Aksi Bela Islam: islamic clicktivism and the new authority of religious propaganda in the millennial age in Indonesia

IF 0.6 0 RELIGION
M. Ahyar, Alfitri Alfitri
{"title":"Aksi Bela Islam: islamic clicktivism and the new authority of religious propaganda in the millennial age in Indonesia","authors":"M. Ahyar, Alfitri Alfitri","doi":"10.18326/IJIMS.V9I1.1-29","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The great Islamic mass rally which well known as “Aksi Bela Islam (Defending Islam action) 212” in Indonesia has always been claimed as the triumph of Islamic activism. This action continue to be voiced through social media such as Facebook, Twitter, Instagram, and so forth with the jargon “ 212 spirit “. The voluminous actions of “Aksi Bela Islam 212” sound like an authoritative propaganda jargon which are exhaled to spread the Islamic identity through the internet. Along with the proliferation of online Islamic activism, some major questions emerge about: (1) whether online religious discourse is an authoritative source that gives Muslim society an authority in religious propaganda; (2) to what extent the proliferation of online Islamic activism has shaped the new Islamic propaganda authority? The objective of this article is to examine the discourse of Islamic activism in the online public sphere which makes the internet and online social media as a new vehicle in the transformation of traditional-modern Islamic propaganda authority for technologically literate generation. The article highlights some transformations of traditional religious propaganda authority to the new one which appropriated with the technological advancement. Using political sociology approach, this article will maps an Islamic online activism, which is termed as Islamic clicktivism, and its relation to the religious propaganda authority. The finding of this article reveals that Islamic clicktivism can be an authoritative method in shaping religious and political discourses. Finally, this article argues that Islamic social movement in the millennial age – especially in the post 212 movement – has consistency to play a role in political contestation through the Islamic clicktivism. Gerakan aksi masal Islam yang dikenal dengan Aksi Bela Islam di Indonesia selalu diklaim sebagai kemenangan aktivisme Islam. Menyusul Aksi Bela Islam dalam ranah gerakan sosial, wacana serupa juga disuarakan melalui gerakan aktivisme secara daring yang disebarkan melalui berbagai media social seperti Facebook, Twitter dan Istagram dengan jargo “spirit 212”. Aksi berjilid-jilid dari Aksi Bela Islam ini terdengan seakan menjadi jargon propaganda otoritatif yang dihembuskan untuk menyebarkan identitas Islam melalui internet. Seiring dengan fenomena proliferasi gerakan-gerakan Islam daring tersebut, beberapa pertanyaan muncul: pertama, apakah diskursus keagamaan daring menjadi sumber otoritatif yang memberikan otoritas kepada masyarkat Muslim dalam hal propaganda agama? Kedua, sejauh mana proliferasi aktivisme Islam daring membentuk otoritas propaganda keagamaan baru? Sasaran dari artikel ini adalah menguji wacana aktivisme Islam di ruang public daring yang menjadikan internet dan media social daring sebagai kendaraan baru dalam transformasi otoritas propaganda keagamaan dari tradisional ke modern bagi kalangan melek milenial yang melek teknologi. Artikel ini menyoroti beberapa trasnformasi propaganda keagamaan tradisional menuju modern yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi. Dengan menggunakan pendekatan sosiologi-politik, artikel ini memetakan aktivisme Islam daring, yang diistilahkan dengan Islamic clicktivism, dan hubungannnya dengan otoritas propaganda keagamaan. Temuan artikel ini menunjukkan bahwa kliktifisme Islam dapat menjadi metode otoritatif dalam membentuk wacana keagamaan dan politik sekaligus. Pada akhirnya artikel ini menegaskan bahwa gerakan social Islam di era milenial – khususnya pasca gerakan 212 –secara konsisten mengambil peran dalam kontestasi politik identitas dengan menggunakan kliktifisme Islam.","PeriodicalId":42170,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.6000,"publicationDate":"2019-05-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"39","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18326/IJIMS.V9I1.1-29","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"0","JCRName":"RELIGION","Score":null,"Total":0}
引用次数: 39

Abstract

The great Islamic mass rally which well known as “Aksi Bela Islam (Defending Islam action) 212” in Indonesia has always been claimed as the triumph of Islamic activism. This action continue to be voiced through social media such as Facebook, Twitter, Instagram, and so forth with the jargon “ 212 spirit “. The voluminous actions of “Aksi Bela Islam 212” sound like an authoritative propaganda jargon which are exhaled to spread the Islamic identity through the internet. Along with the proliferation of online Islamic activism, some major questions emerge about: (1) whether online religious discourse is an authoritative source that gives Muslim society an authority in religious propaganda; (2) to what extent the proliferation of online Islamic activism has shaped the new Islamic propaganda authority? The objective of this article is to examine the discourse of Islamic activism in the online public sphere which makes the internet and online social media as a new vehicle in the transformation of traditional-modern Islamic propaganda authority for technologically literate generation. The article highlights some transformations of traditional religious propaganda authority to the new one which appropriated with the technological advancement. Using political sociology approach, this article will maps an Islamic online activism, which is termed as Islamic clicktivism, and its relation to the religious propaganda authority. The finding of this article reveals that Islamic clicktivism can be an authoritative method in shaping religious and political discourses. Finally, this article argues that Islamic social movement in the millennial age – especially in the post 212 movement – has consistency to play a role in political contestation through the Islamic clicktivism. Gerakan aksi masal Islam yang dikenal dengan Aksi Bela Islam di Indonesia selalu diklaim sebagai kemenangan aktivisme Islam. Menyusul Aksi Bela Islam dalam ranah gerakan sosial, wacana serupa juga disuarakan melalui gerakan aktivisme secara daring yang disebarkan melalui berbagai media social seperti Facebook, Twitter dan Istagram dengan jargo “spirit 212”. Aksi berjilid-jilid dari Aksi Bela Islam ini terdengan seakan menjadi jargon propaganda otoritatif yang dihembuskan untuk menyebarkan identitas Islam melalui internet. Seiring dengan fenomena proliferasi gerakan-gerakan Islam daring tersebut, beberapa pertanyaan muncul: pertama, apakah diskursus keagamaan daring menjadi sumber otoritatif yang memberikan otoritas kepada masyarkat Muslim dalam hal propaganda agama? Kedua, sejauh mana proliferasi aktivisme Islam daring membentuk otoritas propaganda keagamaan baru? Sasaran dari artikel ini adalah menguji wacana aktivisme Islam di ruang public daring yang menjadikan internet dan media social daring sebagai kendaraan baru dalam transformasi otoritas propaganda keagamaan dari tradisional ke modern bagi kalangan melek milenial yang melek teknologi. Artikel ini menyoroti beberapa trasnformasi propaganda keagamaan tradisional menuju modern yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi. Dengan menggunakan pendekatan sosiologi-politik, artikel ini memetakan aktivisme Islam daring, yang diistilahkan dengan Islamic clicktivism, dan hubungannnya dengan otoritas propaganda keagamaan. Temuan artikel ini menunjukkan bahwa kliktifisme Islam dapat menjadi metode otoritatif dalam membentuk wacana keagamaan dan politik sekaligus. Pada akhirnya artikel ini menegaskan bahwa gerakan social Islam di era milenial – khususnya pasca gerakan 212 –secara konsisten mengambil peran dalam kontestasi politik identitas dengan menggunakan kliktifisme Islam.
Aksi Bela Islam:伊斯兰点击主义与印尼千禧一代宗教宣传的新权威
在印度尼西亚发生的被称为“捍卫伊斯兰行动”(Aksi Bela Islam)的大规模伊斯兰群众集会一直被认为是伊斯兰激进主义的胜利。这一行动继续通过Facebook、Twitter、Instagram等社交媒体表达,并被称为“212精神”。“Aksi Bela Islam 212”的大量行动听起来像是一个权威的宣传行话,通过互联网传播伊斯兰身份。随着网络伊斯兰激进主义的扩散,一些主要问题出现了:(1)网络宗教话语是否是赋予穆斯林社会宗教宣传权威的权威来源;(2)网络伊斯兰激进主义的扩散在多大程度上塑造了新的伊斯兰宣传权威?本文的目的是检视伊斯兰激进主义在网络公共领域的话语,这些话语使互联网和在线社交媒体成为传统-现代伊斯兰宣传权威转变的新工具,面向具有技术素养的一代人。文章重点论述了传统宗教宣传权威向适应技术进步的新宗教宣传权威的转变。本文将运用政治社会学的方法,描绘一种被称为伊斯兰点击行动主义的伊斯兰网络行动主义,以及它与宗教宣传当局的关系。本文的发现揭示了伊斯兰点击行动主义可以成为塑造宗教和政治话语的权威方法。最后,本文认为,千禧年的伊斯兰社会运动——尤其是后212运动——通过伊斯兰点击行动主义在政治竞争中发挥了一致的作用。民进党aksi masal Islam yang dikenal dengan aksi Bela Islam di Indonesia selalu diklaim sebagai kemenangan aktivisme Islam。Menyusul Aksi Bela Islam dalam ranah gerakan social, wacana serupa juga disuarakan melali gerakan aktivisme secara勇敢yang disebarkan melalui berbagai媒体社交独立Facebook, Twitter和Istagram dendenan术语“精神212”。Aksi beljilid -jilid dari Aksi beljilidi terdengan seakan menjadi行话宣传伊斯兰教的权威人士。“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”伊斯兰激进主义的激进分子的扩散,大胆的伊斯兰激进主义的宣传,keagamaan baru?翻译为:saran dari artikel ini adalah menguji wacana aktivisme伊斯兰教di ruang公众大胆yang menjadikan互联网媒体社会大胆sebagai kendaraan baru dalam transformasi otoritas宣传keagamaan dari传统的现代的bagi kalangan melek千年的yang melek技术。Artikel ini menyoroti beberapa转换信息,宣传keagamaan传统菜单,现代yang疾病,kandengan perkembangan技术。登干的社会政治主义,登干的伊斯兰激进主义,登干的伊斯兰激进主义,登干的伊斯兰激进主义,登干的宣传主义。在伊斯兰教中,伊斯兰教是一种宗教主义,是一种宗教主义,是一种政治主义。【翻译】【译文】“政治认同”指的是“政治认同”,指的是“政治认同”,指的是“政治认同”。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
CiteScore
2.50
自引率
16.70%
发文量
8
审稿时长
24 weeks
期刊介绍: Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies (IJIMS): This journal should coverage Islam both as a textual tradition with its own historical integrity and as a social reality which was dynamic and constantly changing. The journal also aims at bridging the gap between the textual and contextual approaches to Islamic Studies; and solving the dichotomy between ‘orthodox’ and ‘heterodox’ Islam. So, the journal invites the intersection of several disciplines and scholars. In other words, its contributors borrowed from a range of disciplines, including the humanities and social sciences.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信