{"title":"现代主义问题与伊斯兰智识主义的发展","authors":"Rasid Rasid, Maulana Dwi Kurniasih","doi":"10.15408/mimbar.v38i2.25166","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract. This article is discusses about the modernist issues in the development of Islamic intellectualism, such as pluralism, liberalism, and secularism. To respond to these difficulties, Muslims must take the following steps: 1) paradigm of thinking, 2) open-mindedness and liberation from religious authoritarianism to open the door of ijtihad so that it is not treacherous in religion, 3) foundation in thinking (world view), namely the principles of life, 4) becoming accustomed to always giving rational arguments and providing information in terms of truth, 5) understanding the function of reason and revelation and not being clashed. Intellectualism in Islam may be fostered through increasing the roles of reason and revelation, which should not conflict with one another. Revelation will be an extreme doctrine in the absence of reason, and reason will be tasteless and undirected in the absence of revelation.Abstrak. Artikel ini membahas tentang isu-isu modernis dalam perkembangan intelektualisme Islam, seperti pluralisme, liberalisme, dan sekularisme. Untuk menjawab kesulitan-kesulitan tersebut, umat Islam harus mengambil langkah-langkah berikut: 1) paradigma berpikir, 2) keterbukaan pikiran dan pembebasan dari otoritarianisme agama untuk membuka pintu ijtihad agar tidak berkhianat dalam agama, 3) landasan berpikir ( pandangan dunia), yaitu prinsip-prinsip kehidupan, 4) membiasakan diri untuk selalu memberikan argumentasi yang rasional dan memberikan informasi yang benar, 5) memahami fungsi akal dan wahyu serta tidak berbenturan. Intelektualisme dalam Islam dapat dibina melalui peningkatan peran akal dan wahyu, yang tidak boleh saling bertentangan. Wahyu akan menjadi doktrin yang ekstrim tanpa adanya akal, dan akal akan menjadi hambar dan tidak terarah tanpa adanya wahyu.","PeriodicalId":190687,"journal":{"name":"Mimbar Agama Budaya","volume":"53 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-03-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"THE ISSUES OF MODERNISM AND THE DEVELOPMENT OF ISLAMIC INTELLECTUALISM\",\"authors\":\"Rasid Rasid, Maulana Dwi Kurniasih\",\"doi\":\"10.15408/mimbar.v38i2.25166\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstract. This article is discusses about the modernist issues in the development of Islamic intellectualism, such as pluralism, liberalism, and secularism. To respond to these difficulties, Muslims must take the following steps: 1) paradigm of thinking, 2) open-mindedness and liberation from religious authoritarianism to open the door of ijtihad so that it is not treacherous in religion, 3) foundation in thinking (world view), namely the principles of life, 4) becoming accustomed to always giving rational arguments and providing information in terms of truth, 5) understanding the function of reason and revelation and not being clashed. Intellectualism in Islam may be fostered through increasing the roles of reason and revelation, which should not conflict with one another. Revelation will be an extreme doctrine in the absence of reason, and reason will be tasteless and undirected in the absence of revelation.Abstrak. Artikel ini membahas tentang isu-isu modernis dalam perkembangan intelektualisme Islam, seperti pluralisme, liberalisme, dan sekularisme. Untuk menjawab kesulitan-kesulitan tersebut, umat Islam harus mengambil langkah-langkah berikut: 1) paradigma berpikir, 2) keterbukaan pikiran dan pembebasan dari otoritarianisme agama untuk membuka pintu ijtihad agar tidak berkhianat dalam agama, 3) landasan berpikir ( pandangan dunia), yaitu prinsip-prinsip kehidupan, 4) membiasakan diri untuk selalu memberikan argumentasi yang rasional dan memberikan informasi yang benar, 5) memahami fungsi akal dan wahyu serta tidak berbenturan. Intelektualisme dalam Islam dapat dibina melalui peningkatan peran akal dan wahyu, yang tidak boleh saling bertentangan. Wahyu akan menjadi doktrin yang ekstrim tanpa adanya akal, dan akal akan menjadi hambar dan tidak terarah tanpa adanya wahyu.\",\"PeriodicalId\":190687,\"journal\":{\"name\":\"Mimbar Agama Budaya\",\"volume\":\"53 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-03-11\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Mimbar Agama Budaya\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.15408/mimbar.v38i2.25166\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Mimbar Agama Budaya","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15408/mimbar.v38i2.25166","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
摘要本文讨论了伊斯兰智识主义发展中的现代主义问题,如多元主义、自由主义和世俗主义。为了应对这些困难,穆斯林必须采取以下步骤:1)思维范式;2)思想开放,从宗教威权主义中解放出来,打开伊智提哈德的大门,使其在宗教中不再是背信逆义的;3)思维基础(世界观),即生活原则;4)习惯于总是给出理性的论点,并根据真理提供信息;5)理解理性和启示的功能,而不是冲突。在伊斯兰中,理智主义可以通过增加理性和启示的作用来培养,这两者不应该相互冲突。在没有理性的情况下,启示将是一种极端的教义,而在没有启示的情况下,理性将是无味和无方向的。阿蒂克尔尼的成员们有不同的观点——现代主义、知识主义、伊斯兰主义、独立多元主义、自由主义和世俗主义。为她menjawab kesulitan-kesulitan于,umat伊斯兰教harus mengambil langkah-langkah berikut: 1) paradigma berpikir, 2) keterbukaan pikiran丹pembebasan达里语otoritarianisme蜥蜴为她membuka pintu ijtihad琼脂有些berkhianat dalam蜥蜴,3)landasan berpikir (pandangan杜尼娅)yaitu prinsip-prinsip kehidupan, 4) membiasakan diri为她selalu memberikan argumentasi杨rasional丹memberikan informasi杨benar, 5) memahami fungsi akal丹wahyu舒达有些berbenturan。知识分子主义是指伊斯兰教的知识分子主义,是指伊斯兰教的知识分子主义,是指伊斯兰教的知识分子主义。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。
THE ISSUES OF MODERNISM AND THE DEVELOPMENT OF ISLAMIC INTELLECTUALISM
Abstract. This article is discusses about the modernist issues in the development of Islamic intellectualism, such as pluralism, liberalism, and secularism. To respond to these difficulties, Muslims must take the following steps: 1) paradigm of thinking, 2) open-mindedness and liberation from religious authoritarianism to open the door of ijtihad so that it is not treacherous in religion, 3) foundation in thinking (world view), namely the principles of life, 4) becoming accustomed to always giving rational arguments and providing information in terms of truth, 5) understanding the function of reason and revelation and not being clashed. Intellectualism in Islam may be fostered through increasing the roles of reason and revelation, which should not conflict with one another. Revelation will be an extreme doctrine in the absence of reason, and reason will be tasteless and undirected in the absence of revelation.Abstrak. Artikel ini membahas tentang isu-isu modernis dalam perkembangan intelektualisme Islam, seperti pluralisme, liberalisme, dan sekularisme. Untuk menjawab kesulitan-kesulitan tersebut, umat Islam harus mengambil langkah-langkah berikut: 1) paradigma berpikir, 2) keterbukaan pikiran dan pembebasan dari otoritarianisme agama untuk membuka pintu ijtihad agar tidak berkhianat dalam agama, 3) landasan berpikir ( pandangan dunia), yaitu prinsip-prinsip kehidupan, 4) membiasakan diri untuk selalu memberikan argumentasi yang rasional dan memberikan informasi yang benar, 5) memahami fungsi akal dan wahyu serta tidak berbenturan. Intelektualisme dalam Islam dapat dibina melalui peningkatan peran akal dan wahyu, yang tidak boleh saling bertentangan. Wahyu akan menjadi doktrin yang ekstrim tanpa adanya akal, dan akal akan menjadi hambar dan tidak terarah tanpa adanya wahyu.