{"title":"MULTIKULTURALISME USADA BALI","authors":"Ida bagus Suatama","doi":"10.32795/WIDYAKESEHATAN.V1I1.277","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Dua sistem pengobatan yang berkembang di era milenial saat ini adalah sistem Bio Medis kedokteran dan sistem Bio Kultural atau pengobatan tradisional. Usada Bali merupakan sistem pengobatan tradisional Bali yang sampai sekarang masih dilakukan di Bali. Usada Bali merupakan turunan dari Ayurweda. Ayurweda merupakan bagian dari Upaweda, sedangkan Upaweda merupakan bagian dari Weda Smerti. Masuk ke Bali pada abad X pada jaman Pemerintahan Raja Udayana. Sistem Usada Bali dasarnya adalah Empiriko Logis Magis Religius (pengalaman yang masuk akal dan ada unsur magis dan religious). Sistem pengobatan tradisional oleh WHO diakui sebagai Tradisional Medicine / Complementary and Alternative Medicine (TM/CAM). Kedatangan Dokter Wolfgank Von Wack tahun 1937 bertugas di Bali merupakan sebuah petunjuk bahwa Usada Bali kena pengaruh modernism. Secara legal formal sistem pengobatan Usada Bali mulai selangkah demi selangkah terpinggirkan. Dengan adanya regulasi Dasar Hukum legal formal dari Pemerintah tentang Pengobatan Tradisional, Usada Bali mulai mendapat perhatian. Gubernur Bali saat ini telah mempublikasikan dan akan menyediakan media bagi para Balian untuk praktek. Ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia) menyatakan Balian dapat bersinergi bila telah melewati standarisasi Fitofarmaka yang berlaku. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Rektor Universitas Hindu Indonesia menyambut dengan baik regulasi ini. Sekarang kesempatan dunia akademik mendapat peran lebih banyak agar Sistem Pengobatan Usada Bali semakin maju. Dalam penelitian ini diajukan tiga masalah yaitu: (1) Bagaimanakah eksistensi Usada Bali? (2) Bagaimanakah Usada Bali dalam multikulturalisme? (3) Dapatkah Usada Bali menunjang kehidupan masyarakat Bali?","PeriodicalId":23825,"journal":{"name":"Widya Kesehatan","volume":"86 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-03-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"3","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Widya Kesehatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32795/WIDYAKESEHATAN.V1I1.277","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
Abstract
Dua sistem pengobatan yang berkembang di era milenial saat ini adalah sistem Bio Medis kedokteran dan sistem Bio Kultural atau pengobatan tradisional. Usada Bali merupakan sistem pengobatan tradisional Bali yang sampai sekarang masih dilakukan di Bali. Usada Bali merupakan turunan dari Ayurweda. Ayurweda merupakan bagian dari Upaweda, sedangkan Upaweda merupakan bagian dari Weda Smerti. Masuk ke Bali pada abad X pada jaman Pemerintahan Raja Udayana. Sistem Usada Bali dasarnya adalah Empiriko Logis Magis Religius (pengalaman yang masuk akal dan ada unsur magis dan religious). Sistem pengobatan tradisional oleh WHO diakui sebagai Tradisional Medicine / Complementary and Alternative Medicine (TM/CAM). Kedatangan Dokter Wolfgank Von Wack tahun 1937 bertugas di Bali merupakan sebuah petunjuk bahwa Usada Bali kena pengaruh modernism. Secara legal formal sistem pengobatan Usada Bali mulai selangkah demi selangkah terpinggirkan. Dengan adanya regulasi Dasar Hukum legal formal dari Pemerintah tentang Pengobatan Tradisional, Usada Bali mulai mendapat perhatian. Gubernur Bali saat ini telah mempublikasikan dan akan menyediakan media bagi para Balian untuk praktek. Ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia) menyatakan Balian dapat bersinergi bila telah melewati standarisasi Fitofarmaka yang berlaku. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Rektor Universitas Hindu Indonesia menyambut dengan baik regulasi ini. Sekarang kesempatan dunia akademik mendapat peran lebih banyak agar Sistem Pengobatan Usada Bali semakin maju. Dalam penelitian ini diajukan tiga masalah yaitu: (1) Bagaimanakah eksistensi Usada Bali? (2) Bagaimanakah Usada Bali dalam multikulturalisme? (3) Dapatkah Usada Bali menunjang kehidupan masyarakat Bali?