{"title":"Harga diri dan prasangka: masyarakat multikultural di Batavia abad 17 sampai 19","authors":"Muhammad Imam Hibatullah","doi":"10.17977/um081v1i42021p405-418","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"As one of the regions with a diverse culture, Nusantara has always been the center of meeting between different cultures and has never met one another before. This paper aims to discuss and describe the conditions of society in Batavia during the VOC period to the Dutch East Indies in the 17th to the 19th centuries. The character of the people of each ethnic group in Batavia has very significant differences. This cultural diversity also formed a new culture which would later survive even after Indonesia achieved independence and until the name Batavia changed to Jakarta. In addition to the physicality of the city, the ethnic composition of the people in Batavia was also filled with cycles of the rise and fall of certain ethnic groups which in turn contributed a major influence to the formation of an urban culture.Sebagai salah satu wilayah dengan budaya yang majemuk, Nusantara selalu menjadi pusat pertemuan antara berbagai budaya yang berbeda dan belum pernah saling bertemu satu sama lain sebelumnya. Tulisan ini bertujuan untuk membahas dan memaparkan kondisi masyarakat di Batavia selama masa VOC sampai Hindia Belanda pada abad ke-17 sampai abad ke-19. Karakter masyarakat dari masing-masing etnis yang ada di Batavia mempunyai perbedaan yang sangat signifikan. Keberagaman budaya ini pula yang membentuk kebudayaan baru yang nantinya akan terus bertahan bahkan setelah Indonesia mencapai kemerdekaan dan sampai nama Batavia berubah menjadi Jakarta. Di samping fisik kota, komposisi etnis masyarakat di Batavia juga dipenuhi dengan siklus timbul-tenggelamnya kelompok etnis tertentu yang pada akhirnya menyumbangkan pengaruh besar terhadap pembentukan sebuah kebudayaan perkotaan.","PeriodicalId":40352,"journal":{"name":"Journal of Modern Russian History and Historiography","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1000,"publicationDate":"2021-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Modern Russian History and Historiography","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.17977/um081v1i42021p405-418","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"Q3","JCRName":"HISTORY","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
As one of the regions with a diverse culture, Nusantara has always been the center of meeting between different cultures and has never met one another before. This paper aims to discuss and describe the conditions of society in Batavia during the VOC period to the Dutch East Indies in the 17th to the 19th centuries. The character of the people of each ethnic group in Batavia has very significant differences. This cultural diversity also formed a new culture which would later survive even after Indonesia achieved independence and until the name Batavia changed to Jakarta. In addition to the physicality of the city, the ethnic composition of the people in Batavia was also filled with cycles of the rise and fall of certain ethnic groups which in turn contributed a major influence to the formation of an urban culture.Sebagai salah satu wilayah dengan budaya yang majemuk, Nusantara selalu menjadi pusat pertemuan antara berbagai budaya yang berbeda dan belum pernah saling bertemu satu sama lain sebelumnya. Tulisan ini bertujuan untuk membahas dan memaparkan kondisi masyarakat di Batavia selama masa VOC sampai Hindia Belanda pada abad ke-17 sampai abad ke-19. Karakter masyarakat dari masing-masing etnis yang ada di Batavia mempunyai perbedaan yang sangat signifikan. Keberagaman budaya ini pula yang membentuk kebudayaan baru yang nantinya akan terus bertahan bahkan setelah Indonesia mencapai kemerdekaan dan sampai nama Batavia berubah menjadi Jakarta. Di samping fisik kota, komposisi etnis masyarakat di Batavia juga dipenuhi dengan siklus timbul-tenggelamnya kelompok etnis tertentu yang pada akhirnya menyumbangkan pengaruh besar terhadap pembentukan sebuah kebudayaan perkotaan.
作为多元文化的地区之一,努沙塔拉一直是不同文化交汇的中心,以前从未有过交集。本文旨在讨论和描述17至19世纪荷兰东印度群岛VOC时期巴达维亚的社会状况。巴达维亚各民族人民的性格差异很大。这种文化多样性也形成了一种新的文化,即使在印度尼西亚获得独立之后,直到巴达维亚改名为雅加达,这种文化也会继续存在下去。除了城市的物质性外,巴达维亚人民的种族构成也充满了某些种族群体的兴衰周期,这反过来又对城市文化的形成产生了重大影响。我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是。tuisan ini bertujuan untuk membahas dan memaparkan kondisi masyarakat di Batavia selama masa VOC sampai hinindia Belanda pada abad ke-17 sampai abad ke-19。Karakter masyarakat dari masing-masing etnis yang ada di Batavia mempunyai perbedaan yang sangat signfikan。Keberagaman budaya ini pula yang membentuk kebudayaan baru yang nantinya akan terus bertahan bakan setelah印度尼西亚mencapai kemerdekaan dan sampai nama Batavia berubah menjadi雅加达。我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是我的意思。