The Influence of Javanese Political Concept of Power on President Sukarno

Baskara T. Wardaya
{"title":"The Influence of Javanese Political Concept of Power on President Sukarno","authors":"Baskara T. Wardaya","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.28928","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Various studies have shown a strong connection between political leaders’ views and practices with the culture and tradition of their upbringing. The culture and tradition would then become a prism through which the leaders understand themselves and comprehend their political dynamics while trying to play a particular role in it.  This was also the case with Sukarno, the first president of Indonesia. Being born and raised on the island of Java, Sukarno was greatly influenced by the Javanese concepts of power, especially the concepts about a Javanese ruler’s self-understanding, domestic politics, and international relations. As expressed in many of his speeches and writings, Sukarno deeply understood the Javanese concept of power and tried to operate around the concept. Based on his understanding of the concept, for instance, he considered himself a Javanese ruler. As President of Indonesia, he implemented his knowledge of the Javanese concept of power in his domestic politics as well as in his relations with other nations on the world stage. The influence of the Javanese concept of power, however, was not static. It was as dynamic as to how Sukarno responded to the dynamics of Indonesian and international politics throughout his political career.  Using historical and cultural approaches to Sukarno's political life, this research intends to explore how the Javanese concept of power greatly influenced Sukarno’s political views and practices. It will show that the beliefs and practices helped Sukarno unify Indonesia and obtain international prominence. At the same time, it also led him to the uncelebrated last days of his political life.Berbagai studi telah menunjukkan adanya kaitan yang kuat antara pandangan dan praktik-praktik politik seorang pemimpin politik dengan budaya dan tradisi yang telah membesarkannya. Budaya dan tradisi itu kemudian menjadi semacam prisma yang digunakan oleh sang pemimpin politik untuk memahami diri-sendiri, untuk memahami dinamika politik di sekitarnya seraya berusaha memainkan peran khusus di dalamnya. Hal ini juga berlaku untuk Sukarno, Presiden pertama Indonesia. Sebagaimana akan ditunjukkan dalam tulisan ini, sebagai seseorang yang dilahirkan di Pulau Jawa, Sukarno amat dipengaruhi oleh konsep Jawa tentang kekuasaan, terutama konsep tentang pemahaman diri seorang penguasa Jawa, tentang politik dalam negeri dan tentang hubungan internasional. Sebagaimana terungkap dalam berbagai pidato dan tulisan-tulisannya, Sukarno tidak hanya sungguh-sungguh memahami konsep kekuasaan Jawa, melainkan juga mencoba untuk memparaktikkan konsep tersebut. Berdasarkan pemahaman atas konsep kekuasaan Jawa, misalnya, ia memandang diri sebagai seorang penguasa Jawa. Sebagai Presiden Indonesia ia juga mengimplementasikan pemahamannya akan konsep kekuasaan Jawa terkait politik dalam negeri maupun hubungan dengan negara-negara lain di panggung dunia. Namun demikian pengaruh itu sama sekali tidak bersifat statis. Pengaruh tersebut bersifat dinamis, seiring dengan respon Sukarno terhadap berbagai perkembangan politik yang ada, baik di tingkat dalam negeri mapun dalam kaitannya dengan perkembangan politik dunia pada umumnya. Dengan menggunakan pendekatan historis dan kultural atas kiprah politik Sukarno, tulisan ini bermaksud untuk mengekplorasi bagaimana pandangan dan kiprah politik Sukarno sangat kuat dipengaruhi oleh konsep kekuasaan Jawa. Tulisan ini juga akan menunjukkan bagaimana pandangan dan kiprah politik Sukarno telah membantunya dalam menyatukan Indonesia dan dikenal secara internasional. Pada saat yang sama pengaruh itu juga telah membawanya ke akhir kehidupan politik yang kurang menyenangkan.","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Paramita Historical Studies Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.28928","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Various studies have shown a strong connection between political leaders’ views and practices with the culture and tradition of their upbringing. The culture and tradition would then become a prism through which the leaders understand themselves and comprehend their political dynamics while trying to play a particular role in it.  This was also the case with Sukarno, the first president of Indonesia. Being born and raised on the island of Java, Sukarno was greatly influenced by the Javanese concepts of power, especially the concepts about a Javanese ruler’s self-understanding, domestic politics, and international relations. As expressed in many of his speeches and writings, Sukarno deeply understood the Javanese concept of power and tried to operate around the concept. Based on his understanding of the concept, for instance, he considered himself a Javanese ruler. As President of Indonesia, he implemented his knowledge of the Javanese concept of power in his domestic politics as well as in his relations with other nations on the world stage. The influence of the Javanese concept of power, however, was not static. It was as dynamic as to how Sukarno responded to the dynamics of Indonesian and international politics throughout his political career.  Using historical and cultural approaches to Sukarno's political life, this research intends to explore how the Javanese concept of power greatly influenced Sukarno’s political views and practices. It will show that the beliefs and practices helped Sukarno unify Indonesia and obtain international prominence. At the same time, it also led him to the uncelebrated last days of his political life.Berbagai studi telah menunjukkan adanya kaitan yang kuat antara pandangan dan praktik-praktik politik seorang pemimpin politik dengan budaya dan tradisi yang telah membesarkannya. Budaya dan tradisi itu kemudian menjadi semacam prisma yang digunakan oleh sang pemimpin politik untuk memahami diri-sendiri, untuk memahami dinamika politik di sekitarnya seraya berusaha memainkan peran khusus di dalamnya. Hal ini juga berlaku untuk Sukarno, Presiden pertama Indonesia. Sebagaimana akan ditunjukkan dalam tulisan ini, sebagai seseorang yang dilahirkan di Pulau Jawa, Sukarno amat dipengaruhi oleh konsep Jawa tentang kekuasaan, terutama konsep tentang pemahaman diri seorang penguasa Jawa, tentang politik dalam negeri dan tentang hubungan internasional. Sebagaimana terungkap dalam berbagai pidato dan tulisan-tulisannya, Sukarno tidak hanya sungguh-sungguh memahami konsep kekuasaan Jawa, melainkan juga mencoba untuk memparaktikkan konsep tersebut. Berdasarkan pemahaman atas konsep kekuasaan Jawa, misalnya, ia memandang diri sebagai seorang penguasa Jawa. Sebagai Presiden Indonesia ia juga mengimplementasikan pemahamannya akan konsep kekuasaan Jawa terkait politik dalam negeri maupun hubungan dengan negara-negara lain di panggung dunia. Namun demikian pengaruh itu sama sekali tidak bersifat statis. Pengaruh tersebut bersifat dinamis, seiring dengan respon Sukarno terhadap berbagai perkembangan politik yang ada, baik di tingkat dalam negeri mapun dalam kaitannya dengan perkembangan politik dunia pada umumnya. Dengan menggunakan pendekatan historis dan kultural atas kiprah politik Sukarno, tulisan ini bermaksud untuk mengekplorasi bagaimana pandangan dan kiprah politik Sukarno sangat kuat dipengaruhi oleh konsep kekuasaan Jawa. Tulisan ini juga akan menunjukkan bagaimana pandangan dan kiprah politik Sukarno telah membantunya dalam menyatukan Indonesia dan dikenal secara internasional. Pada saat yang sama pengaruh itu juga telah membawanya ke akhir kehidupan politik yang kurang menyenangkan.
爪哇政治权力观对苏加诺总统的影响
各种研究表明,政治领导人的观点和做法与其成长的文化和传统之间有着密切的联系。然后,文化和传统将成为一个棱镜,领导人通过它了解自己,理解自己的政治动态,同时努力在其中发挥特殊作用。苏加诺在爪哇岛出生和长大,深受爪哇人权力观念的影响,尤其是关于爪哇统治者自我理解、国内政治和国际关系的观念。正如他在许多演讲和著作中所表达的那样,苏加诺深刻理解爪哇人的权力概念,并试图围绕这一概念运作。例如,基于他对这个概念的理解,他认为自己是爪哇统治者。作为印度尼西亚总统,他在国内政治以及与世界舞台上其他国家的关系中运用了爪哇人的权力概念。然而,爪哇人权力观念的影响并不是一成不变的。苏加诺在其整个政治生涯中对印尼和国际政治动态的反应同样充满活力。[UNK]本研究采用历史和文化的方法研究苏加诺的政治生活,旨在探讨爪哇人的权力观如何对苏加诺政治观点和实践产生重大影响。它将表明,这些信仰和实践帮助苏加诺统一了印度尼西亚,并获得了国际知名度。与此同时,这也让他走到了政治生涯的最后几天。几项研究表明,政治观点和实践之间有着密切的联系——政治领导人与产生这种联系的文化和传统。然后,文化和传统成为政治领袖用来理解自己的棱镜,理解他周围的政治动态就是试图在其中发挥特殊作用。这也适用于印尼第一任总统苏加诺。正如本文所示,作为一个出生在爪哇岛的人,苏加诺深受爪哇权力观的影响,尤其是爪哇大师对国家政治和国际关系的自我理解。正如苏加诺在他的各种演讲和著作中所揭示的那样,他不仅真正理解了贾瓦权力的概念,而且试图提出这个概念。例如,基于对贾瓦权力概念的理解,他认为自己是贾瓦的主人。作为印度尼西亚总统,他还落实了他对爪哇在该国政治权力或与世界舞台上其他国家关系的理解。然而,它是完全静态的。捐助者是动态的,这与苏加诺对绘图国和全球政治发展的各种政治发展的反应一致。本文运用历史和文化的方法研究苏加诺的政治金字塔,旨在探讨苏加诺政治金字塔和观点是如何受到贾瓦权力观的强烈影响的。它还将展示苏加诺的观点和政治领导力如何帮助他团结印尼和国际知名度。与此同时,这让他结束了不那么愉快的政治生活。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
15
审稿时长
12 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信