{"title":"这是一个自我放纵的学生的夸张","authors":"Imam Fawaid, M. Hayat, Mochamad Aan Sugiharto","doi":"10.22146/jps.v9i2.77475","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Hiperrealitas merupakan konsep yang digunakan oleh Jean Baudrillard untuk menjelaskan fenomena lahirnya realitas-realitas buatan yang melampaui realitas nyata, yang ditandai dengan berkembangnya media sosial yang memfasilitasi individu dalam mengekspresikan diri melalui kode-kode visual sebagai tanda untuk merepresentasikan diri mereka. Implikasinya, individu-individu dalam masyarakat modern menjadi terobsesi untuk selalu tampil cantik sempurna. Oleh karena cantik dipahami sebagai the body as physical, maka untuk menjadi cantik seseorang harus melakukan perawatan dengan memakai skincare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai fenomena tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis dengan teknik penentuan subjek penelitian menggunakan metode snowball. Adapun pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa hiperrealitas cantik yang terjadi pada mahasiswa pemakai skincare dikelompokkan menjadi tiga fase, yaitu fase simulasi sebagai fase awal, fase simulakra sebagai fase tengah, dan fase simulakrum sebagai fase akhir. Fase simulasi terjadi didukung oleh beberapa faktor, antara lain lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan, dan idola yang mengenalkan konstruksi cantik pada subjek penelitian yang kemudian menjadi rujukan untuk ditiru sebagai identitas diri. Fase simulakra terjadi ketika subjek penelitian mulai mempelajari lebih banyak tentang skincare, bereksperimen mencoba berbagai merek skincare, mengikuti akun-akun media sosial skincare, hingga berkonsultasi ke klinik perawatan kulit. Adapun fase simulakrum terjadi ketika subjek penelitian merebut otoritas untuk mereproduksi cantik versinya tetapi terus berproses dalam bayang-bayang negativitas sampai pada titik di mana skincare menjadi kebutuhan baru.","PeriodicalId":211763,"journal":{"name":"Jurnal Pemikiran Sosiologi","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Hiperrealitas Cantik bagi Mahasiswa Pemakai Skincare\",\"authors\":\"Imam Fawaid, M. Hayat, Mochamad Aan Sugiharto\",\"doi\":\"10.22146/jps.v9i2.77475\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Hiperrealitas merupakan konsep yang digunakan oleh Jean Baudrillard untuk menjelaskan fenomena lahirnya realitas-realitas buatan yang melampaui realitas nyata, yang ditandai dengan berkembangnya media sosial yang memfasilitasi individu dalam mengekspresikan diri melalui kode-kode visual sebagai tanda untuk merepresentasikan diri mereka. Implikasinya, individu-individu dalam masyarakat modern menjadi terobsesi untuk selalu tampil cantik sempurna. Oleh karena cantik dipahami sebagai the body as physical, maka untuk menjadi cantik seseorang harus melakukan perawatan dengan memakai skincare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai fenomena tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis dengan teknik penentuan subjek penelitian menggunakan metode snowball. Adapun pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa hiperrealitas cantik yang terjadi pada mahasiswa pemakai skincare dikelompokkan menjadi tiga fase, yaitu fase simulasi sebagai fase awal, fase simulakra sebagai fase tengah, dan fase simulakrum sebagai fase akhir. Fase simulasi terjadi didukung oleh beberapa faktor, antara lain lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan, dan idola yang mengenalkan konstruksi cantik pada subjek penelitian yang kemudian menjadi rujukan untuk ditiru sebagai identitas diri. Fase simulakra terjadi ketika subjek penelitian mulai mempelajari lebih banyak tentang skincare, bereksperimen mencoba berbagai merek skincare, mengikuti akun-akun media sosial skincare, hingga berkonsultasi ke klinik perawatan kulit. Adapun fase simulakrum terjadi ketika subjek penelitian merebut otoritas untuk mereproduksi cantik versinya tetapi terus berproses dalam bayang-bayang negativitas sampai pada titik di mana skincare menjadi kebutuhan baru.\",\"PeriodicalId\":211763,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Pemikiran Sosiologi\",\"volume\":\"4 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-12-02\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Pemikiran Sosiologi\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22146/jps.v9i2.77475\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Pemikiran Sosiologi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22146/jps.v9i2.77475","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Hiperrealitas Cantik bagi Mahasiswa Pemakai Skincare
Hiperrealitas merupakan konsep yang digunakan oleh Jean Baudrillard untuk menjelaskan fenomena lahirnya realitas-realitas buatan yang melampaui realitas nyata, yang ditandai dengan berkembangnya media sosial yang memfasilitasi individu dalam mengekspresikan diri melalui kode-kode visual sebagai tanda untuk merepresentasikan diri mereka. Implikasinya, individu-individu dalam masyarakat modern menjadi terobsesi untuk selalu tampil cantik sempurna. Oleh karena cantik dipahami sebagai the body as physical, maka untuk menjadi cantik seseorang harus melakukan perawatan dengan memakai skincare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai fenomena tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis dengan teknik penentuan subjek penelitian menggunakan metode snowball. Adapun pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa hiperrealitas cantik yang terjadi pada mahasiswa pemakai skincare dikelompokkan menjadi tiga fase, yaitu fase simulasi sebagai fase awal, fase simulakra sebagai fase tengah, dan fase simulakrum sebagai fase akhir. Fase simulasi terjadi didukung oleh beberapa faktor, antara lain lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan, dan idola yang mengenalkan konstruksi cantik pada subjek penelitian yang kemudian menjadi rujukan untuk ditiru sebagai identitas diri. Fase simulakra terjadi ketika subjek penelitian mulai mempelajari lebih banyak tentang skincare, bereksperimen mencoba berbagai merek skincare, mengikuti akun-akun media sosial skincare, hingga berkonsultasi ke klinik perawatan kulit. Adapun fase simulakrum terjadi ketika subjek penelitian merebut otoritas untuk mereproduksi cantik versinya tetapi terus berproses dalam bayang-bayang negativitas sampai pada titik di mana skincare menjadi kebutuhan baru.