{"title":"Konsistensi Konsep Keselamatan adalah Anugerah dalam Masa Intertestamental","authors":"Agustin Soewitomo Putri","doi":"10.52220/MAGNUM.V2I1.69","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The period between the Old Testament and the New Testament is often referred to as the intertestamental period which is approximately 400 years apart, during which time no prophet appears to be the successor of God's voice. Ended by the prophet Malachi and the book of Chronicles the Bible does not give any record. This certainly raises so many questions as to what happened in that dark age, whether God really did not do anything among God's people, especially the Israelites, while at that time the Israelites had repeatedly experienced good colonization from Persian, Greek or Roman. By using descriptive methods and historical analysis, this discussion will provide an insight into God's faithfulness to His covenant to the people, and how the concept of salvation has not changed even though in the 400 years that God did not speak to His people. Understanding the consistency of the concept of salvation is a gift in intertestamental times will open a new understanding of the power of God in keeping the covenants and His Word.AbstractMasa antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru seringkali disebut dengan masa intertesta-men yang berjarak lebih kurang 400 tahun, di mana sepanjang masa tersebut tidak ada nabi yang muncul menjadi penerus suara dari Tuhan. Diakhiri oleh Nabi Maleakhi dan kitab Tawarikh maka Alkitab tidak memberikan catatan apa pun. Hal tersebut tentu memunculkan begitu banyak pertanyaan dengan apa yang terjadi dalam masa kegelapan tersebut, apakah memang Allah betul-betul tidak berbuat sesuatu apapun di tengah-tengah umat Tuhan, khususnya bangsa Israel, sementara pada masa tersebut bangsa Israel berkali-kali mengalami penjajahan baik dari Persia, Yunani ataupun Romawi. Dengan menggunakan metode deskriptif dan analisis historis, pemba-hasan ini akan memberikan pandangan tentang kesetiaan Allah dengan perjanjianNya kepada umat, serta bagaimana konsep keselamatan itu tidak mengalami pergeseran sekalipun dalam keadaan 400 tahun Tuhan tidak berbicara kepada umatNya. Memahami konsistensi konsep keselamatan adalah anugerah dalam masa intertestamental akan membukakan pemahaman baru tentang kekuatan Allah dalam memelihara perjanjian dan FirmanNya.","PeriodicalId":233729,"journal":{"name":"MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.52220/MAGNUM.V2I1.69","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
摘要
旧约和新约之间的这段时间通常被称为“新约间期”,间隔大约400年,在这段时间里,似乎没有先知是上帝声音的继承人。以先知玛拉基和历代志结束,圣经没有给出任何记录。这当然引发了很多问题,关于在那个黑暗时代发生了什么,上帝是否真的没有在上帝的子民中做任何事情,尤其是以色列人,而当时以色列人一再经历波斯,希腊或罗马的殖民统治。通过使用描述性的方法和历史分析,这个讨论将提供一个洞察神对他的百姓的约的信实,以及即使在400年里神没有对他的百姓说话,救恩的概念是如何没有改变的。理解救恩概念的一致性是跨约时代的恩赐,将开启对神在遵守圣约和他的话语方面的大能的新理解。【摘要】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】Diakhiri oleh Nabi Maleakhi dan kitab Tawarikh maka Alkitab tidak memberikan catatan apa pun。Hal tersebut tentu memunculkan begitu banyak pertanyaan dengan apa yang terjadi dalam masa kegelapan tersebut, apakah memang Allah betul-betul - begah -tengah umat Tuhan, khususnya bangsa Israel, sementara pada masa terseu bangsa Israel berkali-kali mengalami penjajahan baik dari Persia, Yunani ataupun Romawi。登干语语分析历史,登干语语分析历史,登干语分析历史,登干语分析历史,登干语分析历史,登干语分析历史,登干语分析历史,登干语分析历史,登干语分析历史,登干语分析历史,登干语分析历史,登干语分析历史,登干语分析历史,登干语分析历史,登干语,登干语,登干语,登干语,登干语,登干语,登干语,登干语,登干语,登干语,登干语,登干语。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是我的意思。
Konsistensi Konsep Keselamatan adalah Anugerah dalam Masa Intertestamental
The period between the Old Testament and the New Testament is often referred to as the intertestamental period which is approximately 400 years apart, during which time no prophet appears to be the successor of God's voice. Ended by the prophet Malachi and the book of Chronicles the Bible does not give any record. This certainly raises so many questions as to what happened in that dark age, whether God really did not do anything among God's people, especially the Israelites, while at that time the Israelites had repeatedly experienced good colonization from Persian, Greek or Roman. By using descriptive methods and historical analysis, this discussion will provide an insight into God's faithfulness to His covenant to the people, and how the concept of salvation has not changed even though in the 400 years that God did not speak to His people. Understanding the consistency of the concept of salvation is a gift in intertestamental times will open a new understanding of the power of God in keeping the covenants and His Word.AbstractMasa antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru seringkali disebut dengan masa intertesta-men yang berjarak lebih kurang 400 tahun, di mana sepanjang masa tersebut tidak ada nabi yang muncul menjadi penerus suara dari Tuhan. Diakhiri oleh Nabi Maleakhi dan kitab Tawarikh maka Alkitab tidak memberikan catatan apa pun. Hal tersebut tentu memunculkan begitu banyak pertanyaan dengan apa yang terjadi dalam masa kegelapan tersebut, apakah memang Allah betul-betul tidak berbuat sesuatu apapun di tengah-tengah umat Tuhan, khususnya bangsa Israel, sementara pada masa tersebut bangsa Israel berkali-kali mengalami penjajahan baik dari Persia, Yunani ataupun Romawi. Dengan menggunakan metode deskriptif dan analisis historis, pemba-hasan ini akan memberikan pandangan tentang kesetiaan Allah dengan perjanjianNya kepada umat, serta bagaimana konsep keselamatan itu tidak mengalami pergeseran sekalipun dalam keadaan 400 tahun Tuhan tidak berbicara kepada umatNya. Memahami konsistensi konsep keselamatan adalah anugerah dalam masa intertestamental akan membukakan pemahaman baru tentang kekuatan Allah dalam memelihara perjanjian dan FirmanNya.