Farihin Farihin, Aah Syafaah, Didin Nurul Rosidin
{"title":"Jaringan Ulama Cirebon Abad ke-19 Sebuah Kajian Berdasarkan Silsilah Nasab dan Sanad","authors":"Farihin Farihin, Aah Syafaah, Didin Nurul Rosidin","doi":"10.24235/TAMADDUN.V7I1.4675","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRAK Jaringan Ulama di Cirebon abad ke-19 merupakan rangkaian mata rantai keilmuan baik berupa sanad tarekat yang ketersambungannya merujuk kepada Rasulullah SAW maupun melalui jalur  nasab yang dimiliki oleh para pendiri pesantren di Cirebon yang bermuara kepada Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayat (1448-1568) sebagai pendiri kerajaan Cirebon pada abad ke-15. Keduanya merupakan entry poin yang dapat menghubungkan ketersambungan ulama atau lebih dikenal sebagai jaringan ulama pada abad sebelum dan sesudah abad ke- 19 tersebut. Peran Makkah dan Madinah saat itu, terutama pada abad ke-17 dan 18 bahkan memuncak pada abad ke-19, sangat signifikan dalam membentuk rekonsiliasi tasawuf (mistisisme Islam) dan syariat sehingga muncul istilah neo-sufisme. Dan salah satu bentuk dari neo-sufisme ini adalah pengajaran-pengajaran tarekat selain pengajaran Islam lainnya yang lebih berorientasi kepada fikih. Tarekat Syattariyah kemudian menjadi tarekat yang paling dominan yang diinisiasi oleh para ulama Cirebon yang kemudian membentuk jaringan tersendiri dalam wadah pesantren-pesantren yang tumbuh dan berdiri di Cirebon; selain tentu saja banyak tarekat-tarekat lainnya yang juga berkembang cukup signifikan dengan jumlah pengikut yang cukup massif. Keberadaan pesantren tidak bisa dilepaskan dari keberadaan halaqa; baik di Makkah atau di al-Azhar Kairo, sampai kemudian  pesantren ini mengalami fungsi yang semakin meluas tidak hanya sebagai tempat kajian intelektual dan spiritual semata, tetapi juga sebagai tempat pengkaderan calon ulama-ulama yang kelak menjadi generasi penerus bagi terbentuknya jaringan ulama antar pesantren, khususnya yang berada di wilayah Cirebon. Kata Kunci: Cirebon, Tarekat Syatariyah, sanad, nasab, jaringan ulama","PeriodicalId":107906,"journal":{"name":"Jurnal Tamaddun : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Tamaddun : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24235/TAMADDUN.V7I1.4675","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

摘要

网络抽象科学学者在19世纪位于西是一系列环节好ketersambungannya sanad会众和的指使者所拥有的或通过nasab创始人山向苏南的寄宿学校在位于西渠身份或酋长Syarif Hidayat(1448-1568)作为王国的创始人本人在15世纪。这两个点都可以连接到神职人员之间的联系,或者在19世纪之前和之后的一个世纪里被称为神职人员网络。麦加和麦地那当时的作用,特别是在17和18世纪,甚至在19世纪达到顶峰,对于建立“伊斯兰神秘主义”(islamic misstism)和“伊斯兰主义”(syariat)来说,意义重大。这种新苏菲主义的一种形式是tarekat教学,而不是其他更注重脆弱的伊斯兰教教学。Tarekat shattariyah后来成为Cirebon神职人员引入的最主要的Tarekat,他们后来在建立在Cirebon的寄宿学校的容器中建立了自己的网络;当然,许多其他的tarekat也在蓬勃发展,有相当多的追随者。寄宿学校的存在不能从halaqa的存在中解脱出来;无论是在麦加还是在开罗的爱资哈尔,这一伊斯兰学校一直在发挥越来越大的作用,不仅是作为一个知识分子和精神学者研究的领域,而且是一个未来的文学系候选人的活动场所,这个文学系将成为国际教育网络的一代继承人,尤其是在西雷邦地区。关键词:Cirebon, Tarekat shatariyah, sanad, nasab,神职人员网络
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Jaringan Ulama Cirebon Abad ke-19 Sebuah Kajian Berdasarkan Silsilah Nasab dan Sanad
ABSTRAK Jaringan Ulama di Cirebon abad ke-19 merupakan rangkaian mata rantai keilmuan baik berupa sanad tarekat yang ketersambungannya merujuk kepada Rasulullah SAW maupun melalui jalur  nasab yang dimiliki oleh para pendiri pesantren di Cirebon yang bermuara kepada Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayat (1448-1568) sebagai pendiri kerajaan Cirebon pada abad ke-15. Keduanya merupakan entry poin yang dapat menghubungkan ketersambungan ulama atau lebih dikenal sebagai jaringan ulama pada abad sebelum dan sesudah abad ke- 19 tersebut. Peran Makkah dan Madinah saat itu, terutama pada abad ke-17 dan 18 bahkan memuncak pada abad ke-19, sangat signifikan dalam membentuk rekonsiliasi tasawuf (mistisisme Islam) dan syariat sehingga muncul istilah neo-sufisme. Dan salah satu bentuk dari neo-sufisme ini adalah pengajaran-pengajaran tarekat selain pengajaran Islam lainnya yang lebih berorientasi kepada fikih. Tarekat Syattariyah kemudian menjadi tarekat yang paling dominan yang diinisiasi oleh para ulama Cirebon yang kemudian membentuk jaringan tersendiri dalam wadah pesantren-pesantren yang tumbuh dan berdiri di Cirebon; selain tentu saja banyak tarekat-tarekat lainnya yang juga berkembang cukup signifikan dengan jumlah pengikut yang cukup massif. Keberadaan pesantren tidak bisa dilepaskan dari keberadaan halaqa; baik di Makkah atau di al-Azhar Kairo, sampai kemudian  pesantren ini mengalami fungsi yang semakin meluas tidak hanya sebagai tempat kajian intelektual dan spiritual semata, tetapi juga sebagai tempat pengkaderan calon ulama-ulama yang kelak menjadi generasi penerus bagi terbentuknya jaringan ulama antar pesantren, khususnya yang berada di wilayah Cirebon. Kata Kunci: Cirebon, Tarekat Syatariyah, sanad, nasab, jaringan ulama
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信