Managing Diversity in History Learning Based on the Perspective of Kakawin Ramayana

Nur Fatah Abidin, Fakrul Islam Laskar
{"title":"Managing Diversity in History Learning Based on the Perspective of Kakawin Ramayana","authors":"Nur Fatah Abidin, Fakrul Islam Laskar","doi":"10.15294/paramita.v30i2.23690","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This research aims to build a framework of diversity management in history learning based on the reinterpretation of diversity from the perspective of Kakawin Ramayana. The authors used a critical hermeneutic approach to interpret the texts of Kakawin Ramayana, especially in the texts of Prěthiwi and Aṣṭabrata. The text of Prěthiwi and Aṣṭabrata implicitly elucidates that diversity should be acknowledged based on the moral and ethical attributes of an individual. There are no spaces for arbitrary prejudices based on social identities, such as ethnicity, race, or even religiosity and political affiliation. The findings of the research show that the framework of diversity management in history learning can be built by creating three layers: (1) inclusive curriculum, (2) alternate narratives in learning materials and history textbooks, and (3) teacher and students’ attitude of multi-perspectivity. The history curriculum has to accommodate inclusiveness by acknowledging social and psychological diversity. Along with the inclusive curriculum, history textbooks should provide alternate narratives in the form of personal or biographical history as the third way to counter the grand narratives and present the multi-narratives in learning history. Teachers and students have to accept multi-perspectivity as the representation of diversity in history learning. The authors believe that these layers of diversity management can provide a prolific understanding of diverseness and its relativity in history learning in which diversity could not be merely observed in the societal term but also the personal parameter.  Penelitian ini bertujuan untuk membangun kerangka manajemen keberagaman dalam pembelajaran sejarah berbasis reinterpretasi kebhinekaan dari perspektif Kakawin Ramayana. Penulis menggunakan pendekatan hermeneutik kritis untuk menafsirkan teks Kakawin Ramayana, terutama dalam teks Prěthiwi dan Aṣṭabrata. Teks Prěthiwi dan Aṣṭabrata secara implisit menjelaskan bahwa keberagaman harus diakui berdasarkan atribut moral dan etis seseorang. Tidak ada ruang untuk prasangka sewenang-wenang berdasarkan identitas sosial, seperti etnis, ras, atau bahkan religiusitas dan afiliasi politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerangka kerja manajemen keberagaman dalam pembelajaran sejarah dapat dibangun dengan membuat tiga lapisan: (1) kurikulum inklusif, (2) narasi alternatif dalam materi pembelajaran dan buku teks sejarah, dan (3) sikap guru dan siswa. multi-perspektif. Kurikulum sejarah harus mengakomodasi inklusivitas dengan mengakui keragaman sosial dan psikologis. Seiring dengan kurikulum inklusif, buku teks sejarah harus memberikan alternatif narasi berupa sejarah personal atau biografis sebagai cara ketiga untuk melawan narasi besar dan menyajikan multi narasi dalam pembelajaran sejarah. Guru dan siswa harus menerima multiperspektif sebagai representasi keberagaman dalam pembelajaran sejarah. Penulis percaya bahwa manajemen keanekaragaman ini dapat memberikan pemahaman yang produktif tentang keanekaragaman dan relativitasnya dalam pembelajaran sejarah di mana keanekaragaman tidak dapat hanya diamati dalam konteks masyarakat tetapi juga level pribadi.","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":"30 1","pages":"192-207"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Paramita Historical Studies Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15294/paramita.v30i2.23690","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2

Abstract

This research aims to build a framework of diversity management in history learning based on the reinterpretation of diversity from the perspective of Kakawin Ramayana. The authors used a critical hermeneutic approach to interpret the texts of Kakawin Ramayana, especially in the texts of Prěthiwi and Aṣṭabrata. The text of Prěthiwi and Aṣṭabrata implicitly elucidates that diversity should be acknowledged based on the moral and ethical attributes of an individual. There are no spaces for arbitrary prejudices based on social identities, such as ethnicity, race, or even religiosity and political affiliation. The findings of the research show that the framework of diversity management in history learning can be built by creating three layers: (1) inclusive curriculum, (2) alternate narratives in learning materials and history textbooks, and (3) teacher and students’ attitude of multi-perspectivity. The history curriculum has to accommodate inclusiveness by acknowledging social and psychological diversity. Along with the inclusive curriculum, history textbooks should provide alternate narratives in the form of personal or biographical history as the third way to counter the grand narratives and present the multi-narratives in learning history. Teachers and students have to accept multi-perspectivity as the representation of diversity in history learning. The authors believe that these layers of diversity management can provide a prolific understanding of diverseness and its relativity in history learning in which diversity could not be merely observed in the societal term but also the personal parameter.  Penelitian ini bertujuan untuk membangun kerangka manajemen keberagaman dalam pembelajaran sejarah berbasis reinterpretasi kebhinekaan dari perspektif Kakawin Ramayana. Penulis menggunakan pendekatan hermeneutik kritis untuk menafsirkan teks Kakawin Ramayana, terutama dalam teks Prěthiwi dan Aṣṭabrata. Teks Prěthiwi dan Aṣṭabrata secara implisit menjelaskan bahwa keberagaman harus diakui berdasarkan atribut moral dan etis seseorang. Tidak ada ruang untuk prasangka sewenang-wenang berdasarkan identitas sosial, seperti etnis, ras, atau bahkan religiusitas dan afiliasi politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerangka kerja manajemen keberagaman dalam pembelajaran sejarah dapat dibangun dengan membuat tiga lapisan: (1) kurikulum inklusif, (2) narasi alternatif dalam materi pembelajaran dan buku teks sejarah, dan (3) sikap guru dan siswa. multi-perspektif. Kurikulum sejarah harus mengakomodasi inklusivitas dengan mengakui keragaman sosial dan psikologis. Seiring dengan kurikulum inklusif, buku teks sejarah harus memberikan alternatif narasi berupa sejarah personal atau biografis sebagai cara ketiga untuk melawan narasi besar dan menyajikan multi narasi dalam pembelajaran sejarah. Guru dan siswa harus menerima multiperspektif sebagai representasi keberagaman dalam pembelajaran sejarah. Penulis percaya bahwa manajemen keanekaragaman ini dapat memberikan pemahaman yang produktif tentang keanekaragaman dan relativitasnya dalam pembelajaran sejarah di mana keanekaragaman tidak dapat hanya diamati dalam konteks masyarakat tetapi juga level pribadi.
从《罗摩衍那》看历史学习的多样性管理
本研究旨在从《罗摩衍那经》的角度,在重新解释多样性的基础上,构建历史学习中的多样性管理框架。作者采用批判性解释学的方法来解读《罗摩衍那经》的文本,尤其是在《普热提维》和《阿》的文本中。PrŞthiwi和AŞṭabrata的文本含蓄地阐明,应该基于个人的道德和伦理属性来承认多样性。没有基于社会身份的任意偏见的空间,例如种族、种族,甚至宗教信仰和政治派别。研究结果表明,历史学习中的多样性管理框架可以通过创建三个层次来构建:(1)包容性课程,(2)学习材料和历史教科书中的交替叙述,以及(3)教师和学生的多视角态度。历史课程必须通过承认社会和心理的多样性来容纳包容性。除了包容性课程外,历史教科书还应以个人或传记历史的形式提供交替叙事,作为对抗宏大叙事和呈现学习历史中多元叙事的第三种方式。教师和学生必须接受多元视角作为历史学习多样性的表现。作者认为,这些多样性管理层可以为历史学习中的多样性及其相关性提供丰富的理解,在历史学习中,多样性不仅可以在社会术语中观察到,还可以在个人参数中观察到。本研究旨在从Kakawin Ramayana的角度,在基于历史的智慧重新解释中建立一个多样性管理框架。作者运用批判性解释学的方法来解读罗摩衍那的《Kakawin》文本,尤其是在《PrŞthiwi》和《aŞṭabrata》文本中。PrŞthiwi和AŞṭabrata的文本含蓄地解释说,必须基于一个人的道德和伦理属性来承认多样性。没有基于社会身份的自由裁量权,例如种族、种族,甚至宗教和政治派别。研究表明,历史学习中的多样性管理框架可以通过三个层次来构建:(1)包容性课程,(2)教学和教科书中的替代叙事,以及(3)教师和学生的态度。多视角。Kurikulum历史必须通过承认社会和心理的多样性来容纳包容性。根据包容性课程,历史教科书应提供个人历史或传记的替代叙事,作为对抗大叙事和在历史学习中提供多元叙事的第三种方式。教师和学生必须接受多视角作为历史多样性的代表。作家们认为,这种多样性管理可以在历史研究中对多样性及其相关性提供一种富有成效的理解,在这种研究中,多样性不仅可以在社会背景下观察,还可以在个人层面上观察。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
15
审稿时长
12 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信