{"title":"Trans Jogja案例研究日惹能源和二氧化碳排放计划的分析","authors":"Angata Rismana, Rachmawan Budiarto, A. W. Harto","doi":"10.5614/JOKI.2019.11.1.1","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Sektor transportasi memiliki proporsi konsumsi energi terbesar kedua di Indonesia setelah sektor rumah tangga. Berdasarkan Indonesia Energy Outlook 2017, konsumsi energi sektor transportasi mencapai 31% dari total kebutuhan dan meningkat 5,2% per tahunnya dalam kurun waktu 2010-2015. Yogyakarta sebagai kota pelajar dan tujuan wisata mendorong perbaikan sistem transportasi umum untuk menekan jumlah penggunaan kendaraan pribadi. Kendaraan listrik merupakan salah satu cara mengatasi ketergantungan bahan bakar berbasis minyak bumi sekaligus dapat menjadi solusi transportasi umum ramah lingkungan dan rendah emisi. Analisis konsumsi energi pada bus listrik dilakukan dengan menggunakan bus Trans Jogja jalur 3B untuk mendapatkan parameter berkendara yang sesuai, dari hasil analisis tersebut dapat ditentukan bus yang memerlukan konsumsi energi dan emisi CO 2 paling sedikit. Melalui hasil penelitian diperoleh siklus berkendara Trans Jogja jalur 3B memiliki jarak 36.818 m, waktu tempuh 5.391 s, dan rerata kecepatan 24,5 km/jam. Berdasarkan pemodelan perhitungan energi tiap lampu lalu lintas, diperoleh konsumsi energi bus listrik sebesar 1,35 kWh/km sedangkan bus konvensional membutuhkan 2,74 kWh/km. Emisi yang dihasilkan dalam satu siklus berkendara bus listrik berdasarkan pemodelan pasokan energi tahun 2025 dan 2050 adalah sebesar 22,13 kgCO 2 dan 19,78 kgCO 2 sedangkan pada bus konvensional sebesar 26,94 kgCO 2.","PeriodicalId":444848,"journal":{"name":"Jurnal Otomasi Kontrol dan Instrumentasi","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Analisis Energi dan Emisi CO2 Rencana Bus Listrik di Yogyakarta Studi Kasus Trans Jogja\",\"authors\":\"Angata Rismana, Rachmawan Budiarto, A. W. Harto\",\"doi\":\"10.5614/JOKI.2019.11.1.1\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Sektor transportasi memiliki proporsi konsumsi energi terbesar kedua di Indonesia setelah sektor rumah tangga. Berdasarkan Indonesia Energy Outlook 2017, konsumsi energi sektor transportasi mencapai 31% dari total kebutuhan dan meningkat 5,2% per tahunnya dalam kurun waktu 2010-2015. Yogyakarta sebagai kota pelajar dan tujuan wisata mendorong perbaikan sistem transportasi umum untuk menekan jumlah penggunaan kendaraan pribadi. Kendaraan listrik merupakan salah satu cara mengatasi ketergantungan bahan bakar berbasis minyak bumi sekaligus dapat menjadi solusi transportasi umum ramah lingkungan dan rendah emisi. Analisis konsumsi energi pada bus listrik dilakukan dengan menggunakan bus Trans Jogja jalur 3B untuk mendapatkan parameter berkendara yang sesuai, dari hasil analisis tersebut dapat ditentukan bus yang memerlukan konsumsi energi dan emisi CO 2 paling sedikit. Melalui hasil penelitian diperoleh siklus berkendara Trans Jogja jalur 3B memiliki jarak 36.818 m, waktu tempuh 5.391 s, dan rerata kecepatan 24,5 km/jam. Berdasarkan pemodelan perhitungan energi tiap lampu lalu lintas, diperoleh konsumsi energi bus listrik sebesar 1,35 kWh/km sedangkan bus konvensional membutuhkan 2,74 kWh/km. Emisi yang dihasilkan dalam satu siklus berkendara bus listrik berdasarkan pemodelan pasokan energi tahun 2025 dan 2050 adalah sebesar 22,13 kgCO 2 dan 19,78 kgCO 2 sedangkan pada bus konvensional sebesar 26,94 kgCO 2.\",\"PeriodicalId\":444848,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Otomasi Kontrol dan Instrumentasi\",\"volume\":\"42 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2019-05-28\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Otomasi Kontrol dan Instrumentasi\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.5614/JOKI.2019.11.1.1\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Otomasi Kontrol dan Instrumentasi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.5614/JOKI.2019.11.1.1","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Analisis Energi dan Emisi CO2 Rencana Bus Listrik di Yogyakarta Studi Kasus Trans Jogja
Sektor transportasi memiliki proporsi konsumsi energi terbesar kedua di Indonesia setelah sektor rumah tangga. Berdasarkan Indonesia Energy Outlook 2017, konsumsi energi sektor transportasi mencapai 31% dari total kebutuhan dan meningkat 5,2% per tahunnya dalam kurun waktu 2010-2015. Yogyakarta sebagai kota pelajar dan tujuan wisata mendorong perbaikan sistem transportasi umum untuk menekan jumlah penggunaan kendaraan pribadi. Kendaraan listrik merupakan salah satu cara mengatasi ketergantungan bahan bakar berbasis minyak bumi sekaligus dapat menjadi solusi transportasi umum ramah lingkungan dan rendah emisi. Analisis konsumsi energi pada bus listrik dilakukan dengan menggunakan bus Trans Jogja jalur 3B untuk mendapatkan parameter berkendara yang sesuai, dari hasil analisis tersebut dapat ditentukan bus yang memerlukan konsumsi energi dan emisi CO 2 paling sedikit. Melalui hasil penelitian diperoleh siklus berkendara Trans Jogja jalur 3B memiliki jarak 36.818 m, waktu tempuh 5.391 s, dan rerata kecepatan 24,5 km/jam. Berdasarkan pemodelan perhitungan energi tiap lampu lalu lintas, diperoleh konsumsi energi bus listrik sebesar 1,35 kWh/km sedangkan bus konvensional membutuhkan 2,74 kWh/km. Emisi yang dihasilkan dalam satu siklus berkendara bus listrik berdasarkan pemodelan pasokan energi tahun 2025 dan 2050 adalah sebesar 22,13 kgCO 2 dan 19,78 kgCO 2 sedangkan pada bus konvensional sebesar 26,94 kgCO 2.