Dinamika Pengelolaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak: Sebuah Proyek Perkotaan Berkelanjutan?

Paulus Bagus Sugiyono, Raphaella Dewantari Dwianto
{"title":"Dinamika Pengelolaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak: Sebuah Proyek Perkotaan Berkelanjutan?","authors":"Paulus Bagus Sugiyono, Raphaella Dewantari Dwianto","doi":"10.17977/um021v6i2p233-248","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tujuan dari artikel ini adalah untuk memaparkan historisitas dinamika pengelolaan RPTRA di Jakarta selama beberapa tahun terakhir. Artikel ini berupaya untuk mengambil pendekatan yang berbeda dengan pendekatan fungsionalis yang umumnya dilakukan untuk menganalisis RPTRA, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Aji et al. (2016) dan Sutanto dan Junadi (2018). Upaya ini dilakukan untuk melihat RPTRA bukan sebagai sebuah ruang yang “ada” di kota sebagai tempat terjadinya berbagai aktivitas sosial masyarakat, tetapi sebagai sebuah ruang yang dibentuk oleh aspek-aspek tertentu, seperti ekonomi, politik, dan budaya. Konsep yang diambil sebagai kerangka analisis adalah konsep mengenai ruang yang ditawarkan oleh Henri Lefebvre. Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif analisis deskriptif, yakni pembacaan literatur dan studi pustaka. Artikel-artikel terkait RPTRA yang dipublikasikan selama lima tahun terakhir dikumpulkan, dibaca, dan dianalisis. Penelitian ini sendiri dilakukan dalam rentang waktu Februari hingga Juni 2021. Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwa terdapat tiga disrupsi sosial-politik yang terjadi dalam dinamika pengelolaan RPTRA selama lima tahun. Ketiga disrupsi tersebut terkait dengan pengakomodasian aktivitas masyarakat, pergantian kepemimpinan politik, dan pandemi Covid-19. Dengan menggunakan kerangka ruang Lefebvre, penulis berpendapat bahwa seringkali terjadi benturan antara abstraksi perencanaan dan pengelolaan ruang yang dibentuk oleh pemerintah dengan harapan dan ekspektasi masyarakat. Hal yang pertama menggambarkan ruang abstrak, sedangkan hal yang kedua menggambarkan ruang sosial sebagaimana konsep ruang Lefebvre. Demi pengelolaan yang berkelanjutan, partisipasi masyarakat mesti dilibatkan secara aktif dalam pengelolaan perkotaan. Dari segi kebijakan, pemerintah sendiri perlu mengambil kebijakan politik secara diskretif, bukan demi hegemoni politik semata. This article aims to explain the historical dynamics of RPTRA’s management in Jakarta during few recent years. Notwithstanding common functionalist approach, such as Aji et al. (2016) and Sutanto (2018), this article attempts to employ another approach. It tries to portray RPTRA not as a space that “is already being there”, used by city residents to do their various activities, but as a space that is dynamically as well as continuously formed by several factors, for instance economy, politics, and culture. The theoretical concept that is taken as an analysis framework is the concept of space, offered by Henri Lefebvre. This research employs analytic-descriptive qualitative method, such as literature reading. Some articles related with RPTRA which were published within last five years are collected, read, and analysed. This research itself was conducted between February until June 2021. The result of the research states that there are three socio-political disruptions which happened during the historical dynamics of RPTRA’s management. Those related with accommodation of residents’ activities, the dynamics of political situation, and pandemic Covid-19. The Lefebvrian analysis of space shows that there is often friction between city planning and management made by the government and the hope and expectation of city residents. The former indicates abstract space, while the latter indicates social space as were conceived by Lefebvre. For the sake of sustainable management, the participation of civil society must be included continuously. Furthermore, government itself must take political policy discreetly and not for mere political hegemony. ","PeriodicalId":33153,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.17977/um021v6i2p233-248","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

Abstract

Tujuan dari artikel ini adalah untuk memaparkan historisitas dinamika pengelolaan RPTRA di Jakarta selama beberapa tahun terakhir. Artikel ini berupaya untuk mengambil pendekatan yang berbeda dengan pendekatan fungsionalis yang umumnya dilakukan untuk menganalisis RPTRA, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Aji et al. (2016) dan Sutanto dan Junadi (2018). Upaya ini dilakukan untuk melihat RPTRA bukan sebagai sebuah ruang yang “ada” di kota sebagai tempat terjadinya berbagai aktivitas sosial masyarakat, tetapi sebagai sebuah ruang yang dibentuk oleh aspek-aspek tertentu, seperti ekonomi, politik, dan budaya. Konsep yang diambil sebagai kerangka analisis adalah konsep mengenai ruang yang ditawarkan oleh Henri Lefebvre. Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif analisis deskriptif, yakni pembacaan literatur dan studi pustaka. Artikel-artikel terkait RPTRA yang dipublikasikan selama lima tahun terakhir dikumpulkan, dibaca, dan dianalisis. Penelitian ini sendiri dilakukan dalam rentang waktu Februari hingga Juni 2021. Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwa terdapat tiga disrupsi sosial-politik yang terjadi dalam dinamika pengelolaan RPTRA selama lima tahun. Ketiga disrupsi tersebut terkait dengan pengakomodasian aktivitas masyarakat, pergantian kepemimpinan politik, dan pandemi Covid-19. Dengan menggunakan kerangka ruang Lefebvre, penulis berpendapat bahwa seringkali terjadi benturan antara abstraksi perencanaan dan pengelolaan ruang yang dibentuk oleh pemerintah dengan harapan dan ekspektasi masyarakat. Hal yang pertama menggambarkan ruang abstrak, sedangkan hal yang kedua menggambarkan ruang sosial sebagaimana konsep ruang Lefebvre. Demi pengelolaan yang berkelanjutan, partisipasi masyarakat mesti dilibatkan secara aktif dalam pengelolaan perkotaan. Dari segi kebijakan, pemerintah sendiri perlu mengambil kebijakan politik secara diskretif, bukan demi hegemoni politik semata. This article aims to explain the historical dynamics of RPTRA’s management in Jakarta during few recent years. Notwithstanding common functionalist approach, such as Aji et al. (2016) and Sutanto (2018), this article attempts to employ another approach. It tries to portray RPTRA not as a space that “is already being there”, used by city residents to do their various activities, but as a space that is dynamically as well as continuously formed by several factors, for instance economy, politics, and culture. The theoretical concept that is taken as an analysis framework is the concept of space, offered by Henri Lefebvre. This research employs analytic-descriptive qualitative method, such as literature reading. Some articles related with RPTRA which were published within last five years are collected, read, and analysed. This research itself was conducted between February until June 2021. The result of the research states that there are three socio-political disruptions which happened during the historical dynamics of RPTRA’s management. Those related with accommodation of residents’ activities, the dynamics of political situation, and pandemic Covid-19. The Lefebvrian analysis of space shows that there is often friction between city planning and management made by the government and the hope and expectation of city residents. The former indicates abstract space, while the latter indicates social space as were conceived by Lefebvre. For the sake of sustainable management, the participation of civil society must be included continuously. Furthermore, government itself must take political policy discreetly and not for mere political hegemony. 
公共空间管理的动力学多个孩子:一个连续的城市项目?
本文旨在展示雅加达RPTRA管理在过去几年中的动态历史。本文能够采用与分析RPTRA的一般功能方法不同的方法,例如Aji等人(2016)以及Sutanto和Junadi(2018)进行的研究。这一努力是为了将RPTRA视为一个由经济、政治和文化等特定方面形成的空间,而不是一个城市中的“现有”空间,作为各种社会活动的场所。作为分析框架的概念是亨利·列斐伏尔提出的空间概念。所使用的研究方法是描述性分析的定性方法,即文献阅读和图书馆研究。对过去五年中发表的RPTRA相关文章进行了收集、阅读和分析。这项研究本身于2021年2月至6月进行。本研究的结果表明,在五年的时间里,RPTRA管理的动态发生了三次社会政治混乱。这三种干扰与公共活动的现代化、政治领导层的更替以及新冠肺炎大流行有关。利用列斐伏尔空间框架,作者们认为,抽象的规划与政府出于公众希望和期望创造的空间管理之间经常存在冲突。第一件事描述抽象空间,而第二件事描述社会空间作为列斐伏尔空间的概念。为了持续管理,公众参与必须积极参与城市管理。从政治上讲,政府本身需要谨慎地采取政治政策,而不是为了当前的政治霸权。本文旨在解释近年来RPTRA在雅加达管理的历史动态。尽管有常见的功能主义方法,如Aji等人(2016)和Sutanto(2018),本文试图采用另一种方法。它试图将RPTRA描绘成一个“已经存在”的空间,由城市居民用来进行各种活动,而是一个由经济、政治和文化等多种因素动态和持续形成的空间。作为分析框架的理论概念是亨利·列斐伏尔提出的空间概念。本研究采用分析描述性的定性方法,如文献阅读。收集、阅读和分析了过去五年内发表的一些与RPTRA相关的文章。这项研究本身是在2021年2月至6月期间进行的。研究结果表明,在RPTRA管理的历史动态中,发生了三次社会政治混乱。这些与居民活动的便利性、政治局势的动态和新冠肺炎大流行有关。勒斐布夫空间分析表明,政府制定的城市规划和管理与城市居民的希望和期望之间经常存在摩擦。前者表示抽象空间,后者表示列斐伏尔所设想的社会空间。为了可持续管理,必须不断地包括民间社会的参与。此外,政府本身必须谨慎地采取政治政策,而不仅仅是为了政治霸权。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
审稿时长
12 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信