{"title":"Kenakalan remaja klithih yang mengarah pada konflik sosial dan kekerasan di Yogyakarta","authors":"Datu Jatmiko","doi":"10.21831/hum.v21i2.37480","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tulisan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai peristiwa klithih yang akhir-akhir ini terjadi di Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Klithih merupakan jenis kenakalan remaja yang mengarah pada konflik sosial dan kekerasan di masyarakat. Klithih pada awalnya adalah sebuah ajang yang digunakan oleh para remaja untuk menunjukkan eksistensinya di dalam pergaulan antar remaja di Yogyakarta. Pada akhirnya klithih akhirnya berubah menjadi ajang untuk menciptakan sebuah konflik sosial dan kekerasan dengan menyasar siapa saja yang berada di jalan raya. Penyebab umum terjadinya klithih selain untuk menunjukkan eksistensi kelompok remajanya/ peer group juga karena lemahnya pengawasan dan control sosial oleh keluarga dan sekolah karena sebagian besar pelakunya adalah remaja anak sekolah. Dalam perspektif sosiologi, tidak ada jawaban tunggal dalam menjelaskan realitas sosial termasuk fenomena klithih ini karena sosiologi merupakan ilmu sosial berparadigma ganda. Demikian juga dalam menjelaskan realitas klithih di Yogyakarta. Tinjauan klithih di jalanan Kota Yogyakarta ini vital dilakukan agar supaya penjelasan tidak parsial sehingga dapat mengungkapkan pemahaman yang universal dan menyeluruh. Pilihan teoretik tersebut memiliki implikasi metodologis yang selanjutnya diharapkan berakhir pada ditemukannya langkah penyelesaian yang tepat oleh seluruh pihak yang terkait. Langkah solutif untuk pencegahan dan mengatasi terjadinya klithih perlu dilakukan untuk mengembangkan relasi sosial menjadi lebih harmonis dan humanis sekaligus mengurangi terjadinya penyakit sosial yang berupa klithih. This paper aims to get information about klithih events that recently occurred in the city of Yogyakarta and surrounding areas. Klithih is a type of juvenile delinquency that leads to social conflict and violence in society. Klithih was originally an event used by teenagers to show their existence in the association between teenagers in Yogyakarta. Eventually klithih finally turned into a place to create a social conflict and violence by targeting anyone who was on the highway. The most common cause of klithih in addition to showing the existence of adolescents/peer groups is also due to the weak supervision and social control by families and schools because most of the perpetrators are teenage school children. In the perspective of sociology, there is no single answer in explaining social reality including this klithih phenomenon because sociology is a social paradigm with multiple paradigms. Likewise in explaining the reality of klithih in Yogyakarta. This klithih review on the streets of Yogyakarta is vital so that the explanation is not partial so that it can reveal a universal and comprehensive understanding. The theoretical choice has methodological implications which are then expected to end in the discovery of an appropriate settlement step by all parties concerned. Solutive steps to prevent and overcome the occurrence of klithih needs to be done to develop social relations to be more harmonious and humanist while reducing the occurrence of social diseases in the form of klithih.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"5","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21831/hum.v21i2.37480","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 5
Abstract
Tulisan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai peristiwa klithih yang akhir-akhir ini terjadi di Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Klithih merupakan jenis kenakalan remaja yang mengarah pada konflik sosial dan kekerasan di masyarakat. Klithih pada awalnya adalah sebuah ajang yang digunakan oleh para remaja untuk menunjukkan eksistensinya di dalam pergaulan antar remaja di Yogyakarta. Pada akhirnya klithih akhirnya berubah menjadi ajang untuk menciptakan sebuah konflik sosial dan kekerasan dengan menyasar siapa saja yang berada di jalan raya. Penyebab umum terjadinya klithih selain untuk menunjukkan eksistensi kelompok remajanya/ peer group juga karena lemahnya pengawasan dan control sosial oleh keluarga dan sekolah karena sebagian besar pelakunya adalah remaja anak sekolah. Dalam perspektif sosiologi, tidak ada jawaban tunggal dalam menjelaskan realitas sosial termasuk fenomena klithih ini karena sosiologi merupakan ilmu sosial berparadigma ganda. Demikian juga dalam menjelaskan realitas klithih di Yogyakarta. Tinjauan klithih di jalanan Kota Yogyakarta ini vital dilakukan agar supaya penjelasan tidak parsial sehingga dapat mengungkapkan pemahaman yang universal dan menyeluruh. Pilihan teoretik tersebut memiliki implikasi metodologis yang selanjutnya diharapkan berakhir pada ditemukannya langkah penyelesaian yang tepat oleh seluruh pihak yang terkait. Langkah solutif untuk pencegahan dan mengatasi terjadinya klithih perlu dilakukan untuk mengembangkan relasi sosial menjadi lebih harmonis dan humanis sekaligus mengurangi terjadinya penyakit sosial yang berupa klithih. This paper aims to get information about klithih events that recently occurred in the city of Yogyakarta and surrounding areas. Klithih is a type of juvenile delinquency that leads to social conflict and violence in society. Klithih was originally an event used by teenagers to show their existence in the association between teenagers in Yogyakarta. Eventually klithih finally turned into a place to create a social conflict and violence by targeting anyone who was on the highway. The most common cause of klithih in addition to showing the existence of adolescents/peer groups is also due to the weak supervision and social control by families and schools because most of the perpetrators are teenage school children. In the perspective of sociology, there is no single answer in explaining social reality including this klithih phenomenon because sociology is a social paradigm with multiple paradigms. Likewise in explaining the reality of klithih in Yogyakarta. This klithih review on the streets of Yogyakarta is vital so that the explanation is not partial so that it can reveal a universal and comprehensive understanding. The theoretical choice has methodological implications which are then expected to end in the discovery of an appropriate settlement step by all parties concerned. Solutive steps to prevent and overcome the occurrence of klithih needs to be done to develop social relations to be more harmonious and humanist while reducing the occurrence of social diseases in the form of klithih.