{"title":"Harmonisasi Tradisi di Tengah Modernitas Umat: Kajian Fenomenologi terhadap Akad Nikah Samin Kudus","authors":"Moh Durrul Ainun Nafis","doi":"10.37680/adabiya.v16i2.962","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Within a plural society, social and cultural discourses are frequently becoming a scourge. One of them is the blending of traditions in the face of people's modernity, such as the link between Islam and the indigenous Samin's traditional beliefs. The purpose of this study is to conduct a phenomenological investigation into the Samin Kudus custom of marriage contracts. Data was gathered using descriptive techniques such as observation, documentation, and interviews, and then analyzed using Edmund Husserl's phenomenological methodology. According to the findings, the marriage contract was held between the groom and the bride through the Samin custom of the marriage contract procession. This is due to the fact that the potential groom is of Samin custom practitioners who also embraces Islam belief, whereas the bride is a Muslimah. In addition, the marital contract procession is a harmonization across traditions in the study of phenomenology, specifically in harmonizing customs and religion through the stages of nyumuk, mbalesi gunem, ngendek, and paseksen. \nDiskursus sosial dan budaya kerap kali menjadi momok dalam kehidupan masyarakat majemuk. Salah satu di antaranya ialah harmonisasi tradisi di tengah modernitas umat seperti keterkaitan antara Islam dan adat kepercayaan Samin. Tujuan dalam penelitian ini ialah untuk melakukan pendalaman fenomenologis terhadap akad nikah berdasarkan adat Samin Kudus. Data penelitian dihimpun melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan teknik deskriptif, kemudian dianalisis menggunakan teori fenomenologi Edmund Husserl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akad nikah yang dilangsungkan antara pengantin pria dan wanita melalui prosesi akad nikah berdasarkan adat Samin. Hal ini disebabkan pengantin pria adalah seorang keturunan adat namun telah berstatus sebagai muslim, sedangkan pengantin wanita beragama Islam. Selain itu, dalam kajian fenomenologi prosesi akad nikah merupakan harmonisasi lintas tradisi, yakni menyelaraskan adat dan agama melalui tahapan nyumuk, mbalesi gunem, ngendek, dan paseksen.","PeriodicalId":7695,"journal":{"name":"Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.37680/adabiya.v16i2.962","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Within a plural society, social and cultural discourses are frequently becoming a scourge. One of them is the blending of traditions in the face of people's modernity, such as the link between Islam and the indigenous Samin's traditional beliefs. The purpose of this study is to conduct a phenomenological investigation into the Samin Kudus custom of marriage contracts. Data was gathered using descriptive techniques such as observation, documentation, and interviews, and then analyzed using Edmund Husserl's phenomenological methodology. According to the findings, the marriage contract was held between the groom and the bride through the Samin custom of the marriage contract procession. This is due to the fact that the potential groom is of Samin custom practitioners who also embraces Islam belief, whereas the bride is a Muslimah. In addition, the marital contract procession is a harmonization across traditions in the study of phenomenology, specifically in harmonizing customs and religion through the stages of nyumuk, mbalesi gunem, ngendek, and paseksen.
Diskursus sosial dan budaya kerap kali menjadi momok dalam kehidupan masyarakat majemuk. Salah satu di antaranya ialah harmonisasi tradisi di tengah modernitas umat seperti keterkaitan antara Islam dan adat kepercayaan Samin. Tujuan dalam penelitian ini ialah untuk melakukan pendalaman fenomenologis terhadap akad nikah berdasarkan adat Samin Kudus. Data penelitian dihimpun melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan teknik deskriptif, kemudian dianalisis menggunakan teori fenomenologi Edmund Husserl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akad nikah yang dilangsungkan antara pengantin pria dan wanita melalui prosesi akad nikah berdasarkan adat Samin. Hal ini disebabkan pengantin pria adalah seorang keturunan adat namun telah berstatus sebagai muslim, sedangkan pengantin wanita beragama Islam. Selain itu, dalam kajian fenomenologi prosesi akad nikah merupakan harmonisasi lintas tradisi, yakni menyelaraskan adat dan agama melalui tahapan nyumuk, mbalesi gunem, ngendek, dan paseksen.
在一个多元社会中,社会和文化话语经常成为一种祸害。其中之一是面对人们的现代性,传统的融合,如伊斯兰教与土著萨明人传统信仰的联系。本研究的目的是对Samin Kudus的婚约习俗进行现象学调查。使用观察、文献和访谈等描述性技术收集数据,然后使用埃德蒙·胡塞尔的现象学方法进行分析。根据调查结果,新郎和新娘之间的婚姻契约是通过婚姻契约游行的Samin习俗举行的。这是因为潜在的新郎是信奉伊斯兰教的萨明人习俗实践者,而新娘是穆斯林。此外,在现象学的研究中,婚姻契约过程是一种跨传统的协调,特别是在通过nyumuk, mbalesi gunem, ngendek和paseksen阶段协调习俗和宗教。diskorsus social dan budaya kerap kali menjadi momok dalam kehidupan masyarakat majemuk。Salah satu di antaranya halah harmonisasi tradissi di tengah modernitas umat seperti keterkaitan antaran Islam dan adat kepercayaan Samin。Tujuan dalam penelitian ini ialah untuk melakukan pendalaman现象学,即在Samin Kudus上进行研究。数据分析:观测、文献、数据分析、技术分析、数据分析、现象分析、胡塞尔。Hasil penelitian menunjukkan bahwa akad nikah yang dilangsungkan antara pengantin pria danwanita melalui prosesi akad nikah berdasarkan adsamin。我是说,我是说我是穆斯林,我是说我是伊斯兰。Selain itu, dalam kajian现象学,prosesi, nikah merupakan harmonisasi lintas tradisi, yakni menyelaraskan, adat danagama melalui tahapannyumuk, mbalesi gunem, ngendek, dan paseksen。