Nita Dwi Kartika Sari, S. Sumartini, U’um Qomariyah
{"title":"HEGEMONI KEKUASAAN PEMANGKU ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA HAMKA: KAJIAN HEGEMONI GRAMSCI","authors":"Nita Dwi Kartika Sari, S. Sumartini, U’um Qomariyah","doi":"10.15294/JSI.V7I1.29815","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Karya sastra memang tidak bisa dilepaskan begitu saja dari pengarang dan keadaan sosial yang melatarbelakangi penciptaanya serta segala gejolak kemasyarakatan yang ada seperti kekuasaan dan dominasi yang dirasa merugikan. Dari tiga rumusan masalah penulis hanya akan memfokuskan pembahasan pada bentuk hegemoni yang dilakukan pemangku adat di Minangkabau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan teori hegemoni Antonio Gramsci. Sumber data adalah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. Data diperoleh dengan teknik membaca dan mencatat. Hasil penelitian berupa jenis hegemoni yang disadari dan tidak disadari. Terdapat empat bentuk dari hegemoni yang disadari yaitu kekeraan, penindasan, paksaan dan perampasan, sedangkan bentuk dari hegemoni yang tidak disadari berupa provokasi. \nThere is an inseparable bond between a literary work with the background experience of its writer, and the underlying socio-cultural circumstances behind its creation, as well as all the existing disadvantageous problems in society such as hegemony and dominance. Of the three research problems, the discussion in this article will focus solely on the form of hegemony practices done by the Elders in Minangkabau culture. In conducting this research, descriptive qualitative approach is used. Literary sociological approach using the theory of Hegemony by Antonio Gramsci is used as the research approach. The data are obtained by using reading and noting technique. The data source is the novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck by Hamka. As the result of the research, there are two type of hegemony practices found, the conscious and unconscious hegemony. The conscious hegemony take four forms, there are: violence, oppression, coercion and deprivation. Meanwhile the unconscious hegemony realized only in form of provocation.","PeriodicalId":30890,"journal":{"name":"Jurnal Sastra Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-04-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Sastra Indonesia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15294/JSI.V7I1.29815","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Karya sastra memang tidak bisa dilepaskan begitu saja dari pengarang dan keadaan sosial yang melatarbelakangi penciptaanya serta segala gejolak kemasyarakatan yang ada seperti kekuasaan dan dominasi yang dirasa merugikan. Dari tiga rumusan masalah penulis hanya akan memfokuskan pembahasan pada bentuk hegemoni yang dilakukan pemangku adat di Minangkabau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan teori hegemoni Antonio Gramsci. Sumber data adalah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. Data diperoleh dengan teknik membaca dan mencatat. Hasil penelitian berupa jenis hegemoni yang disadari dan tidak disadari. Terdapat empat bentuk dari hegemoni yang disadari yaitu kekeraan, penindasan, paksaan dan perampasan, sedangkan bentuk dari hegemoni yang tidak disadari berupa provokasi.
There is an inseparable bond between a literary work with the background experience of its writer, and the underlying socio-cultural circumstances behind its creation, as well as all the existing disadvantageous problems in society such as hegemony and dominance. Of the three research problems, the discussion in this article will focus solely on the form of hegemony practices done by the Elders in Minangkabau culture. In conducting this research, descriptive qualitative approach is used. Literary sociological approach using the theory of Hegemony by Antonio Gramsci is used as the research approach. The data are obtained by using reading and noting technique. The data source is the novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck by Hamka. As the result of the research, there are two type of hegemony practices found, the conscious and unconscious hegemony. The conscious hegemony take four forms, there are: violence, oppression, coercion and deprivation. Meanwhile the unconscious hegemony realized only in form of provocation.
文学作品不能简单地从作者和社会背景、创造背景和社会动荡中解脱出来,比如有害的权力和统治。在这三种写作问题的公式中,只会把讨论集中在Minangkabau的风俗习惯习惯形式上。本研究采用的方法是描述性质的方法。这项研究采用了文学社会学和霸权理论安东尼奥·格拉姆西的方法。数据来源是Hamka的Van Der Wijck沉没小说。通过阅读和记录技术获得的数据。研究结果是有意识的和无意识的霸权。有意识的霸权有四种形式:暴力、压迫、强迫和掠夺,而无意识的挑衅形式。在它写作的背景下,以及在其创造背后存在的社会问题,就像在这种社会中存在的问题一样,这是一种不可分割的联系。这篇文章中的争议将在Minangkabau文化中长者表现出的霸权实践形式上引起重视。在接受这项研究时,失去了判断力。利用安东尼奥·格拉姆西(Antonio Gramsci)的夸张理论进行科学研究。数据是通过阅读和noting技术验证的。数据来源是Hamka的Van der Wijck沉没小说。作为研究的结果,有两种性状发现,有意识和不有意识的霸权。有意识的霸权以四种形式出现:暴力、压迫、恐惧和剥夺。虽然漫无知觉的霸权只有在挑衅的形式。