 dengan metode survei dan pemetaan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan bekas tambang di kedua pulau tersebut seluas 125.875 ha. Telah terjadi perubahan bentang lahan, yaitu dengan terbentuknya kolong dan timbunan hasil galian. Timbunan galian dibagi menjadi: (1) Tanah galian bagian atas (tanah pucuk), merupakan campuran antara horison A, B dan horison C tanah asli, (2) Tanah galian bagian bawah berasal dari horison C tanah asli, (3) Tailing berupa pasir kuarsa dan sisa pencucian biji timah, dan (4) Campuran tailing dan galian bagian bawah. T ailing dicirikan oleh tekstur kasar dan kandungan hara yang sangat rendah. Tanah pucuk relatif lebih baik dicirikan oleh tekstur sedang sampai agak kasar, dan kandungan C -organik serta hara paling tinggi dibandingkan bagian lainnya. Logam berat yang ditemukan adalah Cu , Pb , Cd , dan Hg . Tanah galian bagian bawah mengandung logam berat paling tinggi, namun kandungan tersebut tergolong sangat rendah dan dalam batas yang aman. Sebagian besar lahan bekas tambang tergolong kelas N1 (tidak sesuai saat ini) karena lahan sudah mengalami degradasi berat. Masukan yang diberikan harus tinggi, agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh secara optimal. Abstract. Tin mining in Indonesia is generally done with an open system by dredging and damaging the topsoil, and hence it changes land suitability. The purpose of this research is to study soil and biophysical characteristics of land in ex-tin mining area in Bangka and Belitung Islands and assess its suitability for agricultural crops. The study was conducted from March to May 2016 with survey and land mapping methods. The results showed that the area of ex-mining land on both islands was 125,875 ha. There has been tremendous changes of the landscape, with the formation of small lakes (voids) and pile of excavation. Heaps of the excavation are: (1) Top soil containing the mixture of horizons A, B and C of the original soil, (2) The bottom part which was derived from C horizon of the original soil, (3) Tailings of quartz sand resulted from washing separating the sand and the ore, and (4) Mixture of tailings and bottom part of soil excavation. Tailing is poorest in fertility and characterized by coarse texture and very low nutrient content. The ‘top soil’ layer is relatively better and characterized by moderate to slightly coarse textures, and the highest in organic and nutrient content than other parts. The heavy metals found were Cu, Pb, Cd, and Hg. The bottom part of excavation contains the highest heavy metals, but the content was within the acceptable limits. Land suitability assessment shows that most of the ex-mining land is classified as N1 (Currently Not Suitable) because the land has experienced severe degradation. The input should be high, so that the cultivated plants can grow optimally.