The Maslahat Epistemology in Cigarette Law: Study on The Fatwa Law on Cigarettes Between Sheikh Ihsan Jampes and The Majelis Tarjih of Muhammadiyah

I. Iswahyudi
{"title":"The Maslahat Epistemology in Cigarette Law: Study on The Fatwa Law on Cigarettes Between Sheikh Ihsan Jampes and The Majelis Tarjih of Muhammadiyah","authors":"I. Iswahyudi","doi":"10.21154/justicia.v17i2.1970","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Shaykh Ihsan Jampes gave the fatwa of the cigarette law as makrūh, while Majelis Tarjih gave the fatwa ḥarām. Although Sheikh Ihsan’s fatwa is individual, this fatwa deserves to be a comparison for the collective fatwa of the Majelis Tarjih. This is because the Sheikh Ihsan’s fatwa is a complete picture of the NU fatwa in general. This paper is based on two important questions, which the arguments are used by the two fatwas in formulating the cigarette law and whether there are conceptual differences from these arguments or not. To answer these two questions, the method used is descriptive-critical-analysis with a critical hermeneutic approach. This article finds that both fatwa of Sheikh Ihsan Jampes and Majelis Tarjih have the same argument in deciding the cigarette law, namely the argument of utility or usefulness (maşlaḥat). However, the two fatwas are different in formulating the maşlaḥat model used. Shaykh Ihsan used maşlaḥat taḥsīniyyāh while Majelis Tarjih put it in the shade of maşlaḥah darūriyyah. This article implies, not only from the various variants of the different choices of cigarette law but also providing insight into the epistemology that underlies these differences in law. This article educates smokers to choose between continuing or leaving smoking. Epistemology, as is well known, is the opening door to one's actions. This article also provides a perspective for policy-makers between legalizing or banning cigarettes based on the theory of maşlaḥat.Syeikh Ihsan Jampes memberi fatwa hukum rokok sebagai makrūh, sementara Majelis Tarjih memberi fatwa ḥarām. Walau fatwa Syeikh Ihsan bersifat individual, fatwa ini layak menjadi pembanding bagi fatwa Majelis Tarjih yang kolektif. Hal ini disebabkan karena fatwa Syeikh Ihsan adalah gambaran lengkap bagi fatwa NU pada umumnya.  Tulisan ini dilandasi oleh dua pertanyaan penting yaitu argumentasi apakah yang digunakan oleh kedua fatwa tersebut dalam merumuskan hukum rokok serta apakah ada perbedaan konseptual dari argumentasi tersebut. Untuk menjawab dua pertanyaan tersebut, metode yang digunakan adalah  diskriptif-analisis-kritis dengan pendekatan hermeneutika kritis. Artikel ini menemukan jawaban bahwa fatwa Syeikh Ihsan Jampes dan fatwa Majelis Tarjih memiliki argumen yang sama dalam memberi hukum rokok yaitu argumentasi utilitas atau kebermanfaatan (maşlaḥat). Hanya saja, kedua fatwa tersebut berbeda dalam merumuskan model maşlaḥat yang digunakan. Syeikh Ihsan menggunakan maşlaḥah taḥsīniyyāh sementara Majelis Tarjih meletakkannya dalam naungan maşlaḥah darūriyyah. Artikel ini memberi implikasi, tidak saja dari berbagai varian pilihan hukum rokok yang berbeda, tetapi juga memberi pengetahuan tentang epistemologi yang melatari perbedaan hukum tersebut. Artikel ini mencerdaskan para perokok untuk mengambil pilihan antara melanjutkan merokok atau meninggalkannya. Epistemologi, seperti diketahui, adalah pintu pembuka bagi tindakan seseorang. Artikel ini juga memberi perspektif bagi pengambil kebijakan antara melegalkan rokok atau melarangnya yang didasarkan kepada teori maşlaḥat.","PeriodicalId":31294,"journal":{"name":"Justicia Islamica","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Justicia Islamica","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21154/justicia.v17i2.1970","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

Abstract

Shaykh Ihsan Jampes gave the fatwa of the cigarette law as makrūh, while Majelis Tarjih gave the fatwa ḥarām. Although Sheikh Ihsan’s fatwa is individual, this fatwa deserves to be a comparison for the collective fatwa of the Majelis Tarjih. This is because the Sheikh Ihsan’s fatwa is a complete picture of the NU fatwa in general. This paper is based on two important questions, which the arguments are used by the two fatwas in formulating the cigarette law and whether there are conceptual differences from these arguments or not. To answer these two questions, the method used is descriptive-critical-analysis with a critical hermeneutic approach. This article finds that both fatwa of Sheikh Ihsan Jampes and Majelis Tarjih have the same argument in deciding the cigarette law, namely the argument of utility or usefulness (maşlaḥat). However, the two fatwas are different in formulating the maşlaḥat model used. Shaykh Ihsan used maşlaḥat taḥsīniyyāh while Majelis Tarjih put it in the shade of maşlaḥah darūriyyah. This article implies, not only from the various variants of the different choices of cigarette law but also providing insight into the epistemology that underlies these differences in law. This article educates smokers to choose between continuing or leaving smoking. Epistemology, as is well known, is the opening door to one's actions. This article also provides a perspective for policy-makers between legalizing or banning cigarettes based on the theory of maşlaḥat.Syeikh Ihsan Jampes memberi fatwa hukum rokok sebagai makrūh, sementara Majelis Tarjih memberi fatwa ḥarām. Walau fatwa Syeikh Ihsan bersifat individual, fatwa ini layak menjadi pembanding bagi fatwa Majelis Tarjih yang kolektif. Hal ini disebabkan karena fatwa Syeikh Ihsan adalah gambaran lengkap bagi fatwa NU pada umumnya.  Tulisan ini dilandasi oleh dua pertanyaan penting yaitu argumentasi apakah yang digunakan oleh kedua fatwa tersebut dalam merumuskan hukum rokok serta apakah ada perbedaan konseptual dari argumentasi tersebut. Untuk menjawab dua pertanyaan tersebut, metode yang digunakan adalah  diskriptif-analisis-kritis dengan pendekatan hermeneutika kritis. Artikel ini menemukan jawaban bahwa fatwa Syeikh Ihsan Jampes dan fatwa Majelis Tarjih memiliki argumen yang sama dalam memberi hukum rokok yaitu argumentasi utilitas atau kebermanfaatan (maşlaḥat). Hanya saja, kedua fatwa tersebut berbeda dalam merumuskan model maşlaḥat yang digunakan. Syeikh Ihsan menggunakan maşlaḥah taḥsīniyyāh sementara Majelis Tarjih meletakkannya dalam naungan maşlaḥah darūriyyah. Artikel ini memberi implikasi, tidak saja dari berbagai varian pilihan hukum rokok yang berbeda, tetapi juga memberi pengetahuan tentang epistemologi yang melatari perbedaan hukum tersebut. Artikel ini mencerdaskan para perokok untuk mengambil pilihan antara melanjutkan merokok atau meninggalkannya. Epistemologi, seperti diketahui, adalah pintu pembuka bagi tindakan seseorang. Artikel ini juga memberi perspektif bagi pengambil kebijakan antara melegalkan rokok atau melarangnya yang didasarkan kepada teori maşlaḥat.
Shaykh Ihsan Jampes给出了烟草法的教令makrūh,而Majelis Tarjih给出了教令ḥarām。虽然Sheikh Ihsan的法特瓦是个人的,但这个法特瓦值得与Majelis Tarjih的集体法特瓦进行比较。这是因为Sheikh Ihsan的法特瓦是NU法特瓦的完整写照。本文基于两个重要的问题,即两个教令在制定卷烟法时使用的论点,以及这些论点是否存在概念上的差异。为了回答这两个问题,所使用的方法是带有批判性解释学方法的描述性-批判性分析。本文发现Sheikh Ihsan Jampes和Majelis Tarjih的法特瓦在决定香烟法时都有相同的论点,即效用或有用性的论点(maşlaḥat)。然而,这两个教令在制定所使用的maşlaḥat模型方面有所不同。Shaykh Ihsan使用maşlaḥat taḥsīniyyāh,而Majelis Tarjih则把它放在maşlaḥah darūriyyah的阴影下。本文不仅从香烟法的不同选择的各种变体中暗示,而且还提供了对这些法律差异背后的认识论的见解。这篇文章教育吸烟者在继续吸烟和戒烟之间作出选择。众所周知,认识论是打开一个人行动的大门。本文还基于maşlaḥat理论为政策制定者提供了一个在烟草合法化和禁烟之间选择的视角。Syeikh Ihsan Jampes成员fatwa hukum rokok sebagai makrūh, sementara Majelis Tarjih成员fatwa ḥarām。Walau fatwa syyekh Ihsan bersifat个人,fatwa ini layak menjadi pembanding bagi fatwa Majelis Tarjih yang kolektif。我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气,土里土气。Untuk menjawab dua pertanyaan tersebut, metode yang digunakan adalah diskrif - analysis -kritis dengan pendekatan hermenmenutika kritis。Artikel ini menemukan jawaban bahwa fatwa syehsan Jampes dan fatwa Majelis Tarjih memiliki argument yang sama dalam memberi hukum rokok yitu argumentasutilitas atau kebermanfaatan (maşlaḥat)。Hanya saja, kedua fatwa tersebut berbeda dalam merumuskan模型maşlaḥat yang digunakan。Syeikh Ihsan menggunakan maşlaḥah taḥsīniyyāh sementara Majelis Tarjih meletakkannya dalam naungan maşlaḥah darūriyyah。Artikel ini memberi implikasi, tidak saja dari berbagai varian pilihan hukum rokok yang berbeda, tetapi juga memberi pengetahuan tentang epistemologi yang melatari perbedaan hukum tersebut。Artikel ini menerdaskan para perokok untuk mengambil pilihan antara melanjutkan merokok atau meninggalkannya。认识论,分门别类,知识论,知识论,知识论。Artikel ini juga成员perspektif bagi pengambil kebijakan antara melegalkan rokok atau melarangnya yang didasarkan kepaada teori maşlaḥat。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
10
审稿时长
3 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信