{"title":"Gambaran Pola Makan Anak Baduta Pendek di Desa Pasongsongan (Wilayah Pesisir Kabupaten Sumenep)","authors":"Inne Soesanti","doi":"10.32662/gjph.v2i2.738","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Toddler stunted problems describe the existence of chronic nutritional problems, ranging from the womb to the age of 2 years. This study aims to describe the eating patterns stuntted the toddlers in Pasongsongan Village. This study was used qualitative approach. The informants was determined by purposively, with informants were grandmothers or mothers who have grandchildren or stunting children, traditional healer/herbalist, posyandu cadre, public community. Data collection using interview and observation techniques. The result was showed stunted toddlers who were given food in the porridge form until the age of one year, rice cake and soup without side dishes and vegetables. These foods were given on the grounds that the intestine of the child was not strong in receiving rough food. Animal foods were given a compilation of 12 months selected children classified as late. Sea fish was given after the child can walk, with the reasons toddlers can get infection intestinal worms. Wormy myth was very trusted by the informants, that cause most of them not give sea fish to their children before the age of one years. Practices to give food with high carbohydrate water and low protein dense. The conclusion was the lack of protein sources such as egg, sea fish, and chicken in both quality and quantity can be a factor that cause stunting in the children under two years old. The suggestions for the children under two years old must be given food sources of protein, and given information for the mother about knowledge the benefits of consuming fish for children under the age of two years.Masalah balita pendek menggambarkan adanya masalah gizi kronis, mulai dari dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pola makan anak baduta pendek di Desa Pasongsongan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penentuan informan secara purposive, dengan informan adalah nenek atau ibu yang mempunyai cucu atau anak baduta yang stunting, dukun/pembuat jamu, kader posyandu dan tokoh masyarakat. Pengumpulan data dengan teknik wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan anak baduta stunting diberikan makanan berupa bubur sampai usia satu tahun, lontong dan kuah tanpa lauk dan sayur, makanan-makanan tersebut diberikan dengan alasan usus anak belum kuat menerima makanan yang kasar. Makanan hewani diberikan ketika anak berusia 12 bulan tergolong terlambat. Ikan laut diberikan setelah anak bisa berjalan, dengan alasan takut anak terkena cacingan. Mitos cacingan sangat dipercaya oleh para informan, sehingga banyak yang tidak memberikan ikan laut kepada anaknya sebelum usia satu tahun. Pemberian makanan lebih banyak mengandung karbohidrat dan air serta rendah protein. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kurangnya pemberian sumber protein seperti telur, ikan laut, dan daging ayam baik secara kualitas maupun kuantitas dapat menjadi faktor yang menyebabkan stunting pada anak baduta. Saran yang diberikan bahwa anak di bawah usia dua tahun harus diberikan makanan sumber protein, dan kepada ibu balita perlu diberikan informasi terkait pengetahuan mengenai manfaat mengkonsumsi ikan bagi anak di bawah usia dua tahun.","PeriodicalId":335026,"journal":{"name":"Gorontalo Journal of Public Health","volume":"18 6","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-11-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Gorontalo Journal of Public Health","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32662/gjph.v2i2.738","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
幼儿发育迟缓问题描述了从子宫到两岁的慢性营养问题的存在。本研究旨在描述巴松松庵村幼儿发育不良的饮食模式。本研究采用定性方法。举报人是有目的确定的,举报人有祖母或有孙辈或发育迟缓子女的母亲、传统治疗师/草药医生、花旦干部、公共社区。使用访谈和观察技术收集数据。研究结果显示,一岁前给发育不良的幼儿吃粥,吃年糕和汤,没有配菜和蔬菜。给予这些食物的理由是,孩子的肠道在接受粗糙的食物时还不强壮。动物性食物是由12个月大的孩子挑选出来的,被归类为晚期。海鱼是在孩子能走路后给的,因为幼儿容易感染肠道蠕虫。蚯蚓的神话很受举报者的信任,这导致他们中的大多数人在一岁之前不给他们的孩子吃海鱼。练习给予高碳水化合物水和低蛋白质密度的食物。结论是缺乏蛋白质来源,如鸡蛋,海鱼和鸡肉在质量和数量上都可能是导致两岁以下儿童发育迟缓的一个因素。对两岁以下儿童的建议必须提供蛋白质食物来源,并向母亲提供关于两岁以下儿童食用鱼类的好处的知识。Masalah balita pendek menggambarkan adanya Masalah gizi kronis, mulai dari dalam kandungan sampai usia 2 tahun。Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pola makan anak baduta pendek di Desa Pasongsongan。Penelitian ini menggunakan pendekatan qualitati。Penentuan informan secara有目的,dunan informan adalah neneek atau ibu yang mempunyai cucu atau anak baduta yang发育不良,dukun/pembuat jamu, kader posyandu dan tokoh masyarakat。彭普兰的数据是由丹麦技术和观测站提供的。Hasil penelitian menunjukkan anak baduta stunting diberikan makanan berupa bubur sampai usia satu tahun, lontong dan kuah tanpa lauk dansayur, makanan-makanan tersebut diberikan dengan alasan usus anak belum kuat menerima makanan yang kasar。Makanan hewani diberikan ketika anak berusia 12 bulan tergolong terlambat。我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你。Mitos的cacingan和sangat diperaya是一名高级情报人员,seinga是一名高级情报人员,他是一名高级情报人员,他是一名高级情报人员。Pemberian makanan lebih banyak mengandung karbohidrat和air serta rendah蛋白。kesimpimpan dari penelitian ini adalah kurangnya pemberian数量蛋白分离因子,ikan laut, dandaaging ayam baik secara kualitas maupun kuantitas dapat menjadi因子,yang menyebabkan发育不良的padanak baduta。萨兰yang diberikan bawa anak di bawah usia dua tahun harus diberikan makanan suman protein, dan kepada ibu balita perlu diberikan informasi terkait pengetahuan mengenai manfaat mengkonsumsi ikkan anak di bawah usia dua tahun。
Gambaran Pola Makan Anak Baduta Pendek di Desa Pasongsongan (Wilayah Pesisir Kabupaten Sumenep)
Toddler stunted problems describe the existence of chronic nutritional problems, ranging from the womb to the age of 2 years. This study aims to describe the eating patterns stuntted the toddlers in Pasongsongan Village. This study was used qualitative approach. The informants was determined by purposively, with informants were grandmothers or mothers who have grandchildren or stunting children, traditional healer/herbalist, posyandu cadre, public community. Data collection using interview and observation techniques. The result was showed stunted toddlers who were given food in the porridge form until the age of one year, rice cake and soup without side dishes and vegetables. These foods were given on the grounds that the intestine of the child was not strong in receiving rough food. Animal foods were given a compilation of 12 months selected children classified as late. Sea fish was given after the child can walk, with the reasons toddlers can get infection intestinal worms. Wormy myth was very trusted by the informants, that cause most of them not give sea fish to their children before the age of one years. Practices to give food with high carbohydrate water and low protein dense. The conclusion was the lack of protein sources such as egg, sea fish, and chicken in both quality and quantity can be a factor that cause stunting in the children under two years old. The suggestions for the children under two years old must be given food sources of protein, and given information for the mother about knowledge the benefits of consuming fish for children under the age of two years.Masalah balita pendek menggambarkan adanya masalah gizi kronis, mulai dari dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pola makan anak baduta pendek di Desa Pasongsongan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penentuan informan secara purposive, dengan informan adalah nenek atau ibu yang mempunyai cucu atau anak baduta yang stunting, dukun/pembuat jamu, kader posyandu dan tokoh masyarakat. Pengumpulan data dengan teknik wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan anak baduta stunting diberikan makanan berupa bubur sampai usia satu tahun, lontong dan kuah tanpa lauk dan sayur, makanan-makanan tersebut diberikan dengan alasan usus anak belum kuat menerima makanan yang kasar. Makanan hewani diberikan ketika anak berusia 12 bulan tergolong terlambat. Ikan laut diberikan setelah anak bisa berjalan, dengan alasan takut anak terkena cacingan. Mitos cacingan sangat dipercaya oleh para informan, sehingga banyak yang tidak memberikan ikan laut kepada anaknya sebelum usia satu tahun. Pemberian makanan lebih banyak mengandung karbohidrat dan air serta rendah protein. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kurangnya pemberian sumber protein seperti telur, ikan laut, dan daging ayam baik secara kualitas maupun kuantitas dapat menjadi faktor yang menyebabkan stunting pada anak baduta. Saran yang diberikan bahwa anak di bawah usia dua tahun harus diberikan makanan sumber protein, dan kepada ibu balita perlu diberikan informasi terkait pengetahuan mengenai manfaat mengkonsumsi ikan bagi anak di bawah usia dua tahun.