{"title":"宗教因素还是思维方式?宗教原教旨主义在预测政治宽容方面的作用和需要结束的作用","authors":"Adeline Dinda Caesara, Whinda Yustisia","doi":"10.7454/JPS.2021.20","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Beberapa penelitian terdahulu telah menemukan bahwa adanya hubungan yang signifikan dan positif yang kuat antara fundamentalisme agama dan toleransi politik. Meskipun demikian, ada juga penelitian yang menunjukan bahwa hubungan fundamentalisme agama dengan toleransi politik tidak terlalu kuat karena perbedaan individual. Penelitian ini berupaya untuk menguji kembali hubungan antara fundamentalisme agama dan toleransi politik di konteks Indonesia serta melihat efek moderasi need for closure terhadap hubungan dua variabel tersebut. Fundamentalisme agama diprediksi memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan toleransi politik di mana need for closure dapat memperkuat hubungan keduanya. Untuk menguji hipotesis tersebut, penelitian korelasional dilakukan dengan merekrut 211 responden yang beragama Islam dan dijaring secara daring. Sebanyak 64,9% partisipan adalah perempuan. Rata-rata usia responden adalah 27,52 tahun (SD=11,309). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fundamentalisme agama berkorelasi negatif dan signifikan dengan toleransi politik. Need for closure memiliki kontribusi sebagai moderator terhadap hubungan fundamentalisme agama dan toleransi politik, khususnya ketika need for closure tinggi. Namun, tidak ditemukan peranan individual need for closure yang signifikan dalam menjelaskan toleransi politik. Temuan ini menunjukkan pentingnya peran faktor kognitif dalam melemahkan peranan negatif fundamentalisme agama terhadap toleransi politik.","PeriodicalId":282612,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Sosial","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"Karena faktor agama atau gaya berpikir? Peran fundamentalisme agama dan need for closure dalam memprediksi toleransi politik\",\"authors\":\"Adeline Dinda Caesara, Whinda Yustisia\",\"doi\":\"10.7454/JPS.2021.20\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Beberapa penelitian terdahulu telah menemukan bahwa adanya hubungan yang signifikan dan positif yang kuat antara fundamentalisme agama dan toleransi politik. Meskipun demikian, ada juga penelitian yang menunjukan bahwa hubungan fundamentalisme agama dengan toleransi politik tidak terlalu kuat karena perbedaan individual. Penelitian ini berupaya untuk menguji kembali hubungan antara fundamentalisme agama dan toleransi politik di konteks Indonesia serta melihat efek moderasi need for closure terhadap hubungan dua variabel tersebut. Fundamentalisme agama diprediksi memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan toleransi politik di mana need for closure dapat memperkuat hubungan keduanya. Untuk menguji hipotesis tersebut, penelitian korelasional dilakukan dengan merekrut 211 responden yang beragama Islam dan dijaring secara daring. Sebanyak 64,9% partisipan adalah perempuan. Rata-rata usia responden adalah 27,52 tahun (SD=11,309). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fundamentalisme agama berkorelasi negatif dan signifikan dengan toleransi politik. Need for closure memiliki kontribusi sebagai moderator terhadap hubungan fundamentalisme agama dan toleransi politik, khususnya ketika need for closure tinggi. Namun, tidak ditemukan peranan individual need for closure yang signifikan dalam menjelaskan toleransi politik. Temuan ini menunjukkan pentingnya peran faktor kognitif dalam melemahkan peranan negatif fundamentalisme agama terhadap toleransi politik.\",\"PeriodicalId\":282612,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Psikologi Sosial\",\"volume\":\"47 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-08-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Psikologi Sosial\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.7454/JPS.2021.20\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Psikologi Sosial","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.7454/JPS.2021.20","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Karena faktor agama atau gaya berpikir? Peran fundamentalisme agama dan need for closure dalam memprediksi toleransi politik
Beberapa penelitian terdahulu telah menemukan bahwa adanya hubungan yang signifikan dan positif yang kuat antara fundamentalisme agama dan toleransi politik. Meskipun demikian, ada juga penelitian yang menunjukan bahwa hubungan fundamentalisme agama dengan toleransi politik tidak terlalu kuat karena perbedaan individual. Penelitian ini berupaya untuk menguji kembali hubungan antara fundamentalisme agama dan toleransi politik di konteks Indonesia serta melihat efek moderasi need for closure terhadap hubungan dua variabel tersebut. Fundamentalisme agama diprediksi memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan toleransi politik di mana need for closure dapat memperkuat hubungan keduanya. Untuk menguji hipotesis tersebut, penelitian korelasional dilakukan dengan merekrut 211 responden yang beragama Islam dan dijaring secara daring. Sebanyak 64,9% partisipan adalah perempuan. Rata-rata usia responden adalah 27,52 tahun (SD=11,309). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fundamentalisme agama berkorelasi negatif dan signifikan dengan toleransi politik. Need for closure memiliki kontribusi sebagai moderator terhadap hubungan fundamentalisme agama dan toleransi politik, khususnya ketika need for closure tinggi. Namun, tidak ditemukan peranan individual need for closure yang signifikan dalam menjelaskan toleransi politik. Temuan ini menunjukkan pentingnya peran faktor kognitif dalam melemahkan peranan negatif fundamentalisme agama terhadap toleransi politik.