Penafsiran Keterangan Palsu Dalam Persidangan Tindak Pidana Korupsi Dengan Kaitannya Kasus Obstruction of Justice

Muh Sutri Mansyah, L. Ali
{"title":"Penafsiran Keterangan Palsu Dalam Persidangan Tindak Pidana Korupsi Dengan Kaitannya Kasus Obstruction of Justice","authors":"Muh Sutri Mansyah, L. Ali","doi":"10.21154/JUSTICIA.V16I1.1499","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article aims to investigate about false information as a case of obstruction of justice, here the author uses a type of normative juridical writing with a legislative approach, conceptual approach and case approach, this is the background of the defendant or witness giving information in the trial as proof, but in the process of giving information it turns out that there is a problem, namely the defendant or witness gave a false statement in court, this will certainly hinder the ongoing verification process and the judge or public prosecutor becomes difficult to find material truth. Therefore, the results of this paper state that false information as stipulated in Article 22 of Law Number 31 Year 1999 jo Law Number 20 Year 2001 concerning Eradication of Criminal Acts of Corruption is part of the obstruction of justice because false statements in the trial resulted in the disruption of the trial process and required a long time in the trial process even though it was not directly a consequence, so that the public prosecutor of corruption could enforce Article 21 of Law Number 31 of 1999 in conjunction with Law Number 20 of 2001 concerning Eradication of Criminal Acts concerning obstruction of justice or obstruction . Artikel ini bertujuan menganalisis mengenai keterangan palsu sebagai salah satu kasus obstruction of justice atau perbuatan menghalang-halangi , disini penulis menggunakan jenis penulisan yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual dan pendekatan kasus, hal ini di latarbelakangin oleh terdakwa atau saksi memberikan keterangan di persidangan sebagai pembuktian namun dalam proses pemberian keterangan ternyata terdapat permasalahan yakni terdakwa atau saksi memberikan keterangan palsu dipersidangan, hal ini tentunya akan menghambat proses pembuktian yang sedang berjalan dan hakim atau penuntut umum menjadi sulit untuk mencari kebenaran materiil. Maka oleh karena itu dalam hasil penulisan ini menyatakan bahwa keterangan palsu sebagaimana diatur dalam pasal 22 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi merupakan bagian dari obstruction of justice atau upaya mengahalang-halangi karena dengan keterangan palsu dalam persidangan tersebut mengakibatkan bisa terganggunya proses persidangan serta membutuhkan waktu yang lama dalam proses persidangan meskipun tidak secara langsung akibatnya, sehingga penuntut umum tindak pidana korupsi dapat memberlakukan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana mengenai obstruction of justice atau mengahalang-halangi.","PeriodicalId":31294,"journal":{"name":"Justicia Islamica","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Justicia Islamica","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21154/JUSTICIA.V16I1.1499","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

This article aims to investigate about false information as a case of obstruction of justice, here the author uses a type of normative juridical writing with a legislative approach, conceptual approach and case approach, this is the background of the defendant or witness giving information in the trial as proof, but in the process of giving information it turns out that there is a problem, namely the defendant or witness gave a false statement in court, this will certainly hinder the ongoing verification process and the judge or public prosecutor becomes difficult to find material truth. Therefore, the results of this paper state that false information as stipulated in Article 22 of Law Number 31 Year 1999 jo Law Number 20 Year 2001 concerning Eradication of Criminal Acts of Corruption is part of the obstruction of justice because false statements in the trial resulted in the disruption of the trial process and required a long time in the trial process even though it was not directly a consequence, so that the public prosecutor of corruption could enforce Article 21 of Law Number 31 of 1999 in conjunction with Law Number 20 of 2001 concerning Eradication of Criminal Acts concerning obstruction of justice or obstruction . Artikel ini bertujuan menganalisis mengenai keterangan palsu sebagai salah satu kasus obstruction of justice atau perbuatan menghalang-halangi , disini penulis menggunakan jenis penulisan yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual dan pendekatan kasus, hal ini di latarbelakangin oleh terdakwa atau saksi memberikan keterangan di persidangan sebagai pembuktian namun dalam proses pemberian keterangan ternyata terdapat permasalahan yakni terdakwa atau saksi memberikan keterangan palsu dipersidangan, hal ini tentunya akan menghambat proses pembuktian yang sedang berjalan dan hakim atau penuntut umum menjadi sulit untuk mencari kebenaran materiil. Maka oleh karena itu dalam hasil penulisan ini menyatakan bahwa keterangan palsu sebagaimana diatur dalam pasal 22 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi merupakan bagian dari obstruction of justice atau upaya mengahalang-halangi karena dengan keterangan palsu dalam persidangan tersebut mengakibatkan bisa terganggunya proses persidangan serta membutuhkan waktu yang lama dalam proses persidangan meskipun tidak secara langsung akibatnya, sehingga penuntut umum tindak pidana korupsi dapat memberlakukan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana mengenai obstruction of justice atau mengahalang-halangi.
妨害司法腐败案核心听证中的假冒处罚
本文旨在调查虚假信息作为妨害司法案件,这里作者使用了一种规范性的法律写作,包括立法方法、概念方法和案例方法,这是被告或证人在审判中提供信息作为证据的背景,但在提供信息的过程中发现存在问题,-即被告人或证人在法庭上作了虚假陈述,这必然会阻碍正在进行的核查过程,法官或公诉人也很难找到实质真相。因此-这篇论文的结果表明,1999年第31号法律和2001年第20号关于根除腐败犯罪行为的法律第22条规定的虚假信息是妨碍司法公正的一部分,因为审判中的虚假陈述会扰乱审判过程,并且在审判过程中需要很长时间,尽管这不是直接的因此,腐败检察官可以执行1999年第31号法律第21条以及2001年关于根除妨碍司法或妨碍司法的犯罪行为的第20号法律。本文的目的是将虚假证据作为妨碍司法或妨碍司法的案件之一进行分析,作者使用了一种具有法律近似、概念方法和案例方法的规范性法律写作,这是被告人或证人在审判中作证的背景,但在作证过程中似乎存在被告人或目击者在审判中提供虚假证据的问题,这肯定会推迟正在进行的证据过程,法官或公诉人很难找到实质真相。因此,结果表明,1999年第22号法律和2001年第20号关于移交重大腐败行为的法律所规定的虚假证据是妨碍司法公正或试图阻止司法公正的一部分,因为在审判中使用虚假证据可能会扰乱司法公正为了使腐败检察官能够执行1999年第31号法律第21条和2001年关于妨碍司法公正或妨碍司法公正的跨境行动的第20号法律。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
10
审稿时长
3 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信