{"title":"Interaksi Filsafat Islam dan Irfan dalam Ḥikmah Muta’aliyah","authors":"Abulfazel Kiashemshaki","doi":"10.20871/KPJIPM.V4I1.55","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract : In early period of Islamic thoughts, Philosophy and Irfan were acting as if two opposite poles which are difficult, if not to say impossible, to reconcile. Philosophy more emphasizes on discursive reason as an instrument, while Irfan more believes in intuitive witnessing (mukāsyafah) and puts reason in doubt, to disclose the ultimate reality. However, Muslim philosophers through their deep investigations on both realms tried to end the controversy and to reconcile between them. This spirit has been started by a great philosopher, Suhrawardi, by means of his philosophical thoughts well-known by Illuminationism (Ḥikmah Isyraqiyyah) and found its perfect formulation in the hands of prominent philosopher, Mulla Sadra, with his Ḥikmah Muta’aliyah. This writing tries to adduce some knots of interaction between Islamic Philosophy and Irfan which were formulated by Mulla Sadra in his special and brilliant theories. He succeeded to combine some great thoughts of philosophers and ‘urafā’ in one construction of hikmah, in such a way it can create a harmony which completes each other. Keywords : ḥikmah muta’aliyah, discursive reason, intuitive witnessing, ḥikmah dzauqiyyah, ḥikmah bahtsiah. Abstrak : Filsafat dan Irfan pada periode awal pemikiran Islam tampak seolah-olah dua kutub berlawanan yang sulit, jika tidak dikatakan tidak mungkin, untuk dipertemukan. Untuk menyingkap hakikat, Filsafat lebih menitikberatkan akal diskursif sebagai instrumen, sementara Irfan lebih percaya kepada penyaksian intuitif (mukāasyafah) dan meragukan akal. Namun demikian, para filosof filsuf Muslim dengan kedalaman telaah mereka terhadap kedua ranah tersebut telah berusaha mengakhiri pertentangan dan mendamaikan keduanya. Semangat ini telah dimulai oleh seorang filosof filsuf besar, Suhrawardi, dengan pemikiran filsafat Iluminasionismenya (Ḥikmah Isyraqiyyah) dan menemukan bentuknya yang lebih sempurna di tangan seorang filosof filsuf ternama, Mulla Sadra, dengan Ḥikmah Muta’aliyahnya. Tulisan ini berusaha untuk menunjukkan simpul-simpul interaksi pemikiran Filsafat Islam dan Irfan yang digagas oleh Mulla Sadra dalam teori-teorinya yang khas dan brillian. Ia berhasil memadukan berbagai pemikiran besar filosof filsuf dan ‘urafā’ dalam satu bangunan hikmah sehingga tercipta suatu keharmonisan yang saling menyempurnakan dari kedua ranah tersebut. Kata-kata Kunci : ḥikmah muta’aliyah, akal diskursif, penyaksian intuitif, ḥikmah dzauqiyyah, ḥikmah bahtsiah.","PeriodicalId":31008,"journal":{"name":"Kanz Philosophia A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism","volume":"76 1","pages":"61-77"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2014-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Kanz Philosophia A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20871/KPJIPM.V4I1.55","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Abstract : In early period of Islamic thoughts, Philosophy and Irfan were acting as if two opposite poles which are difficult, if not to say impossible, to reconcile. Philosophy more emphasizes on discursive reason as an instrument, while Irfan more believes in intuitive witnessing (mukāsyafah) and puts reason in doubt, to disclose the ultimate reality. However, Muslim philosophers through their deep investigations on both realms tried to end the controversy and to reconcile between them. This spirit has been started by a great philosopher, Suhrawardi, by means of his philosophical thoughts well-known by Illuminationism (Ḥikmah Isyraqiyyah) and found its perfect formulation in the hands of prominent philosopher, Mulla Sadra, with his Ḥikmah Muta’aliyah. This writing tries to adduce some knots of interaction between Islamic Philosophy and Irfan which were formulated by Mulla Sadra in his special and brilliant theories. He succeeded to combine some great thoughts of philosophers and ‘urafā’ in one construction of hikmah, in such a way it can create a harmony which completes each other. Keywords : ḥikmah muta’aliyah, discursive reason, intuitive witnessing, ḥikmah dzauqiyyah, ḥikmah bahtsiah. Abstrak : Filsafat dan Irfan pada periode awal pemikiran Islam tampak seolah-olah dua kutub berlawanan yang sulit, jika tidak dikatakan tidak mungkin, untuk dipertemukan. Untuk menyingkap hakikat, Filsafat lebih menitikberatkan akal diskursif sebagai instrumen, sementara Irfan lebih percaya kepada penyaksian intuitif (mukāasyafah) dan meragukan akal. Namun demikian, para filosof filsuf Muslim dengan kedalaman telaah mereka terhadap kedua ranah tersebut telah berusaha mengakhiri pertentangan dan mendamaikan keduanya. Semangat ini telah dimulai oleh seorang filosof filsuf besar, Suhrawardi, dengan pemikiran filsafat Iluminasionismenya (Ḥikmah Isyraqiyyah) dan menemukan bentuknya yang lebih sempurna di tangan seorang filosof filsuf ternama, Mulla Sadra, dengan Ḥikmah Muta’aliyahnya. Tulisan ini berusaha untuk menunjukkan simpul-simpul interaksi pemikiran Filsafat Islam dan Irfan yang digagas oleh Mulla Sadra dalam teori-teorinya yang khas dan brillian. Ia berhasil memadukan berbagai pemikiran besar filosof filsuf dan ‘urafā’ dalam satu bangunan hikmah sehingga tercipta suatu keharmonisan yang saling menyempurnakan dari kedua ranah tersebut. Kata-kata Kunci : ḥikmah muta’aliyah, akal diskursif, penyaksian intuitif, ḥikmah dzauqiyyah, ḥikmah bahtsiah.
摘要:在早期的伊斯兰思想中,哲学和伊尔凡就像两个对立的两极,难以调和,甚至不可能调和。哲学更强调作为工具的话语理性,而伊尔凡更相信直觉的见证(mukāsyafah),对理性进行怀疑,以揭示终极现实。然而,穆斯林哲学家们通过对这两个领域的深入研究,试图结束争论,并在两者之间达成和解。这种精神是由一位伟大的哲学家Suhrawardi,通过他的哲学思想(Ḥikmah Isyraqiyyah)创立的,并在杰出的哲学家Mulla Sadra手中找到了完美的公式,他的Ḥikmah Muta 'aliyah。本文试图引证穆拉·萨德拉在其独特而辉煌的理论中阐述的伊斯兰哲学与伊尔凡之间相互作用的一些结。他成功地将哲学家的一些伟大思想和“urafha”结合在一个希克玛的建筑中,以这样一种方式,它可以创造一种相互完善的和谐。关键词:ḥikmah muta 'aliyah,话语理性,直觉见证,ḥikmah dzauqiyyah, ḥikmah bahtsiah。摘要:Filsafat dan Irfan pada period awal pemikiran Islam tampak seolah-olah dua kutub berlawanan yang sulit, jika tidak dikatakan tidak mungkin, untuk dipertemukan。Untuk menyingkap hakikat, Filsafat lebih menitikberatkan akal diskursif sebagai仪器,sementara Irfan lebih peraya kepada penyaksian intuitif (mukāasyafah) dan meragukan akal。Namun demikian,一名穆斯林穆斯林的副主席,他说:“我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。”Semangat ini telah dimulai oleh seorang filosof filsufbesar, Suhrawardi, dengan pemikiran filsafat Iluminasionismenya (Ḥikmah Isyraqiyyah) dan menemukan bentuknya yang lebih sempurna di tangan seorangfilosof filsufternama, Mulla Sadra, dengan Ḥikmah Muta 'aliyahnya。图里桑尼·贝鲁萨哈·乌苏尼亚·乌苏尼亚·乌苏尼亚·乌苏尼亚·乌苏尼亚·乌苏尼亚·乌苏尼亚·乌苏尼亚·乌苏尼亚·乌苏尼亚·乌苏尼亚我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是我的意思。Kata-kata Kunci: ḥikmah muta 'aliyah, akal diskursif, penyaksian intuitif, ḥikmah dzauqiyyah, ḥikmah bahtsiah。