{"title":"PENGGUNAAN KHITOSAN SEBAGAI PENGGANTI FORMALIN UNTUK PENGAWETAN IKAN TERI","authors":"Didik Iswadi, Wisnu Sunarto, A. Prasetya","doi":"10.32493/JITK.V2I1.1086","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penelitian ini mempelajari penggunaan khitosan sebagai pengawet, pada pengawetan ikan teri yang disimpan pada suhu kamar. Penelitian juga menggunakan NaCl dan formalin sebagai pembanding. Tujuan untuk menganalisa mutu dan mengetahui pengaruh variabel konsentrasi khitosan, konsentrasi NaCl dan konsentrasi formalin dan lama penyimpanan ikan teri dari aspek kadar air, mikrobiologi (total bakteri/TPC), kadar abu dan kadar plumbum. Sampel pertama, ikan teri dengan khitosan (A) yaitu dengan konsentrasi khitosan A1= blanko; A2=0,5%; A3=1,0%) sedangkan perlakuan lama penyimpanan (B) yaitu B1=1; B2=2; B3=4; B4=6; B5=8 minggu). Sampel kedua, ikan teri dengan NaCl (C) yaitudengan konsentrasi NaCl C1=blanko; C2=0,5%; C3=1,0%) sedangkan perlakuan lama penyimpanan (D) yaitu D1=1; D2=2; D3=4; D4=6; D5=8 minggu). Sampel ketiga, ikan teri dengan formalin (E) yaitu dengan konsentrasi formalin E1=blanko; E2=0,5%; E3=1,0%) sedangkan perlakuan lama penyimpanan (F) yaitu F1=1; F2=2; F3=4; F4=6; F5=8 minggu). Pengawetan ikan teri menggunakan khitosan konsentrasi yang terbaik adalah penggunaan konsentrasi khitosan 0,5% sedangkan lama penyimpanannya yang terbaik adalah minggu ke dua dengan jumlah bakteri sedikit. Penggunaan larutan NaCl tidak berpengaruh pada jumlah kadar air tetapi lama penyimpanan berpengaruh pada kadar air. Penggunaan larutan formalin tidak berpengaruh pada jumlah kadar air tetapi lama penyimpanan berpengaruh pada kadar air. Hasil pengujian untuk kadar air berkisar 39,88-50,52% b/b, bakteri 40-372 koloni/g,Staphylococcus aureus 94 koloni/g, kadar abu 0,98% b/b dan kadar plumbum 1,035 - 1,32 mg/kg.","PeriodicalId":13479,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Chemical Science","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2013-05-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Indonesian Journal of Chemical Science","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32493/JITK.V2I1.1086","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Penelitian ini mempelajari penggunaan khitosan sebagai pengawet, pada pengawetan ikan teri yang disimpan pada suhu kamar. Penelitian juga menggunakan NaCl dan formalin sebagai pembanding. Tujuan untuk menganalisa mutu dan mengetahui pengaruh variabel konsentrasi khitosan, konsentrasi NaCl dan konsentrasi formalin dan lama penyimpanan ikan teri dari aspek kadar air, mikrobiologi (total bakteri/TPC), kadar abu dan kadar plumbum. Sampel pertama, ikan teri dengan khitosan (A) yaitu dengan konsentrasi khitosan A1= blanko; A2=0,5%; A3=1,0%) sedangkan perlakuan lama penyimpanan (B) yaitu B1=1; B2=2; B3=4; B4=6; B5=8 minggu). Sampel kedua, ikan teri dengan NaCl (C) yaitudengan konsentrasi NaCl C1=blanko; C2=0,5%; C3=1,0%) sedangkan perlakuan lama penyimpanan (D) yaitu D1=1; D2=2; D3=4; D4=6; D5=8 minggu). Sampel ketiga, ikan teri dengan formalin (E) yaitu dengan konsentrasi formalin E1=blanko; E2=0,5%; E3=1,0%) sedangkan perlakuan lama penyimpanan (F) yaitu F1=1; F2=2; F3=4; F4=6; F5=8 minggu). Pengawetan ikan teri menggunakan khitosan konsentrasi yang terbaik adalah penggunaan konsentrasi khitosan 0,5% sedangkan lama penyimpanannya yang terbaik adalah minggu ke dua dengan jumlah bakteri sedikit. Penggunaan larutan NaCl tidak berpengaruh pada jumlah kadar air tetapi lama penyimpanan berpengaruh pada kadar air. Penggunaan larutan formalin tidak berpengaruh pada jumlah kadar air tetapi lama penyimpanan berpengaruh pada kadar air. Hasil pengujian untuk kadar air berkisar 39,88-50,52% b/b, bakteri 40-372 koloni/g,Staphylococcus aureus 94 koloni/g, kadar abu 0,98% b/b dan kadar plumbum 1,035 - 1,32 mg/kg.