PERBEDAAN FAKTOR RISIKO STUNTING DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN PADA ANAK USIA 6-23 BULAN DI INDONESIA: ANALISIS DATA RISKESDAS

Vivi Ucianna, Adriyan Pramono, Ani Margawati, A. Syauqy
{"title":"PERBEDAAN FAKTOR RISIKO STUNTING DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN PADA ANAK USIA 6-23 BULAN DI INDONESIA: ANALISIS DATA RISKESDAS","authors":"Vivi Ucianna, Adriyan Pramono, Ani Margawati, A. Syauqy","doi":"10.14710/jnc.v12i1.33304","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Latar belakang: Stunting merupakan masalah gizi yang sering ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Stunting dapat disebabkan oleh banyak faktor. Perbedaan tempat tinggal di perkotaan dan perdesaan salah satu faktor penyebab stunting. Tujuan: Menganalisis faktor risiko stunting di daerah perkotaan dan perdesaan pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menganalisis data survei nasional di 34 provinsi di Indonesia tahun 2018 (Riskesdas 2018). Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 15.833 anak usia 6-23 bulan. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif, uji chi-square, dan regresi logistik ganda.Hasil: Prevalensi stunting pada usia 6-23 bulan lebih rendah di perkotaan (26,9%) dibandingkan di perdesaan (30,8%). Perbedaan signifikan yang ditemukan pada faktor risiko kejadian stunting antara daerah perkotaan dan perdesaan. Faktor risiko kejadian stunting yang signifikan di perkotaan adalah berat badan lahir rendah (OR=2,017, 95%Cl: 1,655-2,457). Sedangkan, faktor risiko kejadian stunting yang signifikan di perdesaan adalah adalah kelahiran prematur (OR=1,121, 95%Cl: 1,015–1,238) dan riwayat berat badan lahir rendah (OR=2,188, 95%Cl: 1,845–2,595). Setelah dikontrol dengan variable perancu (jenis kelamin dan usia), berat badan lahir rendah (OR=2,017, 95%Cl: 1,655-2,457) tetap menjadi faktor risiko kejadian stunting yang signifikan di perkotaan. Sedangkan, kelahiran prematur (OR=1,121, 95%Cl: 1,015–1,238) dan riwayat berat badan lahir rendah (OR=2,188, 95%Cl: 1,845–2,595) juga tetap menjadi faktor risiko kejadian stunting yang signifikan di perdesaanSimpulan: Berat badan lahir rendah menjadi faktor risiko stunting di daerah perkotaan dan perdesaan. Sedangkan, kelahiran premature menjadi faktor risiko stunting hanya di perdesaan. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-03-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Nutrition College","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i1.33304","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Latar belakang: Stunting merupakan masalah gizi yang sering ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Stunting dapat disebabkan oleh banyak faktor. Perbedaan tempat tinggal di perkotaan dan perdesaan salah satu faktor penyebab stunting. Tujuan: Menganalisis faktor risiko stunting di daerah perkotaan dan perdesaan pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menganalisis data survei nasional di 34 provinsi di Indonesia tahun 2018 (Riskesdas 2018). Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 15.833 anak usia 6-23 bulan. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif, uji chi-square, dan regresi logistik ganda.Hasil: Prevalensi stunting pada usia 6-23 bulan lebih rendah di perkotaan (26,9%) dibandingkan di perdesaan (30,8%). Perbedaan signifikan yang ditemukan pada faktor risiko kejadian stunting antara daerah perkotaan dan perdesaan. Faktor risiko kejadian stunting yang signifikan di perkotaan adalah berat badan lahir rendah (OR=2,017, 95%Cl: 1,655-2,457). Sedangkan, faktor risiko kejadian stunting yang signifikan di perdesaan adalah adalah kelahiran prematur (OR=1,121, 95%Cl: 1,015–1,238) dan riwayat berat badan lahir rendah (OR=2,188, 95%Cl: 1,845–2,595). Setelah dikontrol dengan variable perancu (jenis kelamin dan usia), berat badan lahir rendah (OR=2,017, 95%Cl: 1,655-2,457) tetap menjadi faktor risiko kejadian stunting yang signifikan di perkotaan. Sedangkan, kelahiran prematur (OR=1,121, 95%Cl: 1,015–1,238) dan riwayat berat badan lahir rendah (OR=2,188, 95%Cl: 1,845–2,595) juga tetap menjadi faktor risiko kejadian stunting yang signifikan di perdesaanSimpulan: Berat badan lahir rendah menjadi faktor risiko stunting di daerah perkotaan dan perdesaan. Sedangkan, kelahiran premature menjadi faktor risiko stunting hanya di perdesaan. 
印度尼西亚6-23个月大的城市和农村地区发育迟缓风险差异:RISKESDAS数据分析
背景:发育不良是包括印度尼西亚在内的发展中国家常见的营养问题。特技可以由许多因素引起。城市和农村的住房差异是导致特技的一个因素。目标:分析印尼6-23个月大的城市和农村地区发育不良的风险因素。方法:该研究采用分段设计,分析2018年印尼34个省的国家调查数据。这项研究的受试者总数为15833名6-23个月大的儿童。数据使用描述性分析、chi-square测试和双重物流回归进行分析。结果:6-23个月的城市特技患病率比全国3308%低。在城市地区和农村地区发生特技事故的风险因素中发现了显著差异。城市显著发育迟缓的一个因素是出生体重较低(OR= 2.017, 95%Cl: 1.655 -2,457)。另一方面,全国显著发育迟缓的一个因素是早产(OR=1,121, 951% cl: 1015—1,238)和出生体重记录(OR=2,188, 95%Cl: 1.845—2,595)。在被变量人畜(性别和年龄)控制后,出生体重较低(或= 2.017、95%Cl: 1.65 -2,457)仍然是城市重大发育事故的一个重要因素。另一方面,早产(或= 1.121,951% cl: 1015—1.238)和低出生体重记录(或= 2.188,95%Cl: 1.845—2.595)仍然是结论中重要发育发生率的一个因素:低出生体重成为城市和农村地区发育迟缓风险因素。另一方面,产前分娩是在全国范围内首次出现发育迟缓的一个因素。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信