{"title":"Pantang Larang Bermain Waktu Magrib (Kajian Living Hadis Tradisi Masyarakat Melayu Sambas)","authors":"S. Kurniawan","doi":"10.14421/livinghadis.2019.1629","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Frank Swettenham (2003) assumed Malays as followers of the Prophet Muhammad and believe in fate, but also believe in superstition. As abstinence forbidding children play at sunset, the base develops as a form of their belief in the existence of ghosts and demons. Abstinence for children playing at Magrib is a living hadith phenomenon because it relies on a hadith of the Prophet Muhammad: \"Don't let your children leave at sunset until the darkness of the night disappears because the devil disperses if the sun goes down until the darkness of the night disappears”. Portrait of living hadith in abstinence from playing at sun set prayer (Magrib) is actually easy to understand given the flexible nature of Islam so that it is able to unite and merge with any culture, period or environment. The focus of this paper is the abstinence for children playing at sun set prayer time as the phenomenon of the living hadith that developed among the Sambas Malays.Abstrak Frank Swettenham (2003) mengasumsikan Masyarakat Melayu sebagai pengikut Nabi Muhammad Saw dan percaya takdir, namun juga memercayai takhayul. Sebagaimana pantang larang bermain di waktu Magrib, yang dasarnya berkembang sebagai bentuk kepercayaan mereka tentang keberadaan hantu dan setan. Pantang larang bagi anak-anak bermain di waktu Magrib ini merupakan fenomena living Hadis, karena bersandar pada sebuah Hadis Nabi Muhammad Saw: “Jangan kalian membiarkan anak anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam.” Potret living Hadis dalam pantang larang bermain di waktu Magrib ini, sesungguhnya mudah dimengerti mengingat watak agama Islam yang fleksibel, sehingga mampu menyatu dan melebur dengan budaya, masa maupun di lingkungan masyarakat manapun. Fokus tulisan ini adalah pantang larang bagi anak-anak bermain di waktu Magrib sebagai fenomena living Hadis yang berkembang di kalangan Masyarakat Melayu Sambas","PeriodicalId":32729,"journal":{"name":"Jurnal Living Hadis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-09-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"4","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Living Hadis","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14421/livinghadis.2019.1629","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 4
Abstract
Frank Swettenham (2003) assumed Malays as followers of the Prophet Muhammad and believe in fate, but also believe in superstition. As abstinence forbidding children play at sunset, the base develops as a form of their belief in the existence of ghosts and demons. Abstinence for children playing at Magrib is a living hadith phenomenon because it relies on a hadith of the Prophet Muhammad: "Don't let your children leave at sunset until the darkness of the night disappears because the devil disperses if the sun goes down until the darkness of the night disappears”. Portrait of living hadith in abstinence from playing at sun set prayer (Magrib) is actually easy to understand given the flexible nature of Islam so that it is able to unite and merge with any culture, period or environment. The focus of this paper is the abstinence for children playing at sun set prayer time as the phenomenon of the living hadith that developed among the Sambas Malays.Abstrak Frank Swettenham (2003) mengasumsikan Masyarakat Melayu sebagai pengikut Nabi Muhammad Saw dan percaya takdir, namun juga memercayai takhayul. Sebagaimana pantang larang bermain di waktu Magrib, yang dasarnya berkembang sebagai bentuk kepercayaan mereka tentang keberadaan hantu dan setan. Pantang larang bagi anak-anak bermain di waktu Magrib ini merupakan fenomena living Hadis, karena bersandar pada sebuah Hadis Nabi Muhammad Saw: “Jangan kalian membiarkan anak anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam.” Potret living Hadis dalam pantang larang bermain di waktu Magrib ini, sesungguhnya mudah dimengerti mengingat watak agama Islam yang fleksibel, sehingga mampu menyatu dan melebur dengan budaya, masa maupun di lingkungan masyarakat manapun. Fokus tulisan ini adalah pantang larang bagi anak-anak bermain di waktu Magrib sebagai fenomena living Hadis yang berkembang di kalangan Masyarakat Melayu Sambas
Frank Swettenham(2003)认为马来人是先知穆罕默德的追随者,相信命运,但也相信迷信。随着禁欲禁止孩子们在日落时玩耍,这种基础发展成为他们相信鬼魂存在的一种形式。对玩马格里布游戏的孩子来说,禁欲是一种活生生的圣训现象,因为它依赖于先知穆罕默德的圣训:“不要让你的孩子在日落时离开,直到夜晚的黑暗消失,因为如果太阳落山,魔鬼就会散散,直到黑夜消失”。-考虑到伊斯兰教的灵活性,它实际上很容易理解,因此它能够与任何文化、时期或环境结合和融合。本文的重点是在日落祈祷时间玩耍的儿童的禁欲,这是在桑巴马来人中发展起来的活圣训现象。由于他们的屁股在马格里布时代被禁止玩耍,这基本上是他们对鬼魂和恶魔存在的信仰。马格里布时期禁止儿童玩耍,因为他们依赖哈迪斯(Muhammad SAW):“不要在日落时离开你的孩子,直到夜晚的黑暗消失,因为撒旦在日落时传播,直到晚上的黑暗消失。“在马格里布的这个时候,禁止在屁股上扮演哈迪斯的生活肖像,这确实很容易理解一个灵活的伊斯兰宗教的作用,这样它就可以与任何社会的文化、时间和环境团结起来并进行投资。这篇文章的重点是禁止孩子们在马格里布时间玩耍,这是桑巴舞协会中发展起来的一种活生生的哈迪斯现象。