{"title":"Tragedi Di Mempusun: Perang Antara Kerajaan Siak dan Kerajaan Pelalawan (1806-1811)","authors":"I. Wahyuni, Bunari Bunari, Asril Asril","doi":"10.26623/jdsb.v25i2.4169","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Berdirinya Kerajaan-kerajaan Melayu di Riau, membuat kerajaan-kerajaan tersebut memperluas daerah kekuasaannya dengan cara menaklukkan kerajaan lainnya. Sama halnya seperti Kerajaan Siak dan Kerajaan Pelalawan. Perang antara dua kerajaan ini terjadi di Pelalawan yakni di Mempusun. Dalam penelitian ini membahas mengenai: (1) Latar belakang penyebab terjadinya perang antara Kerajaan Siak dan Kerajaan Pelalawan serta Pemerintahan Kerajaan Siak pada masa Sultan Syarif Ali; (2) jalannya perang antara Kerajaan Siak dan Kerajaan Pelalawan 1806-1811; (3) akhir dan dampak dari perang antara Kerajaan Siak dan Kerajaan Pelalawan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode sejarah, yang mana metode sejarah mempunyai 4 tahap, yakni: (1) Heuristik; (2) Kritik sumber; (3) Interpretasi; (4) Historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perang yang terjadi dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat antara Kerajaan Siak dan Kerajaan Pelalawan mengenai bagian wilayah kekuasaan, dan kukuh nya dalam mempertahankan pendapat masing-masing. Terdapat dua kali penyerangan dalam perang ini. Kemenangan berada pada Kerajaan Siak, dan perang pun selesai, setelah naiknya Sayed Abdurrahman menjadi Raja di Kerajaan Pelalawan, Sayed Abdurrahman mengeluarkan maklumat yang mengarah pada perdamaian. Sayed Abdurrahman meminta Mantan Raja Pelalawan yakni Maharaja Lela Putra untuk kembali ke Pelalawan untuk dijadikan Orang Besar Kerajaan serta dijamin keselamatannya, dan akhir dari perang tersebut ialah berdamai dan mengikat persaudaraan Begito yakni persaudaraan dunia akhirat.","PeriodicalId":55774,"journal":{"name":"Jurnal Dinamika Sosial Budaya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Dinamika Sosial Budaya","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.26623/jdsb.v25i2.4169","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Berdirinya Kerajaan-kerajaan Melayu di Riau, membuat kerajaan-kerajaan tersebut memperluas daerah kekuasaannya dengan cara menaklukkan kerajaan lainnya. Sama halnya seperti Kerajaan Siak dan Kerajaan Pelalawan. Perang antara dua kerajaan ini terjadi di Pelalawan yakni di Mempusun. Dalam penelitian ini membahas mengenai: (1) Latar belakang penyebab terjadinya perang antara Kerajaan Siak dan Kerajaan Pelalawan serta Pemerintahan Kerajaan Siak pada masa Sultan Syarif Ali; (2) jalannya perang antara Kerajaan Siak dan Kerajaan Pelalawan 1806-1811; (3) akhir dan dampak dari perang antara Kerajaan Siak dan Kerajaan Pelalawan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode sejarah, yang mana metode sejarah mempunyai 4 tahap, yakni: (1) Heuristik; (2) Kritik sumber; (3) Interpretasi; (4) Historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perang yang terjadi dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat antara Kerajaan Siak dan Kerajaan Pelalawan mengenai bagian wilayah kekuasaan, dan kukuh nya dalam mempertahankan pendapat masing-masing. Terdapat dua kali penyerangan dalam perang ini. Kemenangan berada pada Kerajaan Siak, dan perang pun selesai, setelah naiknya Sayed Abdurrahman menjadi Raja di Kerajaan Pelalawan, Sayed Abdurrahman mengeluarkan maklumat yang mengarah pada perdamaian. Sayed Abdurrahman meminta Mantan Raja Pelalawan yakni Maharaja Lela Putra untuk kembali ke Pelalawan untuk dijadikan Orang Besar Kerajaan serta dijamin keselamatannya, dan akhir dari perang tersebut ialah berdamai dan mengikat persaudaraan Begito yakni persaudaraan dunia akhirat.