{"title":"Keragaan Usaha dan Nilai tambah Pada Agroindustri Keripik Tike (Studi Kasus di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Indramayu)","authors":"E. Djuwendah","doi":"10.26760/jrh.v2i1.2037","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRAKKeripik tike merupakan pangan lokal tradisional dari Kabupaten Indramayu yang berasal dari umbi tumbuhan Tike (Eleocharis dulcis Brumn f). Tike merupakan tumbuhan rawa pasang surut sulfat masam. Tanaman ini memiliki manfaat kesehatan karena mengandung Zat antibiotik puchiin dan vitamin C. Usaha pengolahan keripik tike memiliki peran penting dan potensial untuk dikembangkan karena mampu memberikan nilai tambah dari umbi tike menjadi komoditas pangan yang khas (local spesifik), memiliki cita rasa enak, bermanfaat bagi kesehatan, menciptakan kesempatan kerja dan memberikan pendapatan bagi masyarakat. Oleh karena itu cukup potensial untuk berkembang. Namun hingga saat ini usaha keripik tike belum berkembang secara luas karena terkendala oleh berbagai faktor diantaranya keterbatasan bahan baku, permodalan dan wilayah pemasaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis keragaan usaha dan nilai tambah agroindusti keripik tike yang berada di desa Jumbleng Kecamatan Losasang Kabupaten Indramayu. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknis penelitiannya berupa studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengadaan bahan baku umbi tike diperoleh dari Kabupaten Bekasi dan Cilacap dengan harga berkisar Rp 16.000 s,d 18.000 per Kg. Terjadi keterbatasan bahan baku tike saat peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Tenga kerja yang digunakan berasal dari desa setempat dan berjumlah 2-6 orang per unit usaha dengan sistem upah harian. Modal penyedia bahan baku terdiri dari modal pribadi dan modal pinjaman. Pengolahan keripik tike melalui proses pencucian, perendaman, penyangraian, penumbukan, penjemuran, penggorengan dan pengemasan. Pemasaran Keripik tike dilakukan oleh pedagang perantara yaitu penyalur dan pengecer dengan harga jual berkisar Rp 2000 – 10,000 untuk pemasaran langsung kemasan kecil dan Rp 80.000 s.d 90.000/kg untuk pemasaran tidak langsung melalui penyalur. Wilayah pemawaran keripik tike umumnya di wilayah Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Kapasitas produksi keripik tike rata-rata 50 kg umbi tike per proses produksi dengan tingkat konversi produk akhir mencapai 0,96. Nilai tambah per kilogam bahan baku adalah Rp 35.320, rasio nilai tambah 45,99 % dan keuntungan per nilai tambah adalah 30,36 %. Margin balas jasa terhadap faktor produksi paling besar dimiliki oleh keuntungan pengrajin yaitu 57,16 %, pendapatan tenaga kerja sebesar 29,41% dan sisanya 13,43% merupakan balas jasa terhadap sumbangan input lain.Kata kunci: Keripik tike, keragaan usaha, nilai tambahABSTRACTTike Chips is a traditional local food from Indramayu Regency derived from tuber Tike (Eleocharis dulcis Brumn f). Tike is a sulphurous acid wet tidal swamp. This plant has health benefits because it contains Puchiin antibiotic and vitamin C. Tike chips processing business has an important role and potential to be developed because it can provide added value from tike bulb to be a specific local food commodity, has good taste, beneficial for health, creating employment opportunities and providing income for the community. It is therefore quite potential to develop. However, until now the business of tike chips has not developed widely due to constrained by various factors such as limited raw materials, capital and marketing area. The purpose of this research is to analyze business performance and value added agroindustry tike chips that located in Jumbleng Village, Subdistrict of Losasang of Indramayu Regency. The research method used is descriptive qualitative with technical research in the form of case study. The results of research shows that the procurement of tike tuber raw material is obtained from Bekasi and Cilacap regencies with prices ranging from Rp 16.000 s, d 18,000 per kg. There is a limitation of tike raw materials during the transition from dry season to rainy season. Working tillers are from local villages and numbered of 2-6 people per business unit with daily wage system. Capital providers of raw materials consist of personal capital and loan capital. Processing of tike chips through washing process, immersion, roasted, collision, drying, frying and packaging. Marketing Chips tike is done by intermediary traders ie dealers and retailers with selling prices ranging from Rp 2000 - 10,000 for direct marketing of small packaging and Rp 80.000 s.d 90.000 / kg for indirect marketing through distributors. Tike chips offer areas generally in the districts of Indramayu and Cirebon. The production capacity of tike chips averages 50 kg of tike bulbs per production process with a final product conversion rate of 0.96. The added value per kilogram of raw materials is Rp 35,320, the value added ratio is 45.99% and the profit per added value is 30.36%. The greatest profit margin for the factor of production is owned by the craftsman's profit of 57.16%, the employment income of 29.41% and the remaining 13.43% representing the remuneration to other input contributions.Keywords: Tike chips, business performance, added value","PeriodicalId":34848,"journal":{"name":"Rekayasa Hijau Jurnal Teknologi Ramah Lingkungan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-07-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Rekayasa Hijau Jurnal Teknologi Ramah Lingkungan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.26760/jrh.v2i1.2037","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
ABSTRAKKeripik tike merupakan pangan lokal tradisional dari Kabupaten Indramayu yang berasal dari umbi tumbuhan Tike (Eleocharis dulcis Brumn f). Tike merupakan tumbuhan rawa pasang surut sulfat masam. Tanaman ini memiliki manfaat kesehatan karena mengandung Zat antibiotik puchiin dan vitamin C. Usaha pengolahan keripik tike memiliki peran penting dan potensial untuk dikembangkan karena mampu memberikan nilai tambah dari umbi tike menjadi komoditas pangan yang khas (local spesifik), memiliki cita rasa enak, bermanfaat bagi kesehatan, menciptakan kesempatan kerja dan memberikan pendapatan bagi masyarakat. Oleh karena itu cukup potensial untuk berkembang. Namun hingga saat ini usaha keripik tike belum berkembang secara luas karena terkendala oleh berbagai faktor diantaranya keterbatasan bahan baku, permodalan dan wilayah pemasaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis keragaan usaha dan nilai tambah agroindusti keripik tike yang berada di desa Jumbleng Kecamatan Losasang Kabupaten Indramayu. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknis penelitiannya berupa studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengadaan bahan baku umbi tike diperoleh dari Kabupaten Bekasi dan Cilacap dengan harga berkisar Rp 16.000 s,d 18.000 per Kg. Terjadi keterbatasan bahan baku tike saat peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Tenga kerja yang digunakan berasal dari desa setempat dan berjumlah 2-6 orang per unit usaha dengan sistem upah harian. Modal penyedia bahan baku terdiri dari modal pribadi dan modal pinjaman. Pengolahan keripik tike melalui proses pencucian, perendaman, penyangraian, penumbukan, penjemuran, penggorengan dan pengemasan. Pemasaran Keripik tike dilakukan oleh pedagang perantara yaitu penyalur dan pengecer dengan harga jual berkisar Rp 2000 – 10,000 untuk pemasaran langsung kemasan kecil dan Rp 80.000 s.d 90.000/kg untuk pemasaran tidak langsung melalui penyalur. Wilayah pemawaran keripik tike umumnya di wilayah Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Kapasitas produksi keripik tike rata-rata 50 kg umbi tike per proses produksi dengan tingkat konversi produk akhir mencapai 0,96. Nilai tambah per kilogam bahan baku adalah Rp 35.320, rasio nilai tambah 45,99 % dan keuntungan per nilai tambah adalah 30,36 %. Margin balas jasa terhadap faktor produksi paling besar dimiliki oleh keuntungan pengrajin yaitu 57,16 %, pendapatan tenaga kerja sebesar 29,41% dan sisanya 13,43% merupakan balas jasa terhadap sumbangan input lain.Kata kunci: Keripik tike, keragaan usaha, nilai tambahABSTRACTTike Chips is a traditional local food from Indramayu Regency derived from tuber Tike (Eleocharis dulcis Brumn f). Tike is a sulphurous acid wet tidal swamp. This plant has health benefits because it contains Puchiin antibiotic and vitamin C. Tike chips processing business has an important role and potential to be developed because it can provide added value from tike bulb to be a specific local food commodity, has good taste, beneficial for health, creating employment opportunities and providing income for the community. It is therefore quite potential to develop. However, until now the business of tike chips has not developed widely due to constrained by various factors such as limited raw materials, capital and marketing area. The purpose of this research is to analyze business performance and value added agroindustry tike chips that located in Jumbleng Village, Subdistrict of Losasang of Indramayu Regency. The research method used is descriptive qualitative with technical research in the form of case study. The results of research shows that the procurement of tike tuber raw material is obtained from Bekasi and Cilacap regencies with prices ranging from Rp 16.000 s, d 18,000 per kg. There is a limitation of tike raw materials during the transition from dry season to rainy season. Working tillers are from local villages and numbered of 2-6 people per business unit with daily wage system. Capital providers of raw materials consist of personal capital and loan capital. Processing of tike chips through washing process, immersion, roasted, collision, drying, frying and packaging. Marketing Chips tike is done by intermediary traders ie dealers and retailers with selling prices ranging from Rp 2000 - 10,000 for direct marketing of small packaging and Rp 80.000 s.d 90.000 / kg for indirect marketing through distributors. Tike chips offer areas generally in the districts of Indramayu and Cirebon. The production capacity of tike chips averages 50 kg of tike bulbs per production process with a final product conversion rate of 0.96. The added value per kilogram of raw materials is Rp 35,320, the value added ratio is 45.99% and the profit per added value is 30.36%. The greatest profit margin for the factor of production is owned by the craftsman's profit of 57.16%, the employment income of 29.41% and the remaining 13.43% representing the remuneration to other input contributions.Keywords: Tike chips, business performance, added value