EKSISTENSI PUBLIC SPHERE DALAM MEDIA MAINSTREAM: Studi pada Rubrik Citizen Journalism Tribun Yogyakarta

Yanti Dwi Astuti
{"title":"EKSISTENSI PUBLIC SPHERE DALAM MEDIA MAINSTREAM: Studi pada Rubrik Citizen Journalism Tribun Yogyakarta","authors":"Yanti Dwi Astuti","doi":"10.14421/JSR.V12I2.1235","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Citizen Journalism phenomenon became a trend in the world of journalism and became a new public space for society. One of the mainstream media that is Tribun Jogja newspaper adopted the trend into its rubric called Citizen Journalism rubric. In practice, however, there is an enormous amount of preaching incompatible with the essential meaning of citizen journalism and the public space itself. Where it tends to be very flat and descriptive does not touch on the essence of the meaning of public space is the discussion process that prioritizes rational and critical debate and still apply the process of screening and editing by editors. This is in stark contrast to the spirit of the presence of citizen journalism that is free from any intervention, freely voicing opinions, interactivity, unlimited space, no competition between authors, and no strict detection of news content. Based on this assumption, this research will try to uncover how the existence of public space through Citizen Journalism rubric of Tribun Jogja in the period of one year since its presence which is from 2011 to 2012. Data obtained through in-depth interviews and documentation in the form of Citizen Journalism rubric in Tribun Jogja. Data analysis using three stages of discourse analysis on the news consisting of text analysis, social cognition, and social context. This study reinforces the fact that mainstream media is not a free and neutral channel, but a tool of dominant groups and also produces dominant ideologies. So put the rubric named citizen journalism into utopia. Recommendations for editors Citizen Journalism and Koran Tribun Jogja, should provide more news coverage space both in print and online editions, and submit the management of Citizen Journalism rubric to outsiders who have no direct ties with the media concerned, so that the dimension of independence can Achieved. Fenomena Citizen Journalism menjadi trend dalam dunia jurnalisme dan menjadi ruang publik baru bagi masyarakat. Salah satu media mainstream yaitu koran Tribun Jogja mengadopsi tren tersebut ke dalam rubriknya yang dinamakan rubrik Citizen journalism. Namun dalam prakteknya, terdapat banyak sekali kecenderungan pemberitaan yang tidak sesuai dengan makna hakiki dari citizen journalism dan ruang publik itu sendiri. Dimana cenderung sangat datar dan deskriptif tidak menyentuh pada esensi dari makna ruang publik yaitu pada proses diskusi yang megedepankan debat rasional dan kritis serta masih diberlakukannya proses penseleksian dan editing oleh redakturnya. Hal ini sangat kontras dengan semangat hadirnya citizen journalism yang bersifat bebas dari intervensi siapapun, menyuarakan pendapat secara leluasa, interaktifitas, tidak terbatasi oleh halaman (unlimited space), tidak ada persaingan antar penulis, dan tidak adanya penseleksian ketat terhadap konten beritanya. Berdasarkan asumsi tersebut penelitian ini akan mencoba membongkar dan menggambarkan bagaimana eksistensi ruang publik melalui rubrik Citizen Journalism Tribun Jogja dalam kurun waktu tiga tahun sejak kehadirannya yaitu mulai 2011 hingga 2012. Penelitian ini menguatkan fakta bahwa media mainstream bukanlah saluran yang bebas dan netral, melainkan sebuah alat dari kelompok dominan dan juga memproduksi ideologi dominan. Sehingga menempatkan rubrik yang bernama citizen journalism menjadi utopia. Rekomendasi bagi redaktur rubrik Citizen Journalism dan Koran Tribun Jogja, sebaiknya memberikan space pemberitaan rubrik ini lebih banyak lagi baik pada edisi cetak maupun online, dan menyerahkan pengelolaan rubrik Citizen Journalism pada pihak luar yang tidak memiliki ikatan langsung dengan media yang bersangkutan, sehingga dimensi independensi dapat tercapai.","PeriodicalId":55676,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Reflektif","volume":"12 1","pages":"233-250"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Sosiologi Reflektif","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14421/JSR.V12I2.1235","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Citizen Journalism phenomenon became a trend in the world of journalism and became a new public space for society. One of the mainstream media that is Tribun Jogja newspaper adopted the trend into its rubric called Citizen Journalism rubric. In practice, however, there is an enormous amount of preaching incompatible with the essential meaning of citizen journalism and the public space itself. Where it tends to be very flat and descriptive does not touch on the essence of the meaning of public space is the discussion process that prioritizes rational and critical debate and still apply the process of screening and editing by editors. This is in stark contrast to the spirit of the presence of citizen journalism that is free from any intervention, freely voicing opinions, interactivity, unlimited space, no competition between authors, and no strict detection of news content. Based on this assumption, this research will try to uncover how the existence of public space through Citizen Journalism rubric of Tribun Jogja in the period of one year since its presence which is from 2011 to 2012. Data obtained through in-depth interviews and documentation in the form of Citizen Journalism rubric in Tribun Jogja. Data analysis using three stages of discourse analysis on the news consisting of text analysis, social cognition, and social context. This study reinforces the fact that mainstream media is not a free and neutral channel, but a tool of dominant groups and also produces dominant ideologies. So put the rubric named citizen journalism into utopia. Recommendations for editors Citizen Journalism and Koran Tribun Jogja, should provide more news coverage space both in print and online editions, and submit the management of Citizen Journalism rubric to outsiders who have no direct ties with the media concerned, so that the dimension of independence can Achieved. Fenomena Citizen Journalism menjadi trend dalam dunia jurnalisme dan menjadi ruang publik baru bagi masyarakat. Salah satu media mainstream yaitu koran Tribun Jogja mengadopsi tren tersebut ke dalam rubriknya yang dinamakan rubrik Citizen journalism. Namun dalam prakteknya, terdapat banyak sekali kecenderungan pemberitaan yang tidak sesuai dengan makna hakiki dari citizen journalism dan ruang publik itu sendiri. Dimana cenderung sangat datar dan deskriptif tidak menyentuh pada esensi dari makna ruang publik yaitu pada proses diskusi yang megedepankan debat rasional dan kritis serta masih diberlakukannya proses penseleksian dan editing oleh redakturnya. Hal ini sangat kontras dengan semangat hadirnya citizen journalism yang bersifat bebas dari intervensi siapapun, menyuarakan pendapat secara leluasa, interaktifitas, tidak terbatasi oleh halaman (unlimited space), tidak ada persaingan antar penulis, dan tidak adanya penseleksian ketat terhadap konten beritanya. Berdasarkan asumsi tersebut penelitian ini akan mencoba membongkar dan menggambarkan bagaimana eksistensi ruang publik melalui rubrik Citizen Journalism Tribun Jogja dalam kurun waktu tiga tahun sejak kehadirannya yaitu mulai 2011 hingga 2012. Penelitian ini menguatkan fakta bahwa media mainstream bukanlah saluran yang bebas dan netral, melainkan sebuah alat dari kelompok dominan dan juga memproduksi ideologi dominan. Sehingga menempatkan rubrik yang bernama citizen journalism menjadi utopia. Rekomendasi bagi redaktur rubrik Citizen Journalism dan Koran Tribun Jogja, sebaiknya memberikan space pemberitaan rubrik ini lebih banyak lagi baik pada edisi cetak maupun online, dan menyerahkan pengelolaan rubrik Citizen Journalism pada pihak luar yang tidak memiliki ikatan langsung dengan media yang bersangkutan, sehingga dimensi independensi dapat tercapai.
EKSISTENS公共空间DALAM媒体主流:《日惹公民新闻论坛》研究
公民新闻现象成为新闻世界的一种趋势,成为社会新的公共空间。主流媒体之一《论坛日报》将这一趋势纳入了其名为“公民新闻准则”的准则中。然而,在实践中,有大量的说教与公民新闻的本质含义和公共空间本身不符。它往往是非常扁平和描述性的,没有触及公共空间意义的本质,这是一个优先考虑理性和批判性辩论的讨论过程,仍然应用编辑筛选和编辑的过程。这与公民新闻的存在精神形成了鲜明对比,公民新闻不受任何干预,自由发表意见,互动,无限空间,作者之间没有竞争,也没有对新闻内容的严格检测。基于这一假设,本研究将试图通过《Jogja论坛报》的公民新闻准则,揭示公共空间在2011年至2012年这一年中的存在。通过深入采访和文献记录获得的数据,以《Jogja论坛报》的公民新闻准则为形式。数据分析采用语篇分析的三个阶段对新闻进行分析,包括文本分析、社会认知和社会语境。这项研究强化了一个事实,即主流媒体不是一个自由和中立的渠道,而是主导群体的工具,也产生了主导意识形态。因此,把公民新闻这个标题放进乌托邦。《公民新闻》和《古兰经论坛报》的编辑建议应在印刷版和网络版中提供更多的新闻报道空间,并向与相关媒体没有直接联系的外部人士提交《公民新闻准则》的管理,以便实现独立性。公民新闻现象已经成为新闻界的一种趋势,成为社会新的公共空间。主流媒体之一是《Jogja Tribune》,该报将这一训练纳入其名为“公民新闻”的标题中。但在实践中,有很多言论倾向与公民新闻和公共空间本身的判断不符。一种非常扁平和描述性的倾向没有触及公共空间意义的本质,即加速理性和批判性辩论的讨论过程,而这一讨论过程仍在由彭塞莱西安及其编辑进行。这与公民新闻的精神非常矛盾,公民新闻不受干预,在广阔、互动、无限的空间中表达意见,作家之间没有竞争,也没有对新闻内容进行严格反思。基于这一假设,本研究将试图通过《Jogja Tribune》的公民新闻部分揭示和描述公共空间的存在是如何从2011年到2012年持续了三年的。这项研究证实了一个事实,即主流媒体不是一个自由和中立的渠道,而是一个来自主导群体的工具,也产生了主导意识形态。因此,把一个名为“公民新闻”的标题放进了乌托邦。对《公民新闻》和《Jogja Tribunal》报纸编辑的建议,更好地为该标题在印刷版和网络版上的发布提供更多空间,并将《公民新闻报》标题的管理委托给与相关媒体没有直接联系的外部方,从而实现独立性。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
审稿时长
18 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信