{"title":"亚齐的少数民族素描和右边","authors":"Otto Nur Abdullah","doi":"10.58823/jham.v10i10.84","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Dari segi bahasa, rivalitas itu terjadi di dalam masyarakat berumpun bahasa Western Malayo Polyneisian. Rivalitas muncul dalam era kolonial yang mulai memperkenalkan kategori etnis pasca kesultanan. Hal itu semakin kuat, setelah Aceh menjadi bagian dari Republik Indonesia pada 1945, karena mendefinisikan manusia Kreol ini sebagai suku Aceh, yang di masa konflik lalu (1976-2005), sebagai bagian dari taktik untuk melemahkan kekuatan Aceh Merdeka, maka diperkenalkan dikotomi baru antara suku Aceh pesisir dan suku-suku lainnya yang berada di punggung Pegunungan Bukit Barisan, dan di pesisir Barat- Selatan.","PeriodicalId":404941,"journal":{"name":"Jurnal Hak Asasi Manusia","volume":"14 Obstet Gynaecol Sect 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-09-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Sketsa Minoritas dan Hak di Aceh\",\"authors\":\"Otto Nur Abdullah\",\"doi\":\"10.58823/jham.v10i10.84\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Dari segi bahasa, rivalitas itu terjadi di dalam masyarakat berumpun bahasa Western Malayo Polyneisian. Rivalitas muncul dalam era kolonial yang mulai memperkenalkan kategori etnis pasca kesultanan. Hal itu semakin kuat, setelah Aceh menjadi bagian dari Republik Indonesia pada 1945, karena mendefinisikan manusia Kreol ini sebagai suku Aceh, yang di masa konflik lalu (1976-2005), sebagai bagian dari taktik untuk melemahkan kekuatan Aceh Merdeka, maka diperkenalkan dikotomi baru antara suku Aceh pesisir dan suku-suku lainnya yang berada di punggung Pegunungan Bukit Barisan, dan di pesisir Barat- Selatan.\",\"PeriodicalId\":404941,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Hak Asasi Manusia\",\"volume\":\"14 Obstet Gynaecol Sect 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-09-03\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Hak Asasi Manusia\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.58823/jham.v10i10.84\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Hak Asasi Manusia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.58823/jham.v10i10.84","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Dari segi bahasa, rivalitas itu terjadi di dalam masyarakat berumpun bahasa Western Malayo Polyneisian. Rivalitas muncul dalam era kolonial yang mulai memperkenalkan kategori etnis pasca kesultanan. Hal itu semakin kuat, setelah Aceh menjadi bagian dari Republik Indonesia pada 1945, karena mendefinisikan manusia Kreol ini sebagai suku Aceh, yang di masa konflik lalu (1976-2005), sebagai bagian dari taktik untuk melemahkan kekuatan Aceh Merdeka, maka diperkenalkan dikotomi baru antara suku Aceh pesisir dan suku-suku lainnya yang berada di punggung Pegunungan Bukit Barisan, dan di pesisir Barat- Selatan.