{"title":"对马斯洛需求的层次批评是基于新约中爱的原则","authors":"Welly Welliam Polly, Hartati Muljani Notoprodjo, Kezia Tesalonika Hutauruk","doi":"10.46348/car.v3i1.83","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Teori Hierarki Kebutuhan Maslow banyak dipakai di berbagai bidang karena teori ini secara intuitif tampak logis. Namun setelah dievaluasi dengan antropologi Alkitabiah dan prinsip kasih dalam Perjanjian Baru yang didapat dengan pendekatan teologi biblika, teori ini memiliki tiga kesalahan mendasar sehingga tidak seharusnya dipergunakan sebagai cara untuk manusia mengaktualisasi diri. Pertama, pengabaian Tuhan, Sang Pencipta dan Sumber Kasih Abadi yang sempurna sehingga tidak mengikut-sertakan kebutuhan pemahaman jati diri dan makna/tujuan eksistensi manusia untuk mencapai aktualisasi diri serta tidak mencari pemenuhan kasih dari Allah. Kedua, penempatan kebutuhan kasih bukan di kebutuhan primer bersama dengan kebutuhan fisik. Ketiga, pemisahan kebutuhan rasa berharga dan memiliki dimiliki dari kebutuhan kasih dan diletakkan lebih tinggi dari kebutuhan kasih sedangkan dua kebutuhan ini otomatis terpenuhi ketika kebutuhan kasih terpuaskan. Karena manusia terdiri dari roh dan tubuh, serta roh lebih penting dari tubuh, maka kasih dan kebutuhan fisik adalah kebutuhan primer yang bila dipuaskan akan memampukan manusia mencapai aktualisasi diri yang seharusnya tanpa perlu melalui jenjang kebutuhan rasa berharga dan kebutuhan memiliki-dimiliki.","PeriodicalId":431596,"journal":{"name":"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika","volume":"176 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-04-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"KRITIK HIERARKI KEBUTUHAN MASLOW BERDASARKAN PRINSIP CINTA KASIH DALAM PERJANJIAN BARU\",\"authors\":\"Welly Welliam Polly, Hartati Muljani Notoprodjo, Kezia Tesalonika Hutauruk\",\"doi\":\"10.46348/car.v3i1.83\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Teori Hierarki Kebutuhan Maslow banyak dipakai di berbagai bidang karena teori ini secara intuitif tampak logis. Namun setelah dievaluasi dengan antropologi Alkitabiah dan prinsip kasih dalam Perjanjian Baru yang didapat dengan pendekatan teologi biblika, teori ini memiliki tiga kesalahan mendasar sehingga tidak seharusnya dipergunakan sebagai cara untuk manusia mengaktualisasi diri. Pertama, pengabaian Tuhan, Sang Pencipta dan Sumber Kasih Abadi yang sempurna sehingga tidak mengikut-sertakan kebutuhan pemahaman jati diri dan makna/tujuan eksistensi manusia untuk mencapai aktualisasi diri serta tidak mencari pemenuhan kasih dari Allah. Kedua, penempatan kebutuhan kasih bukan di kebutuhan primer bersama dengan kebutuhan fisik. Ketiga, pemisahan kebutuhan rasa berharga dan memiliki dimiliki dari kebutuhan kasih dan diletakkan lebih tinggi dari kebutuhan kasih sedangkan dua kebutuhan ini otomatis terpenuhi ketika kebutuhan kasih terpuaskan. Karena manusia terdiri dari roh dan tubuh, serta roh lebih penting dari tubuh, maka kasih dan kebutuhan fisik adalah kebutuhan primer yang bila dipuaskan akan memampukan manusia mencapai aktualisasi diri yang seharusnya tanpa perlu melalui jenjang kebutuhan rasa berharga dan kebutuhan memiliki-dimiliki.\",\"PeriodicalId\":431596,\"journal\":{\"name\":\"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika\",\"volume\":\"176 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-04-17\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.46348/car.v3i1.83\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.46348/car.v3i1.83","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
KRITIK HIERARKI KEBUTUHAN MASLOW BERDASARKAN PRINSIP CINTA KASIH DALAM PERJANJIAN BARU
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow banyak dipakai di berbagai bidang karena teori ini secara intuitif tampak logis. Namun setelah dievaluasi dengan antropologi Alkitabiah dan prinsip kasih dalam Perjanjian Baru yang didapat dengan pendekatan teologi biblika, teori ini memiliki tiga kesalahan mendasar sehingga tidak seharusnya dipergunakan sebagai cara untuk manusia mengaktualisasi diri. Pertama, pengabaian Tuhan, Sang Pencipta dan Sumber Kasih Abadi yang sempurna sehingga tidak mengikut-sertakan kebutuhan pemahaman jati diri dan makna/tujuan eksistensi manusia untuk mencapai aktualisasi diri serta tidak mencari pemenuhan kasih dari Allah. Kedua, penempatan kebutuhan kasih bukan di kebutuhan primer bersama dengan kebutuhan fisik. Ketiga, pemisahan kebutuhan rasa berharga dan memiliki dimiliki dari kebutuhan kasih dan diletakkan lebih tinggi dari kebutuhan kasih sedangkan dua kebutuhan ini otomatis terpenuhi ketika kebutuhan kasih terpuaskan. Karena manusia terdiri dari roh dan tubuh, serta roh lebih penting dari tubuh, maka kasih dan kebutuhan fisik adalah kebutuhan primer yang bila dipuaskan akan memampukan manusia mencapai aktualisasi diri yang seharusnya tanpa perlu melalui jenjang kebutuhan rasa berharga dan kebutuhan memiliki-dimiliki.