{"title":"Belief in God by Intuitive knowledge","authors":"Abdolmajid Hakimelahi, Basrir Hamdani","doi":"10.20871/kpjipm.v6i1.172","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract : The epistemological approach of evidentialism maintains that a belief must have sufficient evidence in order to be rationally justified. The belief in God is no exception, it must pass as well the litmus test of evidence as a measure of its rational justification. But what counts as evidence? Responding to this question and identifying the nature of the evidence that can be used to justify belief has become a point of contention among philosophers. While some evidentialists have denied the possibility of evidence for the belief in God, others have attacked the very basis of the evidentialist claim by promoting belief in God without evidence. The following paper aims at proposing an alternative way or approach to argue and to justify belief in God, that is, intuitive knowledge. To excute this aim, this paper tries at first to describe briefly those two currents of thought and, further, examines and criticizes them by discussing and analyzing the notion of innate concepts and presentational knowledge as known by an intuitive knowledge based on Mullā Ṣadrā ’s view. According to some philosophers, this type of knowledge, presentational knowledge, can be included as “ evidence” even from the evidentialist point of view which does not limit evidence to conceptual knowledge. By this, critical analysis will be applied here as a method to conduct the research. Key words : Belief in God, sufficient knowledge, justification, evidentialism, al-ʿilm al-”huḍūrī (presentational knowledge), innate concepts, Mullā Ṣadrā. Abstrak : Pendekatan epistemologis paham evidensialisme meyakini bahwa sebuah keyakinan sepatutnya memiliki bukti atau berpijak pada fakta untuk dapat diterima (dibenarkan) secara rasional. Tidak terkecuali keyakinan atau iman kepada Tuhan, harus pula berpijak pada bukti sebagai tolak ukur justifikasi rasionalnya. Akan tetapi apa yang dimaksud dengan bukti/fakta? Menanggapi pertanyaan ini dan menjelaskan hakikat ‘bukti’ yang dapat digunakan untuk membenarkan keyakinan telah menjadi hal yang diperdebatkan di kalangan para filsuf. Sementara sebagian (filsuf) penganut paham evidensialisme telah menolak kemungkinan adanya fakta untuk membuktikan iman kepada Tuhan, sebagian lainnya telah mengkritik basis (landasan argumentasi) klaim penganut paham evidensialisme dengan mengajukan (argumen) iman kepada Tuhan tanpa [harus berlandaskan pada] ‘bukti’. Makalah ini bertujuan untuk mengajukan suatu jalan atau pendekatan alternatif untuk menjelaskan dan memberi argumen terhadap iman kepada Tuhan, yaitu pengetahuan intuitif. Untuk mewujudkan tujuan ini, tulisan ini berupaya, pertama-tama, mendeskripsikan secara ringkas kedua arus pemikiran di atas dan, selanjutnya, menelaah dan mengkritik kedua arus pemikiran tersebut dengan mendiskusikan serta menganalisis gagasan konsep-konsep bawaan dan pengetahuan presentasional yang dikenal sebagai pengetahuan intuitif berdasarkan pandangan Mullā Shadrā. Menurut sebagian filsuf, pengetahuan jenis ini, pengetahuan presentasional, dapat dimasukkan sebagai « fakta », bahkan dari sudut pandang paham evidensialisme sekalipun, karena paham ini tidak membatasi fakta hanya pada pengetahuan konseptual. Berdasarkan hal ini, analisis kritis akan digunakan sebagai metode untuk melakukan penelitian dalam tulisan ini. Kata kunci : Iman kepada Tuhan, pengetahuan yang memadai, justifikasi, evidensialisme, pengetahuan presentasional, konsep-konsep bawaan, Mullā Shadrā.","PeriodicalId":31008,"journal":{"name":"Kanz Philosophia A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism","volume":"69 1","pages":"73-92"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2016-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Kanz Philosophia A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20871/kpjipm.v6i1.172","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Abstract : The epistemological approach of evidentialism maintains that a belief must have sufficient evidence in order to be rationally justified. The belief in God is no exception, it must pass as well the litmus test of evidence as a measure of its rational justification. But what counts as evidence? Responding to this question and identifying the nature of the evidence that can be used to justify belief has become a point of contention among philosophers. While some evidentialists have denied the possibility of evidence for the belief in God, others have attacked the very basis of the evidentialist claim by promoting belief in God without evidence. The following paper aims at proposing an alternative way or approach to argue and to justify belief in God, that is, intuitive knowledge. To excute this aim, this paper tries at first to describe briefly those two currents of thought and, further, examines and criticizes them by discussing and analyzing the notion of innate concepts and presentational knowledge as known by an intuitive knowledge based on Mullā Ṣadrā ’s view. According to some philosophers, this type of knowledge, presentational knowledge, can be included as “ evidence” even from the evidentialist point of view which does not limit evidence to conceptual knowledge. By this, critical analysis will be applied here as a method to conduct the research. Key words : Belief in God, sufficient knowledge, justification, evidentialism, al-ʿilm al-”huḍūrī (presentational knowledge), innate concepts, Mullā Ṣadrā. Abstrak : Pendekatan epistemologis paham evidensialisme meyakini bahwa sebuah keyakinan sepatutnya memiliki bukti atau berpijak pada fakta untuk dapat diterima (dibenarkan) secara rasional. Tidak terkecuali keyakinan atau iman kepada Tuhan, harus pula berpijak pada bukti sebagai tolak ukur justifikasi rasionalnya. Akan tetapi apa yang dimaksud dengan bukti/fakta? Menanggapi pertanyaan ini dan menjelaskan hakikat ‘bukti’ yang dapat digunakan untuk membenarkan keyakinan telah menjadi hal yang diperdebatkan di kalangan para filsuf. Sementara sebagian (filsuf) penganut paham evidensialisme telah menolak kemungkinan adanya fakta untuk membuktikan iman kepada Tuhan, sebagian lainnya telah mengkritik basis (landasan argumentasi) klaim penganut paham evidensialisme dengan mengajukan (argumen) iman kepada Tuhan tanpa [harus berlandaskan pada] ‘bukti’. Makalah ini bertujuan untuk mengajukan suatu jalan atau pendekatan alternatif untuk menjelaskan dan memberi argumen terhadap iman kepada Tuhan, yaitu pengetahuan intuitif. Untuk mewujudkan tujuan ini, tulisan ini berupaya, pertama-tama, mendeskripsikan secara ringkas kedua arus pemikiran di atas dan, selanjutnya, menelaah dan mengkritik kedua arus pemikiran tersebut dengan mendiskusikan serta menganalisis gagasan konsep-konsep bawaan dan pengetahuan presentasional yang dikenal sebagai pengetahuan intuitif berdasarkan pandangan Mullā Shadrā. Menurut sebagian filsuf, pengetahuan jenis ini, pengetahuan presentasional, dapat dimasukkan sebagai « fakta », bahkan dari sudut pandang paham evidensialisme sekalipun, karena paham ini tidak membatasi fakta hanya pada pengetahuan konseptual. Berdasarkan hal ini, analisis kritis akan digunakan sebagai metode untuk melakukan penelitian dalam tulisan ini. Kata kunci : Iman kepada Tuhan, pengetahuan yang memadai, justifikasi, evidensialisme, pengetahuan presentasional, konsep-konsep bawaan, Mullā Shadrā.
摘要:证据主义认识论认为,一个信念必须有足够的证据才能被理性地证明。对上帝的信仰也不例外,它也必须通过证据的试金石,作为衡量其合理性的尺度。但什么才算证据呢?回答这个问题,并确定可以用来证明信仰的证据的性质,已经成为哲学家们争论的焦点。虽然一些证据主义者否认有证据证明信仰上帝的可能性,但另一些人通过在没有证据的情况下促进对上帝的信仰来攻击证据主义者主张的基础。下面的文章旨在提出另一种方式或方法来论证和证明对上帝的信仰,即直觉知识。为了实现这一目标,本文首先简要地描述了这两种思潮,然后通过讨论和分析先天概念和表象知识的概念来检验和批判它们,这些概念被称为基于mullura Ṣadrā观点的直觉知识。根据一些哲学家的观点,即使从证据主义的观点来看,这种类型的知识,即表象知识,也可以被包括为“证据”,证据主义并不把证据局限于概念知识。通过这种方式,批判性分析将在这里作为一种方法来进行研究。关键词:信仰真主,充足的知识,称义,证据主义,al- al- ilm al- " huḍūrī(表象知识),先天概念,Mullā Ṣadrā。摘要:Pendekatan认识论(Pendekatan epistemology)是一种实证主义,是一种认识论(Pendekatan epistemology)。我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是。Akan tetapi apa yang dimaksud dengan bukti/fakta?Menanggapi pertanyaan ini dan menjelaskan hakikat ' bukti ' yang dapat digunakan untuk成员kankankeyakinan telah menjadi hal yang diperdebatkan di kalangan para filsuf。【翻译】:Sementara sebagian (filsuf) penganut paham evidence - alisisme telah menolak kemungkinan adanya untuk membuktikan iman kepada mengkritik basis (landasan argumentasi)索赔penganut paham evidence - alisme dengan mengajukan (argumentasi) iman kepada Tuhan tanpa [harus berlandaskan pada] ' bukti '。Makalah ini bertujuan untuk mengajukan suatu jalan atau pendekatan alternatifuntuk menjelaskan dan成员的论点是,hadap man kepada Tuhan, yitu pengetahuan直觉。Untuk mewujudkan tujuan ini, tulisan ini berupaya, pertama-tama, mendeskripsikan secara ringkas kedua arus pemikiran di atas dan, selanjutnya, menelaah dan mengkritik kedua arus pemikiran tersebut dengan mendiskusikan serta menganalis gagasan konsep-konsep bawaan dan pengetahuan表示,yang dikenal sebagai pengetahuan intuitf berdasarkan pandangan mullha shadri。Menurut sebagian filsuf, pengetahuan jenis ini, pengetahuan presentationonal, dapat dimasukkan sebagai«fakta»,bahkan dari sudut pandang paham evidensialisme sekalipun, karena paham ini tidak membatasi fakta hanya pagetahuan konseptuual。分析:分析:分析:分析:分析:分析:分析:分析:分析:分析:分析:分析:分析:分析:分析:Kata kunci: Iman kepada Tuhan, pengetahuan yang memadai, jusfikasi, evidence - aliisme, pengetahuan presentonal, konsep-konsep bawaan, mullha shadrha。