{"title":"自然保护与保护","authors":"A. Abbas","doi":"10.47313/jkik.v1i01.332","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This paper discusses the important aspect of the shari’a practical wisdom as exemplified by Prophet Muhammad and his companions. Protecting the environment and creatures is one of the sharia objectives, on which human being is exalted into the position of Khalifah, that suggests the role of ‘guardian’ or ‘custodian’. It means that human being can fulfill its protector duties without undermining its existential being. The custodial objective is achieved when human being is able to preserve and develop the environment, not exploit and destroy. The development in the context of ‘custody’ does not necessarily mean prohibition of using and utilizing environmental resources, instead, it is a call to meet the need with reasonable and sustainable consideration. Humans are in need of caring and passionate behavior toward others, animals, trees and plantation and even they need to plant trees for the sake of mother earth.That is why, in its applicable nature, not only did Islam recognize the existence of flora and fauna, but also treats them equal to human being. As further consequences of the aforementioned implementation of Islam, humans are supposed to behave passionately and with full of care to the whole and real world.Keywords: Khalifah, fauna-flora, environmental preservation, shari’a, sustainable utilization. Makalah ini membahas sisi penting kearifan praktis syari’at Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW serta para sahabatnya. Dari ajaran syari’at dapat diketahui bahwa memelihara lingkungan serta makhluk hidup merupakan salah satu dari tujuan syariah. Oleh karena itu manusia diberi predikat khalifah dalam kelestarian alam serta isinya. Sebagai khalifah, manusia berperan sebagai ‘penjaga’ dan ‘pemelihara’. Sebagai pemelihara, ia menjalankan tugas tanpa mengurangi eksistensinya. Pemeliharaan ini tercapai manakala manusia mampu melestarikan dan mengembangkan -- bukan mengurangi dan menghabiskan, bahkan menghancurkan. Pengembangan dalam kriteria ‘pemeliharaan’ tidak berarti larangan menggunakan atau memanfaatkan, tetapi justru anjuran memenuhi kebutuhan dengan pertimbangan logis dalam rangka pemanfaatan yang berkelanjutan. Dalam bahasan ini lah diperlukan perilaku berlemah lembut terhadap manusia, berbuat baik kepada binatang, pepohonan dan tumbuhan hingga anjuran untuk menanam pohon untuk kebaikan di bumi. Oleh sebab itu, syaria’at Islam tidak hanya mengakui keberadaan fauna-flora, serta makhluk lainnya, namun memposisikan mereka sama dengan manusia. Maka sebagai tindak lanjut implementasi itu, manusia hendaknya mempunyai perilaku kasih sayang dalam kehidupan yang nyata kepada seluruh alam.Kata Kunci: Khalifah, fauna-flora, memelihara alam, shari’at, pemanfaatan berkelanjutan.","PeriodicalId":426730,"journal":{"name":"Himmah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2017-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"Syari’at Perlindungan dan Pemeliharaan Alam\",\"authors\":\"A. Abbas\",\"doi\":\"10.47313/jkik.v1i01.332\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This paper discusses the important aspect of the shari’a practical wisdom as exemplified by Prophet Muhammad and his companions. Protecting the environment and creatures is one of the sharia objectives, on which human being is exalted into the position of Khalifah, that suggests the role of ‘guardian’ or ‘custodian’. It means that human being can fulfill its protector duties without undermining its existential being. The custodial objective is achieved when human being is able to preserve and develop the environment, not exploit and destroy. The development in the context of ‘custody’ does not necessarily mean prohibition of using and utilizing environmental resources, instead, it is a call to meet the need with reasonable and sustainable consideration. Humans are in need of caring and passionate behavior toward others, animals, trees and plantation and even they need to plant trees for the sake of mother earth.That is why, in its applicable nature, not only did Islam recognize the existence of flora and fauna, but also treats them equal to human being. As further consequences of the aforementioned implementation of Islam, humans are supposed to behave passionately and with full of care to the whole and real world.Keywords: Khalifah, fauna-flora, environmental preservation, shari’a, sustainable utilization. Makalah ini membahas sisi penting kearifan praktis syari’at Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW serta para sahabatnya. Dari ajaran syari’at dapat diketahui bahwa memelihara lingkungan serta makhluk hidup merupakan salah satu dari tujuan syariah. Oleh karena itu manusia diberi predikat khalifah dalam kelestarian alam serta isinya. Sebagai khalifah, manusia berperan sebagai ‘penjaga’ dan ‘pemelihara’. Sebagai pemelihara, ia menjalankan tugas tanpa mengurangi eksistensinya. Pemeliharaan ini tercapai manakala manusia mampu melestarikan dan mengembangkan -- bukan mengurangi dan menghabiskan, bahkan menghancurkan. Pengembangan dalam kriteria ‘pemeliharaan’ tidak berarti larangan menggunakan atau memanfaatkan, tetapi justru anjuran memenuhi kebutuhan dengan pertimbangan logis dalam rangka pemanfaatan yang berkelanjutan. Dalam bahasan ini lah diperlukan perilaku berlemah lembut terhadap manusia, berbuat baik kepada binatang, pepohonan dan tumbuhan hingga anjuran untuk menanam pohon untuk kebaikan di bumi. Oleh sebab itu, syaria’at Islam tidak hanya mengakui keberadaan fauna-flora, serta makhluk lainnya, namun memposisikan mereka sama dengan manusia. Maka sebagai tindak lanjut implementasi itu, manusia hendaknya mempunyai perilaku kasih sayang dalam kehidupan yang nyata kepada seluruh alam.Kata Kunci: Khalifah, fauna-flora, memelihara alam, shari’at, pemanfaatan berkelanjutan.\",\"PeriodicalId\":426730,\"journal\":{\"name\":\"Himmah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer\",\"volume\":\"12 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2017-12-27\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Himmah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.47313/jkik.v1i01.332\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Himmah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.47313/jkik.v1i01.332","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
本文讨论了以先知穆罕默德和他的同伴为例的伊斯兰教法实践智慧的重要方面。保护环境和生物是伊斯兰教法的目标之一,在这一点上,人类被提升到哈利法的地位,这表明了“监护人”或“监护人”的角色。它意味着人类可以在不损害其存在性的前提下履行其保护者的职责。当人类能够保护和发展环境,而不是开发和破坏环境时,管理目标就实现了。“管护”语境下的发展,并不一定意味着禁止使用和利用环境资源,而是一种以合理和可持续的考虑来满足需要的呼吁。人类需要对他人、动物、树木和种植园充满关爱和热情的行为,甚至他们需要为了地球母亲而植树。这就是为什么伊斯兰教在其适用的性质上不仅承认植物和动物的存在,而且还将它们与人类平等对待。作为上述实施伊斯兰教的进一步后果,人类应该对整个和真实世界充满热情和关怀。关键词:哈利法,动植物,环境保护,伊斯兰教法,可持续利用Makalah ini成员在巴基斯坦伊斯兰教(praktis syaris’at Islam)上发表讲话。达里亚兰伊斯兰教,达里亚兰伊斯兰教,达里亚兰伊斯兰教,达里亚兰伊斯兰教,达里亚兰伊斯兰教。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Sebagai khalifah, manusia berperan Sebagai ' penjaga ' dan ' pemelihara '。Sebagai pemelihara, ia menjalankan tugas tanpa mengurangi eksistensinya。这句话的意思是:“我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思。”彭彭邦的发展标准是:“彭彭邦的发展”,“彭彭邦的发展”,“彭彭邦的发展”,“彭彭邦的发展”,“彭彭邦的发展”,“彭彭邦的发展”,“彭彭邦的发展”。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。伊斯兰教,伊斯兰教,野生动物,野生动物,野生动物,野生动物,野生动物,野生动物。Maka sebagai tindak lanjut implementasi, Maka hendakya mempunyya perakaku kashiupan yang nyata kehidupan seluuh alarm。Kata Kunci: Khalifah, fauna-flora, memelihara alam, shari 'at, pemanfaatan berkelanjutan。
This paper discusses the important aspect of the shari’a practical wisdom as exemplified by Prophet Muhammad and his companions. Protecting the environment and creatures is one of the sharia objectives, on which human being is exalted into the position of Khalifah, that suggests the role of ‘guardian’ or ‘custodian’. It means that human being can fulfill its protector duties without undermining its existential being. The custodial objective is achieved when human being is able to preserve and develop the environment, not exploit and destroy. The development in the context of ‘custody’ does not necessarily mean prohibition of using and utilizing environmental resources, instead, it is a call to meet the need with reasonable and sustainable consideration. Humans are in need of caring and passionate behavior toward others, animals, trees and plantation and even they need to plant trees for the sake of mother earth.That is why, in its applicable nature, not only did Islam recognize the existence of flora and fauna, but also treats them equal to human being. As further consequences of the aforementioned implementation of Islam, humans are supposed to behave passionately and with full of care to the whole and real world.Keywords: Khalifah, fauna-flora, environmental preservation, shari’a, sustainable utilization. Makalah ini membahas sisi penting kearifan praktis syari’at Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW serta para sahabatnya. Dari ajaran syari’at dapat diketahui bahwa memelihara lingkungan serta makhluk hidup merupakan salah satu dari tujuan syariah. Oleh karena itu manusia diberi predikat khalifah dalam kelestarian alam serta isinya. Sebagai khalifah, manusia berperan sebagai ‘penjaga’ dan ‘pemelihara’. Sebagai pemelihara, ia menjalankan tugas tanpa mengurangi eksistensinya. Pemeliharaan ini tercapai manakala manusia mampu melestarikan dan mengembangkan -- bukan mengurangi dan menghabiskan, bahkan menghancurkan. Pengembangan dalam kriteria ‘pemeliharaan’ tidak berarti larangan menggunakan atau memanfaatkan, tetapi justru anjuran memenuhi kebutuhan dengan pertimbangan logis dalam rangka pemanfaatan yang berkelanjutan. Dalam bahasan ini lah diperlukan perilaku berlemah lembut terhadap manusia, berbuat baik kepada binatang, pepohonan dan tumbuhan hingga anjuran untuk menanam pohon untuk kebaikan di bumi. Oleh sebab itu, syaria’at Islam tidak hanya mengakui keberadaan fauna-flora, serta makhluk lainnya, namun memposisikan mereka sama dengan manusia. Maka sebagai tindak lanjut implementasi itu, manusia hendaknya mempunyai perilaku kasih sayang dalam kehidupan yang nyata kepada seluruh alam.Kata Kunci: Khalifah, fauna-flora, memelihara alam, shari’at, pemanfaatan berkelanjutan.