{"title":"PERJUANGAN DAN OPIUM: MENGEPUL ASAP DARI SEBATANG BAMBU, KEHIDUPAN PETANI DI HINDIA BELANDA DI MASA CULTUURSTELSEL","authors":"Muhammad Nur Ichsan A.","doi":"10.24832/jk.v11i1.19","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"AbstractDutch control over the archipelago was very strong, especially in the nineteenth century.The Netherlands Government policy set cultuurstelsel was binding for the indigeneous peopleof the archipelago. Besides, using this policy, the Netherlands provoked the natives to consumeopium by smoothen the way of the opium suppliers from China. The consumption reached itspeak when mass opium consumption occurred in 1830-1870 coinciding with the practice ofcultuurstelsel policy by the Dutch. This paper attempts to reflect the influence and linkagesbetween cultuurstelsel and opium. The data used is qualitative data which obtained by collectingwritten sources and some reports from Netherlands papers. This data was sorted and verifiedbefore having an interpretation and analysis that poured through the process of historiography.The results of this paper indicate that during cultuurstelsel period, the natives became the objectof oppression of the Dutch government in an inhumane way. The natives were forced to work andcultivate their own land yet the Dutch was the one who enjoyed the results. In order to make thenatives to be stronger and work tenaciously, they were given opium as a “drug†to boost theirendurance performace so that they could work optimally and reap a lot of production to be sentto Europe by the Dutch. AbstrakPenguasaan Belanda terhadap Nusantara sangat kuat, terutama di abad ke-19 M. Kebijakanpemerintah Belanda menetapkan cultuurstelsel sebagai pilihan adalah hal yang mengikat bagipribumi Nusantara. Di samping itu pula, dengan kebijakan tersebut, Belanda memengaruhikelompok pribumi untuk mengonsumsi opium dengan cara memudahkan para pemasok opiumdari Tiongkok dan puncaknya ketika terjadi konsumsi opium massal pada tahun 1830-1870 yangbertepatan dengan kebijakan Cultuurstelsel oleh Belanda. Tulisan ini berusaha menggambarkanpengaruh dan keterkaitan antara Cultuurstelsel dan opium. Data yang digunakan adalah datakualitatif yang diperoleh dari mengumpulkan sumber tertulis, dan beberapa laporan Belanda,kemudian dipilah dan diverifikasi sebelum adanya interpretasi dan analisa yang dituangkanmelalui proses historiografi. Hasil dari tulisan ini menunjukkan bahwa di masa Cultuurstelselkaum pribumi menjadi objek penindasan pemerintah Belanda dengan cara yang tidak manusiawi.Kaum pribumi dipaksa untuk bekerja, kerja Rodi, mengolah lahan mereka sendiri, namunpemerintah Belandalah yang menikmati hasilnya. Agar kaum pribumi kuat dan ulet bekerja,mereka diberi opium sebagai “obat†penambah stamina agar dapat bekerja maksimal dan menuaiproduksi yang banyak untuk dikirim ke Eropa.","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24832/jk.v11i1.19","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
AbstractDutch control over the archipelago was very strong, especially in the nineteenth century.The Netherlands Government policy set cultuurstelsel was binding for the indigeneous peopleof the archipelago. Besides, using this policy, the Netherlands provoked the natives to consumeopium by smoothen the way of the opium suppliers from China. The consumption reached itspeak when mass opium consumption occurred in 1830-1870 coinciding with the practice ofcultuurstelsel policy by the Dutch. This paper attempts to reflect the influence and linkagesbetween cultuurstelsel and opium. The data used is qualitative data which obtained by collectingwritten sources and some reports from Netherlands papers. This data was sorted and verifiedbefore having an interpretation and analysis that poured through the process of historiography.The results of this paper indicate that during cultuurstelsel period, the natives became the objectof oppression of the Dutch government in an inhumane way. The natives were forced to work andcultivate their own land yet the Dutch was the one who enjoyed the results. In order to make thenatives to be stronger and work tenaciously, they were given opium as a “drug†to boost theirendurance performace so that they could work optimally and reap a lot of production to be sentto Europe by the Dutch. AbstrakPenguasaan Belanda terhadap Nusantara sangat kuat, terutama di abad ke-19 M. Kebijakanpemerintah Belanda menetapkan cultuurstelsel sebagai pilihan adalah hal yang mengikat bagipribumi Nusantara. Di samping itu pula, dengan kebijakan tersebut, Belanda memengaruhikelompok pribumi untuk mengonsumsi opium dengan cara memudahkan para pemasok opiumdari Tiongkok dan puncaknya ketika terjadi konsumsi opium massal pada tahun 1830-1870 yangbertepatan dengan kebijakan Cultuurstelsel oleh Belanda. Tulisan ini berusaha menggambarkanpengaruh dan keterkaitan antara Cultuurstelsel dan opium. Data yang digunakan adalah datakualitatif yang diperoleh dari mengumpulkan sumber tertulis, dan beberapa laporan Belanda,kemudian dipilah dan diverifikasi sebelum adanya interpretasi dan analisa yang dituangkanmelalui proses historiografi. Hasil dari tulisan ini menunjukkan bahwa di masa Cultuurstelselkaum pribumi menjadi objek penindasan pemerintah Belanda dengan cara yang tidak manusiawi.Kaum pribumi dipaksa untuk bekerja, kerja Rodi, mengolah lahan mereka sendiri, namunpemerintah Belandalah yang menikmati hasilnya. Agar kaum pribumi kuat dan ulet bekerja,mereka diberi opium sebagai “obat†penambah stamina agar dapat bekerja maksimal dan menuaiproduksi yang banyak untuk dikirim ke Eropa.
荷兰对该群岛的控制非常强大,特别是在19世纪。荷兰政府制定的文化政策对群岛上的土著人民具有约束力。此外,荷兰还利用这一政策,为中国的鸦片供应铺平了道路,从而刺激当地人吸食鸦片。鸦片消费在1830-1870年达到顶峰,当时正值荷兰实行文化贸易政策。本文试图反映鸦片与鸦片文化之间的影响和联系。使用的数据是定性数据,通过收集书面资料和荷兰报纸的一些报告获得。这些资料经过整理和验证,然后通过史学的过程进行解释和分析。本文的研究结果表明,在文化殖民时期,土著人成为荷兰政府非人道压迫的对象。当地人被迫在自己的土地上劳作和耕种,而荷兰人却享受着这样的结果。为了让他们更强壮,更顽强地工作,他们被给予鸦片作为 - œdrugâ -”,以提高他们的耐力表现,使他们能够最佳地工作,收获大量的产品,由荷兰人运往欧洲。Â摘要:企鹅与Belanda terhadap Nusantara sangat kuat, terutama di abad ke . 19 M. Kebijakanpemerintah Belanda menetapkan cultustelsel sebagai pilihan adalah hal yang mengikat bagipribumi Nusantara。在这里,我要讲的是:在这里,我要讲的是:在这里,我要讲的是:在这里,我要讲的是:在这里,我要讲的是:在这里,我要讲的是:在这里,我要讲的是:在这里,我要讲的是:tuisan ini berusaha menggambarkanpengaruh dan keterkaitan antara Cultuurstelsel dan opium。数据杨didiunakan adalah datakualitf yang diperoleh dari mengumpulkan sumber tertulis, dan beberapa laporan Belanda,kemudian dipilah dan diverfikasi sebelum adanya interpretasi dan anali yang dituangkanmelalui处理史学。哈西尔达里·杜里桑尼·梅努朱克坎·巴瓦迪·马萨文化,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。kam pribumi dipaksa untuk bekerja, kerja Rodi, mengolah lahan mereka sendiri, namunpemerintah Belandalah yang menikmati hasilnya。琼脂kaum pribumi kuat dan ulet bekerja,mereka diberi opium sebagai - œobatâ -”penambah stamina琼脂dapat bekerja maksimal dan menuaiproduksi yang banyak untuk dikirim ke Eropa。