{"title":"The Debate of Orthodox Sufism and Philosophical Sufism: The Study of Maqāmāt in the Sirāj al-Ṭālibīn of Shaykh Iḥsān Jampes","authors":"Syamsun Ni’am","doi":"10.14421/ajis.2020.581.1-34","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article discusses the mystical view of Shaykh Iḥsān Jampes Kediri, East Java. He is known as a muslim jurist as well as a practical Sunnī Sufi of Nusantara (Indonesia), with a worldwide reputation. The main reason for his reputation originates from his monumental work Sirāj al-Ṭālibīn a voluminous commentary of al-Ghazālī work, Minhāj al-’Ābidīn, which had successfully reaffirmed orthodox Sunnī sufism that built and developed by al-Ghazālī. The sufism attitudes and ways of Shaykh Iḥsān in the journey were as if dealing with a sufi group which had philosophical pattern. Additionally, Shaykh Iḥsān Jampes in Sirāj al-Ṭālibīn reviewed the sufistic core stages which are called maqāmāt by many sufis, but Shaykh Iḥsān calls them steep road (‘aqabah) consisting of seven steep stages. These differences bring some consequences not only on the number of steps/stairs/maqām and the final destination of his mystical journey, namely gnosis and deification; but also question the limit of human being who physically cannot be united with God. On the other hand, God could have chosen to be invited to unite in accordance with His will. These seven ‘aqabah are to deliver a traveller towards ma’rifatullāh (gnosis) as the ultimate mystical journey. [Artikel ini membahas pandangan sufistik Syaykh Iḥsān Jampes Kediri Jawa Timur. Ia adalah ahli hukum Islam yang juga sebagai praktisi sufi sunni yang terkenal di nusantara kala itu. Alasan utama yang membuatnya diperhitungkan adalah karyanya Sirāj al-Ṭālibīn yang berupa komentar terhadap Minhāj al-’Ābidīn karya al-Ghazālī. Sikap dan jalan sufi Shaykh Iḥsān Jampes tampaknya bersepakat dengan pola sufistik falsafati. Dalam karyanya tersebut ia membahas tingkatan yang oleh para sufi biasa disebut maqāmāt, dimana ia sendiri menyebutnya dengan jalan terjal (‘aqabah) yang terdiri dari 7 tingkatan. Perbedaan ini tidak hanya membawa perbedaan konsekuensi jumlah tangga dan tujuan akhir (gnosis dan deification), tapi juga soal batasan kemampuan fisik manusia untuk menyatu dengan Tuhan. Di sisi lain, Tuhan dapat juga mengundang untuk bersatu berdasarkan kehendakNya. Tujuh tingkatan ‘aqabah inilah yang akan membawa para musafir menuju ma’rifatullāh sebagai puncak perjalanan spiritual.]","PeriodicalId":42231,"journal":{"name":"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies","volume":"48 1","pages":"1-34"},"PeriodicalIF":0.3000,"publicationDate":"2020-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"6","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14421/ajis.2020.581.1-34","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"0","JCRName":"RELIGION","Score":null,"Total":0}
引用次数: 6
Abstract
This article discusses the mystical view of Shaykh Iḥsān Jampes Kediri, East Java. He is known as a muslim jurist as well as a practical Sunnī Sufi of Nusantara (Indonesia), with a worldwide reputation. The main reason for his reputation originates from his monumental work Sirāj al-Ṭālibīn a voluminous commentary of al-Ghazālī work, Minhāj al-’Ābidīn, which had successfully reaffirmed orthodox Sunnī sufism that built and developed by al-Ghazālī. The sufism attitudes and ways of Shaykh Iḥsān in the journey were as if dealing with a sufi group which had philosophical pattern. Additionally, Shaykh Iḥsān Jampes in Sirāj al-Ṭālibīn reviewed the sufistic core stages which are called maqāmāt by many sufis, but Shaykh Iḥsān calls them steep road (‘aqabah) consisting of seven steep stages. These differences bring some consequences not only on the number of steps/stairs/maqām and the final destination of his mystical journey, namely gnosis and deification; but also question the limit of human being who physically cannot be united with God. On the other hand, God could have chosen to be invited to unite in accordance with His will. These seven ‘aqabah are to deliver a traveller towards ma’rifatullāh (gnosis) as the ultimate mystical journey. [Artikel ini membahas pandangan sufistik Syaykh Iḥsān Jampes Kediri Jawa Timur. Ia adalah ahli hukum Islam yang juga sebagai praktisi sufi sunni yang terkenal di nusantara kala itu. Alasan utama yang membuatnya diperhitungkan adalah karyanya Sirāj al-Ṭālibīn yang berupa komentar terhadap Minhāj al-’Ābidīn karya al-Ghazālī. Sikap dan jalan sufi Shaykh Iḥsān Jampes tampaknya bersepakat dengan pola sufistik falsafati. Dalam karyanya tersebut ia membahas tingkatan yang oleh para sufi biasa disebut maqāmāt, dimana ia sendiri menyebutnya dengan jalan terjal (‘aqabah) yang terdiri dari 7 tingkatan. Perbedaan ini tidak hanya membawa perbedaan konsekuensi jumlah tangga dan tujuan akhir (gnosis dan deification), tapi juga soal batasan kemampuan fisik manusia untuk menyatu dengan Tuhan. Di sisi lain, Tuhan dapat juga mengundang untuk bersatu berdasarkan kehendakNya. Tujuh tingkatan ‘aqabah inilah yang akan membawa para musafir menuju ma’rifatullāh sebagai puncak perjalanan spiritual.]
这篇文章讨论了神秘的观点谢赫Iḥsān Jampes Kediri,东爪哇。他是一名穆斯林法学家,也是努桑塔拉(印度尼西亚)的一名实用的孙苏菲派,在世界范围内享有盛誉。他名声大噪的主要原因是他的不朽著作Sirāj al-Ṭālibīn,这是对al-Ghazālī的著作Minhāj al- ' Ābidīn的大量评论,它成功地重申了由al-Ghazālī建立和发展起来的正统逊尼派苏非主义。谢赫Iḥsān在旅途中的苏菲主义态度和方式就好像是在与一个具有哲学模式的苏菲派团体打交道。此外,谢赫Iḥsān Jampes在Sirāj al-Ṭālibīn中回顾了被许多苏菲派称为maqāmāt的苏菲主义核心阶段,但谢赫Iḥsān称它们为陡峭的道路(' aqabah),由七个陡峭的阶段组成。这些差异带来了一些后果,不仅是台阶/楼梯/maqām的数量和他神秘之旅的最终目的地,即灵知和神化;但也质疑人类的极限,因为人类的身体不能与上帝结合。另一方面,神也可以选择被邀请按照他的旨意联合起来。这七个aqabah将把旅行者送到ma 'rifatullāh(灵知)作为最终的神秘之旅。[Artikel ini membahas pandangan sufistik Syaykh Iḥsān] Jampes Kediri Jawa Timur。我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你。Alasan utama yang membuatnya diperhitungkan adalah karyanya Sirāj al-Ṭālibīn yang berupa评论terhadap Minhāj al- ' Ābidīn karya al-Ghazālī。Sikap dan jalan sufi Shaykh Iḥsān Jampes tampaknya bersepakat dengan pola sufistik falsafati。Dalam karyanya tersebut ia membahas tingkatan yang oleh para sufi biasa disebut maqāmāt, dimana ia sendiri menyebutnya dengan jalan terjal (' aqabah) yang terdiri dari 7 tingkatan。Perbedaan ini tidak hanya membawa Perbedaan konsekuensi jumlah tangga dan tujuan akhir(神化),tapi juga soal batasan kemampuan fisik manusia untuk menyatu dengan Tuhan。disisi lain, Tuhan dapat juga mengundang untuk bersatu berdasarkan kehendakya。[图juh tingkatan ' aqabah inilah yang akan membawa para musafir menuju ma 'rifatullāh sebagai puncak perjalanan spiritual。]