A Concept of Islamic Notary as Registrar on Sharia Contract: al-Muwaththiq Perspective

Iza Hanifuddin, M. Fauzi
{"title":"A Concept of Islamic Notary as Registrar on Sharia Contract: al-Muwaththiq Perspective","authors":"Iza Hanifuddin, M. Fauzi","doi":"10.21154/justicia.v18i2.2887","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Public notary officials are authorized to make authentic deeds. The notary’s deeds are very significant for business activities, including sharia contracts in Sharia banking. The notary paradigm derived from conventional concepts is undoubtedly different from the concept of sharia banking based on sharia principles. Thus notaries often do not know these principles unless they only concern the contract's validity, which is still conventional. This research aimed to answer the void of sharia notary law. Islam has the concept of al-Muwaththiq, similar to a notary mainly requiring personality and expertise, especially related to Islamic law. On the other hand, Law Number 2 of 2014 concerning Notary Official Changes also becomes a notary basis in every operation, including contracts in Sharia banking. This research employed library study approaches to explore the notaries’ competence in the concept of al-Muwaththiq. The results and discussions showed that notaries making authentic deeds in Sharia banking must have sharia competence as excavated from the concept of al-Muwaththiq since their incompetence will impact the Islamic law validity. Moreover, Notaries must also follow the applied positive rule of law because Sharia banking as a sub-system of national banking is also subject to state-regulated regulations.Notaris memiliki otoritas independen untuk membuat dokumen otentik. Kerja-kerja notaris sangat penting dan diperlukan untuk aktivitas bisnis, terutama kontrak syariah pada perbankan syariah. Paradigma notaris yang lahir dari konsep konvensional tentu berbeda dengan konsep perbankan syariah yang berlandaskan pada prinsip syariah. Problem yang muncul ialah notaris seringkali tidak mengetahui prinsip-prinsip tersebut kecuali hanya menyangkut validitas kontrak yang sesungguhnya masih konvensioanl. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab kekosongan hukum kenotariatan syariah. Di mana Islam sebenarnya memiliki konsep al-Muwaththiq yang berperan sebagaimana notaris, yang menempatkan kepribadian dan keahlian sebagai syarat utama yang harus dimiliki, khususnya terkait hukum Islam. Di sisi lain, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (Perubahan) menjelaskan bahwa notaris bekerja untuk semua kontrak, termasuk kontrak syariah. Metode dan pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan studi pustaka guna menggali kompetensi notaris dalam konsep al-Muwaththiq. Hasil dan pembahasan pada penelitian ini menunjukkan bahwa dalam konsep al-Muwaththiq seorang notaris mesti memiliki kompentensi kesyariahan karena ketiadaan kompetensi syariah dan hukum Islam akan berimplikasi pada validitasnya. Selain itu, seorang notaris juga harus menguasai hukum positif karena kontrak syariah saat ini sudah menjadi bagian dari regulasi nasional hampir di negara-negara dunia.","PeriodicalId":31294,"journal":{"name":"Justicia Islamica","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-11-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Justicia Islamica","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21154/justicia.v18i2.2887","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Public notary officials are authorized to make authentic deeds. The notary’s deeds are very significant for business activities, including sharia contracts in Sharia banking. The notary paradigm derived from conventional concepts is undoubtedly different from the concept of sharia banking based on sharia principles. Thus notaries often do not know these principles unless they only concern the contract's validity, which is still conventional. This research aimed to answer the void of sharia notary law. Islam has the concept of al-Muwaththiq, similar to a notary mainly requiring personality and expertise, especially related to Islamic law. On the other hand, Law Number 2 of 2014 concerning Notary Official Changes also becomes a notary basis in every operation, including contracts in Sharia banking. This research employed library study approaches to explore the notaries’ competence in the concept of al-Muwaththiq. The results and discussions showed that notaries making authentic deeds in Sharia banking must have sharia competence as excavated from the concept of al-Muwaththiq since their incompetence will impact the Islamic law validity. Moreover, Notaries must also follow the applied positive rule of law because Sharia banking as a sub-system of national banking is also subject to state-regulated regulations.Notaris memiliki otoritas independen untuk membuat dokumen otentik. Kerja-kerja notaris sangat penting dan diperlukan untuk aktivitas bisnis, terutama kontrak syariah pada perbankan syariah. Paradigma notaris yang lahir dari konsep konvensional tentu berbeda dengan konsep perbankan syariah yang berlandaskan pada prinsip syariah. Problem yang muncul ialah notaris seringkali tidak mengetahui prinsip-prinsip tersebut kecuali hanya menyangkut validitas kontrak yang sesungguhnya masih konvensioanl. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab kekosongan hukum kenotariatan syariah. Di mana Islam sebenarnya memiliki konsep al-Muwaththiq yang berperan sebagaimana notaris, yang menempatkan kepribadian dan keahlian sebagai syarat utama yang harus dimiliki, khususnya terkait hukum Islam. Di sisi lain, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (Perubahan) menjelaskan bahwa notaris bekerja untuk semua kontrak, termasuk kontrak syariah. Metode dan pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan studi pustaka guna menggali kompetensi notaris dalam konsep al-Muwaththiq. Hasil dan pembahasan pada penelitian ini menunjukkan bahwa dalam konsep al-Muwaththiq seorang notaris mesti memiliki kompentensi kesyariahan karena ketiadaan kompetensi syariah dan hukum Islam akan berimplikasi pada validitasnya. Selain itu, seorang notaris juga harus menguasai hukum positif karena kontrak syariah saat ini sudah menjadi bagian dari regulasi nasional hampir di negara-negara dunia.
伊斯兰公证员作为伊斯兰契约登记人的概念:al-Muwaththiq视角
公证员有权制作真实的契据。公证人的行为对商业活动非常重要,包括伊斯兰教法银行的伊斯兰教法合同。源自传统概念的公证范式无疑与基于伊斯兰教法原则的伊斯兰教法银行概念不同。因此,公证人通常不知道这些原则,除非他们只关心合同的有效性,这仍然是传统的。本研究旨在回答伊斯兰教法公证法的空白。伊斯兰教有al-Muwathtiq的概念,类似于主要需要个性和专业知识的公证人,尤其是与伊斯兰法律有关的公证人。另一方面,2014年关于公证员变更的第2号法律也成为每项业务的公证基础,包括Sharia银行的合同。本研究采用图书馆研究的方法来探讨公证人在al-Muwathtiq概念中的能力。结果和讨论表明,在伊斯兰教法银行业务中做出真实行为的公证人必须具有从al-Muwathtiq概念中挖掘出的伊斯兰教法能力,因为他们的无能将影响伊斯兰法的有效性。此外,公证人还必须遵守适用的积极法律规则,因为伊斯兰教法银行作为国家银行的子系统也受国家监管法规的约束。公证人有权制作真实的文件。公证工作对于商业活动是非常重要和必要的,尤其是公司银行的公司合同。传统概念所产生的公证范式当然不同于适用于公司原则的公司银行概念。出现的问题是,公证人通常不知道这些原则,除了关于仍然是传统合同的有效性的原则。本研究旨在回应公司财产法的空白。伊斯兰教实际上有穆瓦提克作为公证人的概念,这将人格和技能作为拥有的关键条件,尤其是在伊斯兰法律方面。另一方面,2014年关于公证处(变更)的第2号法律解释说,公证员为所有合同工作,包括合同合同。本研究中使用的方法和方法是图书馆研究的方法,用于挖掘al-Muwathtiq概念中的公证能力。这项研究的结果和澄清表明,在al-Muwathtiq的概念中,公证人必须获得补偿,因为缺乏条件和伊斯兰法律的能力会使其有效性复杂化。此外,公证人还必须有一部积极的法律,因为目前的雇佣合同几乎在世界各国都已成为国家法规的一部分。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
10
审稿时长
3 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信