{"title":"STUDI TINDAKAN SOSIAL: TRADISI ZIARAH MAKAM NYI MAS GANDASARI DI DESA PANGURAGAN KABUPATEN CIREBON","authors":"Maharani Maharani, Ahmad Asmuni, B. Sanusi","doi":"10.24235/jy.v7i2.9374","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tomb pilgrimage is a form of culture or customs for some people in Indonesia. Tomb pilgrimages are carried out by visiting the graves of guardians, scholars, and also family graves. This study aims to study or analyze the traditions of the people who still preserve the tradition of pilgrimage to the tomb of Nyi Mas Gandasari. This study uses a qualitative descriptive method, the observed phenomenon is the habits of the people that have been passed down from their ancestors related to the pilgrimage to the tomb of Nyi Mas Gandasari. Results and discussion in this study. First, it is related to the history of Nyi Mas Gandasari's tomb, which is claimed to be a stopover or hermitage place for the guardian of Allah when spreading Islam in Cirebon. So that's where Nyi Mas Gandasari's final resting place is. Second, besides aiming to pray for the deceased, pilgrims come with different motivations, such as wanting to ask for healing from a disease that cannot be cured by medical treatment, bringing hope that their soul mate will soon meet their soul mate, wanting to find peace, wanting their business to run smoothly, work smoothly, etc. Third, the forms of religious behavior of pilgrims are expressed in the way they pray for the deceased, such as YAQZHAN | Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 | 231 tahlilan, istighosah, prayer, etc. The community of Panguragan village also still preserves other traditions, such as muludan, village ruwatan, to routine pilgrimages to the grave of Nyi Mas Gandasari. Keyword: Pilgrimage, Tomb, Nyi Mas Gandasari. A. PENDAHULUAN Tradisi ialah suatu kebiasaan yang dilakukan sejak lama dan secara terus menerus menjadi kehidupan masyarakat sampai saat ini. Tradisi merupakan kegiatan suatu kelompok masyarakat yang dilakukan berulang-ulang dan langgeng sifatnya. Tradisi secara umum dipahami sebagai pengetahuan, doktrin, kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun termasuk cara penyampaian pengetahuan, doktrin dan praktek tersebut. Setiap kelompok mempunyai tradisi yang berbeda. Hal ini didasarkan pada karakter masingmasing kelompok yang berbeda pula. Tradisi ada kalanya terbentuk oleh lingkungan di mana tradisi berada dan sudah terbentuk, kemudian diteruskan masyarakat karena hal tersebut merupakan peninggalan nenek moyang mereka. Tradisi ini biasanya berhubungan erat dengan unsur kepercayaan atau keagamaan yang memiliki makna moral yang penting. Biasanya dilakukan ditempat yang suci dan penting bagi keyakinan dan iman yang bersangkutan. Tradisi di Indonesia, khususnya di masyarakat Jawa, merupakan sesuatu yang dianggap sakral, sehingga tradisi sangat dihormati serta dipertahankan oleh sebagian besar masyarakat Jawa. Sebagai contoh adalah tradisi ziarah makam yang ada di Jawa, tradisi tersebut dipertahankan karena masyarakat Jawa meyakini bahwa makam merupakan sebuah tempat suci yang mengandung aura yang berbeda dengan kekuatan tempat lainnya, sehingga penghormatan yang diberikan tentunya juga dapat berbeda-beda. Ziarah makam merupakan tradisi yang telah mengakar pada masa pra-Islam dan kemudian berkembang sedemikian rupa ketika Islam berkembang di Nusantara. Ada relevansi ziarah makam wali dengan ziarah ke candi atau tempat lain pada masa praIslam. Ziarah makam tidak hanya merujuk pada ziarah makam wali atau tokoh agama, tetapi juga ziarah makam orang tua, pahlawan, kerabat, dan lain-lain. Ziarah bisa juga 1 Anisatun Muti‟ah, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2009). 2 Ahmad Amin, Ilmu Akhlak (Jakarta: Bulan Bintang, 1995). 3 Nur Syam, Islam Pesisir (Yogyakarta: LKiS, 2005). 4 Syam. YAQZHAN | Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 | 232 dapat disebut sebagai ritual keagamaan karena di dalamnya mengkultuskan para leluhur atau nenek moyang yang telah meninggal. Secara garis besar, tujuan dari ziarah makam adalah untuk mengingatkan manusia bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan semua manusia akan mengalami kematian. Dengan berziarah makam dapat menjadikan diri manusia selalu mengingat akan kematian. Ziarah makam juga bisa dijadikan sebagai sarana untuk mengintropeksi diri tentang kematian yang pasti dialami oleh setiap yang berjiwa. Bagi sebagian masyarakat muslim, makam merupakan tempat yang dianggap suci dan pantas dihormati. Sebab makam merupakan tempat peristirahatan bagi arwah nenek moyang yang telah meninggal. Oleh sebabnya keberadaan makam dari tokoh tertentu dapat menimbulkan bermacam-macam daya tarik bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas ziarah dengan berbagai motivasi pula. Tradisi ziarah makam juga erat hubungannya dengan kharisma leluhur yang makamnya banyak dikunjungi orang. Kharisma leluhur ini dapat diwujudkan dengan bentuk dan hiasan bangunan kubur/makam yang beraneka ragam, sesuai dengan tradisi seni bangun yang disukai atau dikuasai oleh masyarakat setempat. Hal ini pula yang terjadi pada fenomena ziarah makam ke Nyi Mas Gandasari. Kharisma dari sosok Nyi Mas Gandasari sebagai keturunan tidak langsung alias anak angkat Sunan Gunung Jati dan merupakan seorang Putri yang dianggap mempunyai keistimewaan yang luar biasa di mana ia dahulu menjadi satu-satunya panglima perang wanita dalam sejarah berdirinya kerajaan Cirebon. Jasa dari Nyi Mas Gandasari yang paling menonjol dan dikenang oleh masyarakat adalah karena Nyi Mas Gandasari berhasil membobol benteng pertahanan kerajaan Sunda Galuh pada masa lalu. Oleh sebab itulah nama Nyi Mas Gandasari selalu dikenang dan makamnya terus dilestarikan oleh masyarakat Desa Panguragan sampai pada saat ini. 5 M Mishabul Mujib, “Fenomena Tradisi Ziarah Lokal dalam Masyarakat Jawa: Kontestasi Kesalehan, Identitas Keagamaan dan Komersial,” Ibda: Jurnal Kajian Islam dan Budaya 14, no. 2 (2016): 204–24. 6 Purwadi, Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual (Jakarta: Kompas, 2006). 7 Bahruddin Subkhy, Bid’ah-Bid’ah di Indonesia (Jakarta: Gema Insani Press, 1995). 8 Hendra Kadarusman, “Tradisi Ziarah di Makam Aria Wangsa Goparana Dan Eyamg Dalem Ranggadipa di Kabupaten Subang” (UIN Sunan Gunung Djati, 2011). 9 Feryani Umi Rosidah, Etnografi Ziarah Makam Sunan Ampel (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2012). 10 Bunaim, Juru Kunci makam Nyi Mas Gandasari, Wawancara, 27 November 2020 YAQZHAN | Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 | 233 Ziarah makam Nyi Mas Gandasari di Desa Panguragan adalah suatu warisan leluhur yang diturunkan secara turun temurun. Ziarah makam Nyi Mas Gandasari bisa disebut dengan ziarah makam terhadap nenek moyang. Sejak zaman dahulu masyarakat Desa Panguragan sangat mempercayai keberadaan leluhur mereka dan menganggap Nyi Mas Gandasari sebagai leluhur di desa mereka. Banyak peziarah makam Nyi Mas Gandasari yang tidak hanya berasal dari masyarakat desa Panguragan itu sendiri. Namun, ada juga peziarah makam dari luar desa yang datang dari berbagai daerah lainnya. Biasanya masyarakat Desa Panguragan mengunjungi makam Nyi Mas Gandasari pada saat-saat tertentu, misalnya pada waktu ruwatan desa, masa tanam (keleman) atau disebut dengan sedekah bumi. Sedangkan pengunjung makam yang berasal dari luar desa, umumnya mereka datang secara pribadi terkadang juga secara rombongan. Kondisi inilah yang membuat peneliti tertarik melakukan sebuah studi tindakan sosial terhadap fenomena ziarah di makam Nyi Mas Gandasari, dikarenakan sampai pada saat ini tradisi ziarah makam Nyi Mas Gandasari masih tetap dijalankan oleh masyarakat peziarah, baik oleh masyarakat desa maupun luar desa. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menekankan pada tindakan sosial yang berupa bentuk perilaku dan bentuk motivasi yang dilakukan oleh peziarah. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu metode yang bergantung dari pengamatan kepada suatu fenomena baik dalam kawasannya maupun peristilahannya. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan cara wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Sumber Data yang penulis peroleh ialah dari sumber data primer, yang mana data primer merupakan data yang diperoleh dari informan pertama atau pokok. Dalam hal ini peneliti menggunakan informan kuncen dan pengurus makam serta masyarakat yang berziarah ke makam Nyi Mas Gandasari. Adapun analisis data yang akan digunakan adalah dengan menggunakan teori tindakan sosial","PeriodicalId":34854,"journal":{"name":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Yaqzhan Analisis Filsafat Agama dan Kemanusiaan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24235/jy.v7i2.9374","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Tomb pilgrimage is a form of culture or customs for some people in Indonesia. Tomb pilgrimages are carried out by visiting the graves of guardians, scholars, and also family graves. This study aims to study or analyze the traditions of the people who still preserve the tradition of pilgrimage to the tomb of Nyi Mas Gandasari. This study uses a qualitative descriptive method, the observed phenomenon is the habits of the people that have been passed down from their ancestors related to the pilgrimage to the tomb of Nyi Mas Gandasari. Results and discussion in this study. First, it is related to the history of Nyi Mas Gandasari's tomb, which is claimed to be a stopover or hermitage place for the guardian of Allah when spreading Islam in Cirebon. So that's where Nyi Mas Gandasari's final resting place is. Second, besides aiming to pray for the deceased, pilgrims come with different motivations, such as wanting to ask for healing from a disease that cannot be cured by medical treatment, bringing hope that their soul mate will soon meet their soul mate, wanting to find peace, wanting their business to run smoothly, work smoothly, etc. Third, the forms of religious behavior of pilgrims are expressed in the way they pray for the deceased, such as YAQZHAN | Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 | 231 tahlilan, istighosah, prayer, etc. The community of Panguragan village also still preserves other traditions, such as muludan, village ruwatan, to routine pilgrimages to the grave of Nyi Mas Gandasari. Keyword: Pilgrimage, Tomb, Nyi Mas Gandasari. A. PENDAHULUAN Tradisi ialah suatu kebiasaan yang dilakukan sejak lama dan secara terus menerus menjadi kehidupan masyarakat sampai saat ini. Tradisi merupakan kegiatan suatu kelompok masyarakat yang dilakukan berulang-ulang dan langgeng sifatnya. Tradisi secara umum dipahami sebagai pengetahuan, doktrin, kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun termasuk cara penyampaian pengetahuan, doktrin dan praktek tersebut. Setiap kelompok mempunyai tradisi yang berbeda. Hal ini didasarkan pada karakter masingmasing kelompok yang berbeda pula. Tradisi ada kalanya terbentuk oleh lingkungan di mana tradisi berada dan sudah terbentuk, kemudian diteruskan masyarakat karena hal tersebut merupakan peninggalan nenek moyang mereka. Tradisi ini biasanya berhubungan erat dengan unsur kepercayaan atau keagamaan yang memiliki makna moral yang penting. Biasanya dilakukan ditempat yang suci dan penting bagi keyakinan dan iman yang bersangkutan. Tradisi di Indonesia, khususnya di masyarakat Jawa, merupakan sesuatu yang dianggap sakral, sehingga tradisi sangat dihormati serta dipertahankan oleh sebagian besar masyarakat Jawa. Sebagai contoh adalah tradisi ziarah makam yang ada di Jawa, tradisi tersebut dipertahankan karena masyarakat Jawa meyakini bahwa makam merupakan sebuah tempat suci yang mengandung aura yang berbeda dengan kekuatan tempat lainnya, sehingga penghormatan yang diberikan tentunya juga dapat berbeda-beda. Ziarah makam merupakan tradisi yang telah mengakar pada masa pra-Islam dan kemudian berkembang sedemikian rupa ketika Islam berkembang di Nusantara. Ada relevansi ziarah makam wali dengan ziarah ke candi atau tempat lain pada masa praIslam. Ziarah makam tidak hanya merujuk pada ziarah makam wali atau tokoh agama, tetapi juga ziarah makam orang tua, pahlawan, kerabat, dan lain-lain. Ziarah bisa juga 1 Anisatun Muti‟ah, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2009). 2 Ahmad Amin, Ilmu Akhlak (Jakarta: Bulan Bintang, 1995). 3 Nur Syam, Islam Pesisir (Yogyakarta: LKiS, 2005). 4 Syam. YAQZHAN | Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 | 232 dapat disebut sebagai ritual keagamaan karena di dalamnya mengkultuskan para leluhur atau nenek moyang yang telah meninggal. Secara garis besar, tujuan dari ziarah makam adalah untuk mengingatkan manusia bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan semua manusia akan mengalami kematian. Dengan berziarah makam dapat menjadikan diri manusia selalu mengingat akan kematian. Ziarah makam juga bisa dijadikan sebagai sarana untuk mengintropeksi diri tentang kematian yang pasti dialami oleh setiap yang berjiwa. Bagi sebagian masyarakat muslim, makam merupakan tempat yang dianggap suci dan pantas dihormati. Sebab makam merupakan tempat peristirahatan bagi arwah nenek moyang yang telah meninggal. Oleh sebabnya keberadaan makam dari tokoh tertentu dapat menimbulkan bermacam-macam daya tarik bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas ziarah dengan berbagai motivasi pula. Tradisi ziarah makam juga erat hubungannya dengan kharisma leluhur yang makamnya banyak dikunjungi orang. Kharisma leluhur ini dapat diwujudkan dengan bentuk dan hiasan bangunan kubur/makam yang beraneka ragam, sesuai dengan tradisi seni bangun yang disukai atau dikuasai oleh masyarakat setempat. Hal ini pula yang terjadi pada fenomena ziarah makam ke Nyi Mas Gandasari. Kharisma dari sosok Nyi Mas Gandasari sebagai keturunan tidak langsung alias anak angkat Sunan Gunung Jati dan merupakan seorang Putri yang dianggap mempunyai keistimewaan yang luar biasa di mana ia dahulu menjadi satu-satunya panglima perang wanita dalam sejarah berdirinya kerajaan Cirebon. Jasa dari Nyi Mas Gandasari yang paling menonjol dan dikenang oleh masyarakat adalah karena Nyi Mas Gandasari berhasil membobol benteng pertahanan kerajaan Sunda Galuh pada masa lalu. Oleh sebab itulah nama Nyi Mas Gandasari selalu dikenang dan makamnya terus dilestarikan oleh masyarakat Desa Panguragan sampai pada saat ini. 5 M Mishabul Mujib, “Fenomena Tradisi Ziarah Lokal dalam Masyarakat Jawa: Kontestasi Kesalehan, Identitas Keagamaan dan Komersial,” Ibda: Jurnal Kajian Islam dan Budaya 14, no. 2 (2016): 204–24. 6 Purwadi, Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual (Jakarta: Kompas, 2006). 7 Bahruddin Subkhy, Bid’ah-Bid’ah di Indonesia (Jakarta: Gema Insani Press, 1995). 8 Hendra Kadarusman, “Tradisi Ziarah di Makam Aria Wangsa Goparana Dan Eyamg Dalem Ranggadipa di Kabupaten Subang” (UIN Sunan Gunung Djati, 2011). 9 Feryani Umi Rosidah, Etnografi Ziarah Makam Sunan Ampel (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2012). 10 Bunaim, Juru Kunci makam Nyi Mas Gandasari, Wawancara, 27 November 2020 YAQZHAN | Volume 07, Nomor 02, Desember 2021 Maharani1, Ahmad Asmuni2, Burhanudin Sanusi3 | 233 Ziarah makam Nyi Mas Gandasari di Desa Panguragan adalah suatu warisan leluhur yang diturunkan secara turun temurun. Ziarah makam Nyi Mas Gandasari bisa disebut dengan ziarah makam terhadap nenek moyang. Sejak zaman dahulu masyarakat Desa Panguragan sangat mempercayai keberadaan leluhur mereka dan menganggap Nyi Mas Gandasari sebagai leluhur di desa mereka. Banyak peziarah makam Nyi Mas Gandasari yang tidak hanya berasal dari masyarakat desa Panguragan itu sendiri. Namun, ada juga peziarah makam dari luar desa yang datang dari berbagai daerah lainnya. Biasanya masyarakat Desa Panguragan mengunjungi makam Nyi Mas Gandasari pada saat-saat tertentu, misalnya pada waktu ruwatan desa, masa tanam (keleman) atau disebut dengan sedekah bumi. Sedangkan pengunjung makam yang berasal dari luar desa, umumnya mereka datang secara pribadi terkadang juga secara rombongan. Kondisi inilah yang membuat peneliti tertarik melakukan sebuah studi tindakan sosial terhadap fenomena ziarah di makam Nyi Mas Gandasari, dikarenakan sampai pada saat ini tradisi ziarah makam Nyi Mas Gandasari masih tetap dijalankan oleh masyarakat peziarah, baik oleh masyarakat desa maupun luar desa. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menekankan pada tindakan sosial yang berupa bentuk perilaku dan bentuk motivasi yang dilakukan oleh peziarah. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu metode yang bergantung dari pengamatan kepada suatu fenomena baik dalam kawasannya maupun peristilahannya. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan cara wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Sumber Data yang penulis peroleh ialah dari sumber data primer, yang mana data primer merupakan data yang diperoleh dari informan pertama atau pokok. Dalam hal ini peneliti menggunakan informan kuncen dan pengurus makam serta masyarakat yang berziarah ke makam Nyi Mas Gandasari. Adapun analisis data yang akan digunakan adalah dengan menggunakan teori tindakan sosial