Penggunaan Gedung Papak Sebagai Ianjo di Desa Geyer Grobogan, 1942-1945

Istoria Pub Date : 2022-12-29 DOI:10.29408/fhs.v6i2.6388
Meutia Khaliya, Bondan Kanumoyoso
{"title":"Penggunaan Gedung Papak Sebagai Ianjo di Desa Geyer Grobogan, 1942-1945","authors":"Meutia Khaliya, Bondan Kanumoyoso","doi":"10.29408/fhs.v6i2.6388","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"During the Japanese occupation of Indonesia from 1942 to 1945, Japan mobilized women as jugun ianfu and placed them in various ianjo, which had been prepared by the Japanese army. The women who were made jugun ianfu also included those still underage. Sri Sukanti is one of the survivors of jugun ianfu who used to be employed at the Gedung Papak. Therefore, the problem in this research is how Gedung Papak was used as an ianjo. This study uses the historical method with four stages, namely heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The purpose of this research is to reconstruct Gedung Papak as an ianjo during the Japanese colonial period, reveal more deeply the suffering of jugun ianfu in Gedung Papak, and find out the views of the people during the Japanese period towards the jugun ianfu in Gedung Papak by using a political history approach. The results showed that Gedung Papak as an ianjo was not too different from other ianjo in its operation but had the characteristics of a turn shuffling system, a round trip system, and a child victim.Dalam masa penjajahan Jepang di Indonesia sejak tahun 1942 sampai 1945, Jepang menjalankan mobilisasi perempuan sebagai jugun ianfu dan menempatkan mereka di berbagai ianjo yang telah disiapkan oleh tentara Jepang. Perempuan-perempuan yang dijadikan jugun ianfu juga meliputi mereka yang masih di bawah umur. Sri Sukanti merupakan salah satu penyintas jugun ianfu yang dulu dipekerjakan di Gedung Papak. Oleh karena itu, permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Gedung Papak digunakan sebagai ianjo. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan empat tahapan, yakni heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekonstruksi Gedung Papak sebagai ianjo pada masa penjajahan Jepang, mengungkap lebih dalam penderitaan para jugun ianfu di Gedung Papak, dan mengetahui pandangan masyarakat di masa Jepang terhadap jugun ianfu di Gedung Papak dengan menggunakan pendekatan sejarah politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gedung Papak sebagai ianjo tidak terlalu berbeda dengan ianjo lain dalam pengoperasiannya, tapi memiliki ciri khas berupa sistem pengocokan giliran, sistem pulang pergi, dan korban anak-anak.","PeriodicalId":33328,"journal":{"name":"Istoria","volume":"239 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Istoria","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.29408/fhs.v6i2.6388","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

During the Japanese occupation of Indonesia from 1942 to 1945, Japan mobilized women as jugun ianfu and placed them in various ianjo, which had been prepared by the Japanese army. The women who were made jugun ianfu also included those still underage. Sri Sukanti is one of the survivors of jugun ianfu who used to be employed at the Gedung Papak. Therefore, the problem in this research is how Gedung Papak was used as an ianjo. This study uses the historical method with four stages, namely heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The purpose of this research is to reconstruct Gedung Papak as an ianjo during the Japanese colonial period, reveal more deeply the suffering of jugun ianfu in Gedung Papak, and find out the views of the people during the Japanese period towards the jugun ianfu in Gedung Papak by using a political history approach. The results showed that Gedung Papak as an ianjo was not too different from other ianjo in its operation but had the characteristics of a turn shuffling system, a round trip system, and a child victim.Dalam masa penjajahan Jepang di Indonesia sejak tahun 1942 sampai 1945, Jepang menjalankan mobilisasi perempuan sebagai jugun ianfu dan menempatkan mereka di berbagai ianjo yang telah disiapkan oleh tentara Jepang. Perempuan-perempuan yang dijadikan jugun ianfu juga meliputi mereka yang masih di bawah umur. Sri Sukanti merupakan salah satu penyintas jugun ianfu yang dulu dipekerjakan di Gedung Papak. Oleh karena itu, permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Gedung Papak digunakan sebagai ianjo. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan empat tahapan, yakni heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekonstruksi Gedung Papak sebagai ianjo pada masa penjajahan Jepang, mengungkap lebih dalam penderitaan para jugun ianfu di Gedung Papak, dan mengetahui pandangan masyarakat di masa Jepang terhadap jugun ianfu di Gedung Papak dengan menggunakan pendekatan sejarah politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gedung Papak sebagai ianjo tidak terlalu berbeda dengan ianjo lain dalam pengoperasiannya, tapi memiliki ciri khas berupa sistem pengocokan giliran, sistem pulang pergi, dan korban anak-anak.
在1942年至1945年日本占领印度尼西亚期间,日本动员妇女充当女奴,将她们安置在日军准备的各种“女奴”中。被判居留权的妇女还包括未成年妇女。Sri Sukanti是jugun ianfu的幸存者之一,他曾经在Gedung Papak工作。因此,本研究的问题是Gedung Papak是如何被用作ianjo的。本研究采用史学方法,分为启发式、来源批判、阐释、史学四个阶段。本研究旨在以政治史学的研究方法,重建日本殖民时期的根东巴营,更深入地揭示根东巴营居士的苦难,并了解日本时期民众对根东巴营居士的看法。结果表明,格顿巴帕克作为一种弦乐器在操作上与其他弦乐器没有太大的区别,但具有轮换系统、往返系统和儿童受害者的特征。印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚Perempuan-perempuan yang dijadikan jugun ianfu juga meliputi mereka yang masih di bawah umur。Sri Sukanti merupakan salah satu peninintas jugun jian - fu yang dulu dipekerakan di Gedung Papak。Oleh karena itu, permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Gedung Papak digunakan sebagai ianjo。Penelitian ini menggunakan mede sejarah dengan empat tahapan, yakni启发式,批判数量,解释学,史学。Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekonstruksi Gedung Papak sebagai panada masa penjajahan japang, monungkap lebih dalam penderitaan para jugun gianfui panangan masarakat di masa japang, danmengetahui pandangan masarakat di masa japang - hadap jugun gifui Gedung Papak dengan menggunakan pendekatan sejarah政治。Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gedung Papak sebagai ianjo tiak terlalu berbeda dengan ianjo lain dalam pengoperasiannya, tapi memiliki cii khas berupa system pengocokan giliran, system pulang pergi, dan korban anak-anak。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
6
审稿时长
4 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信