{"title":"The Internet and Conspiratorial Beliefs: The Inseparable Pair","authors":"Muhammad Beni Saputra","doi":"10.7454/JKI.V7I3.10071","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Meskipun usianya cukup muda, Internet telah konsisten dan memainkan peran kunci dalam menciptakan dan menyebarluaskan keyakinan konspiratif. Ia juga telah memfasilitasi keyakinan konspirasi untuk tersebar luas sejak era Web 1.0 . Dengan penemuan Web 2.0 atau platform media sosial, kekuatan Internet menjadi lebih unggul yang memungkinkan berbagai argumen tentang keyakinan konspiratif tertentu bertemu. Dalam kehidupan nyata, keyakinan konspiratif yang disebarluaskan melalui Internet telah menyebabkan efek sosial yang parah khususnya mengenai vaksinasi. Adalah Internet yang membuat keyakinan konspiratif anti vaksinasi menjadi terkenal yang mengakibatkan program vaksinasi terhambat di beberapa negara termasuk di Indonesia. Despite its quite young age, the Internet has been consistent and influential in creating and disseminating conspiratorial beliefs. It has also facilitated conspiratorial beliefs to circulate since the Web 1.0 era to the present time. With the invention of Web 2.0 and social media platforms, the power of the Internet becomes more eminent, including allowing different arguments about particular conspiratorial beliefs to intersect. In real life, conspiratorial beliefs disseminated through the Internet have caused severe social effects, particularly concerning vaccination. It is the Internet that makes anti-vaccination conspiratorial beliefs rise to fame, which results in vaccination programs hindered in several countries, including Indonesia.","PeriodicalId":33253,"journal":{"name":"Jurnal Komunikasi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-01-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Komunikasi Indonesia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.7454/JKI.V7I3.10071","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Meskipun usianya cukup muda, Internet telah konsisten dan memainkan peran kunci dalam menciptakan dan menyebarluaskan keyakinan konspiratif. Ia juga telah memfasilitasi keyakinan konspirasi untuk tersebar luas sejak era Web 1.0 . Dengan penemuan Web 2.0 atau platform media sosial, kekuatan Internet menjadi lebih unggul yang memungkinkan berbagai argumen tentang keyakinan konspiratif tertentu bertemu. Dalam kehidupan nyata, keyakinan konspiratif yang disebarluaskan melalui Internet telah menyebabkan efek sosial yang parah khususnya mengenai vaksinasi. Adalah Internet yang membuat keyakinan konspiratif anti vaksinasi menjadi terkenal yang mengakibatkan program vaksinasi terhambat di beberapa negara termasuk di Indonesia. Despite its quite young age, the Internet has been consistent and influential in creating and disseminating conspiratorial beliefs. It has also facilitated conspiratorial beliefs to circulate since the Web 1.0 era to the present time. With the invention of Web 2.0 and social media platforms, the power of the Internet becomes more eminent, including allowing different arguments about particular conspiratorial beliefs to intersect. In real life, conspiratorial beliefs disseminated through the Internet have caused severe social effects, particularly concerning vaccination. It is the Internet that makes anti-vaccination conspiratorial beliefs rise to fame, which results in vaccination programs hindered in several countries, including Indonesia.