Land Regulations in the Yogyakarta Sultanate Rijksblad In the Second Decade of the 20 Century

Nur Aini Setiawati
{"title":"Land Regulations in the Yogyakarta Sultanate Rijksblad In the Second Decade of the 20 Century","authors":"Nur Aini Setiawati","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.27500","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract: Land regulations are made to organize life together in the community hoping that there are regulations that can provide legal certainty and resolve agrarian conflicts. However, in feudal times, the theory of royal property (vorstendomein) and royal property rights (vorsteneigendoormsrecht) said that all royal lands belonged to the king. Since the signing of the Giyanti treaty in 1755, the Sultan has made rules to regulate life in the communities enshrined in Rijksblad. Therefore, it is necessary to study land regulations during feudal times as part of the history of legal changes and developments in Yogyakarta society. Using the historical research method and the law approach through the Rijksblad, this research shows that even though the land regulations in the feudal era said that the king was the absolute owner of the land, the Sultan had made the rules.Abstrak: Pengaturan pertanahan dibuat untuk menata kehidupan bersama dalam masyarakat dengan harapan ada regulasi yang dapat memberikan kepastian hukum dan menyelesaikan konflik agraria. Namun, pada zaman feodal teori kepemilikan kerajaan (vorstendomein) dan hak milik kerajaan (vorsteneigendoormsrecht) mengatakan bahwa semua tanah kerajaan adalah milik raja. Sejak penandatanganan perjanjian Giyanti pada tahun 1755, Sultan telah membuat aturan untuk mengatur kehidupan masyarakat yang diabadikan di Rijksblad. Oleh karena itu, perlu dikaji regulasi pertanahan pada masa feodal sebagai bagian dari sejarah perubahan dan perkembangan hukum di masyarakat Yogyakarta. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah dan pendekatan hukum melalui Rijksblad, penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun peraturan pertanahan pada zaman feodal menyatakan bahwa raja adalah pemilik mutlak atas tanah, namun yang dibuat oleh Sultan adalah peraturannya. ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Paramita Historical Studies Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.27500","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Abstract: Land regulations are made to organize life together in the community hoping that there are regulations that can provide legal certainty and resolve agrarian conflicts. However, in feudal times, the theory of royal property (vorstendomein) and royal property rights (vorsteneigendoormsrecht) said that all royal lands belonged to the king. Since the signing of the Giyanti treaty in 1755, the Sultan has made rules to regulate life in the communities enshrined in Rijksblad. Therefore, it is necessary to study land regulations during feudal times as part of the history of legal changes and developments in Yogyakarta society. Using the historical research method and the law approach through the Rijksblad, this research shows that even though the land regulations in the feudal era said that the king was the absolute owner of the land, the Sultan had made the rules.Abstrak: Pengaturan pertanahan dibuat untuk menata kehidupan bersama dalam masyarakat dengan harapan ada regulasi yang dapat memberikan kepastian hukum dan menyelesaikan konflik agraria. Namun, pada zaman feodal teori kepemilikan kerajaan (vorstendomein) dan hak milik kerajaan (vorsteneigendoormsrecht) mengatakan bahwa semua tanah kerajaan adalah milik raja. Sejak penandatanganan perjanjian Giyanti pada tahun 1755, Sultan telah membuat aturan untuk mengatur kehidupan masyarakat yang diabadikan di Rijksblad. Oleh karena itu, perlu dikaji regulasi pertanahan pada masa feodal sebagai bagian dari sejarah perubahan dan perkembangan hukum di masyarakat Yogyakarta. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah dan pendekatan hukum melalui Rijksblad, penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun peraturan pertanahan pada zaman feodal menyatakan bahwa raja adalah pemilik mutlak atas tanah, namun yang dibuat oleh Sultan adalah peraturannya. 
20世纪第二个十年日惹苏丹国的土地管理
摘要:制定土地法规是为了组织社区中的共同生活,希望有能够提供法律确定性和解决土地冲突的法规。然而,在封建时代,王室财产论(vorstendomein)和王室财产权论(vorteneigendoormsrecht)认为所有王室土地都属于国王。自1755年签署《吉扬蒂条约》以来,苏丹制定了规则来规范Rijksblad社区的生活。因此,有必要将封建时期的土地法规作为日惹社会法律变革和发展史的一部分来研究。本研究采用历史研究方法和法律方法,通过《Rijksblad》,表明即使封建时代的土地法规规定国王是土地的绝对所有者,但苏丹制定了规则。摘要:制定农业规则是为了在社会中共同生活,希望有一些法规可以提供法律确定性,解决农业冲突。然而,在王国所有权(vorstendomein)和王国权利(vorsteneigendoomsrecht)的非模态理论提出时,王国的所有土地都属于国王。自1755年签署《巨人协议》以来,苏丹制定了规则来规范里克斯布拉德文明人口的生活。因此,有必要将封建时代的农业法规作为日惹社会法律变革和发展史的一部分进行检验。本研究采用历史研究的方法,并通过Rijksblad对法律进行近似,表明尽管封建时代的农业规则规定国王是土地的绝对所有者,但苏丹制定的是规则
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
15
审稿时长
12 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信