Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelanggaran Batas Minimal Usia Perkawinan

Achmad Yustian Jaya Sesunan
{"title":"Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelanggaran Batas Minimal Usia Perkawinan","authors":"Achmad Yustian Jaya Sesunan","doi":"10.25041/plr.v1i1.2063","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pancasila as the ideology of the nation which contains values as a philosophy for the life of the nation and state where human values as a form of awareness of human attitudes and actions based on the potential of human conscience in relation to norms and culture in general, it can generally be said that humans free to do whatever he wants, one of which is to do Pancasila and Law Review P-ISSN 2723-262X Volume 1 Issue 1, January-June 2020 E-ISSN 2745-9306 3 marriage. However, marriage in early childhood has caused several factors including, losing the rights that he should have gotten since childhood. There are a lot of reports about child marriage in Indonesia and conflicting rules between the two Laws (Law), namely Law No. 23 of 2002 concerning Child Protection and Law No. 1 of 1974 concerning Marriage, this is the reason the author examines child marriage from two corners of the Act. In general, law enforcement of violations of the minimum marriage age from the formulation stage has been problematic where the Child Protection Act does not include the Marriage Law in the consideration given, the application stage how it can run optimally if the formulation stage is already problematic, as well as the execution stage how it can provide benefits if there are multiple interpretations. In the enforcement and implementation of child marriage rules even though the Child Protection Act cannot be obstructed even though it has been married according to the Marriage Law. The most fundamental obstacle to law enforcement lies in the inadequacy or incompleteness of the laws and regulations, so that there are many socalled \"multiple interpretations\" and finally there are doubts in law enforcement. Conditions like this will eventually eventually bring up what is known as \"retroactive law\" which is certainly full of speculation, and this is very dangerous for the rule of law. The Marriage Law and the Child Protection Act must be revised and the two Laws equalize the rules, especially regarding child marriage rules. This revision needs to be done so as not to confuse and provide legal certainty related to child marriage. It is necessary to include the Marriage Law in the \"Remembering\" consideration in the Child Protection Act. Both laws must include rules regarding child marriage regulated in the Child Protection Act article so that these two laws harmonize with each other so that they do not cause multiple interpretations. The study was conducted with a type of normative juridical approach and empirical juridical conducted by examining the theories, concepts and legislation related to this research also by looking at the facts and interviews with respondents to gather opinions about law enforcement and factors obstruction of law enforcement violations of the minimum age of marriage. Penegakan Hukum Pidana Terhadap... Achmad Yustian Jaya. S 4 A. Pendahuluan dasarnya hukum adalah pencerminan dari HAM, sehingga hukum itu mengandung keadilan atau tidak akan ditentukan oleh Hak Asasi Manusia yang terkandung dan juga diatur atau dijamin dalam hukum tersebut. Hukum tidak akan lagi dilihat sebagai cerminan dari kekuasaan semata-mata, namun juga harus mencerminkan perlindungan terhadap hak-hak para warga negara. Indonesia Peringkat Tujuh Kasus Perkawinan Anak. United Nations Children's Fund (Unicef) menyebutkan, Indonesia menduduki peringkat ketujuh di dunia dalam kasus perkawinan anak. Menurut Unicef, perkawinan anak merupakan pelanggaran hak-hak anak perempuan dan anak laki-laki. Meski terjadi penurunan kasus perkawinan anak dari tahun 2013 sekitar 43,19% dan menjadi 34,23% di tahun 2014. Namun secara kuantitatif, kata dia, penurunan belum terlihat signifikan. Data BPS menunjukkan bahwa jumlah perkawinan usia anak di daerah perdesaan sepertiga lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Masing-masing untuk perkotaan 17,09% dan perdesaan 27,11% pada tahun 2015. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dijelaskan pengertian perkawinan yang berbunyi: “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Masalah batas usia untuk melakukan perkawinan merupakan masalah yang penting, orang yang telah dewasa secara fisik dan mental, belum tentu bias membina dan mendirikan rumah tangga yang sempurna apalagi orang muda yang belum dewasa. Tanpa kedewasaan, persoalan-persoalan yang mkuncul dalam rumah tangga akan disaikapi dengan emosi. Kunci perkawinan yang sukses, dituntut adanya kedewasaan dan kematangan dari segi fisik, mental dan emosional calon suami maupun istri yang akan melangsungkan perkawainan. Kasus perkawinan usia anak berdampak besar terhadap peningkatan jumlah angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). “AKI di Indonesia saat ini 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012), dan Indonesia telah menempati posisi yang tinggi AKI dan AKB jika dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya,” ungkap Yohana. Tabel 1.1 Jumlah Kasus Perkawinan Anak di Indonesia","PeriodicalId":52575,"journal":{"name":"Pancasila and Law Review","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-09-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Pancasila and Law Review","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.25041/plr.v1i1.2063","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

Abstract

Pancasila as the ideology of the nation which contains values as a philosophy for the life of the nation and state where human values as a form of awareness of human attitudes and actions based on the potential of human conscience in relation to norms and culture in general, it can generally be said that humans free to do whatever he wants, one of which is to do Pancasila and Law Review P-ISSN 2723-262X Volume 1 Issue 1, January-June 2020 E-ISSN 2745-9306 3 marriage. However, marriage in early childhood has caused several factors including, losing the rights that he should have gotten since childhood. There are a lot of reports about child marriage in Indonesia and conflicting rules between the two Laws (Law), namely Law No. 23 of 2002 concerning Child Protection and Law No. 1 of 1974 concerning Marriage, this is the reason the author examines child marriage from two corners of the Act. In general, law enforcement of violations of the minimum marriage age from the formulation stage has been problematic where the Child Protection Act does not include the Marriage Law in the consideration given, the application stage how it can run optimally if the formulation stage is already problematic, as well as the execution stage how it can provide benefits if there are multiple interpretations. In the enforcement and implementation of child marriage rules even though the Child Protection Act cannot be obstructed even though it has been married according to the Marriage Law. The most fundamental obstacle to law enforcement lies in the inadequacy or incompleteness of the laws and regulations, so that there are many socalled "multiple interpretations" and finally there are doubts in law enforcement. Conditions like this will eventually eventually bring up what is known as "retroactive law" which is certainly full of speculation, and this is very dangerous for the rule of law. The Marriage Law and the Child Protection Act must be revised and the two Laws equalize the rules, especially regarding child marriage rules. This revision needs to be done so as not to confuse and provide legal certainty related to child marriage. It is necessary to include the Marriage Law in the "Remembering" consideration in the Child Protection Act. Both laws must include rules regarding child marriage regulated in the Child Protection Act article so that these two laws harmonize with each other so that they do not cause multiple interpretations. The study was conducted with a type of normative juridical approach and empirical juridical conducted by examining the theories, concepts and legislation related to this research also by looking at the facts and interviews with respondents to gather opinions about law enforcement and factors obstruction of law enforcement violations of the minimum age of marriage. Penegakan Hukum Pidana Terhadap... Achmad Yustian Jaya. S 4 A. Pendahuluan dasarnya hukum adalah pencerminan dari HAM, sehingga hukum itu mengandung keadilan atau tidak akan ditentukan oleh Hak Asasi Manusia yang terkandung dan juga diatur atau dijamin dalam hukum tersebut. Hukum tidak akan lagi dilihat sebagai cerminan dari kekuasaan semata-mata, namun juga harus mencerminkan perlindungan terhadap hak-hak para warga negara. Indonesia Peringkat Tujuh Kasus Perkawinan Anak. United Nations Children's Fund (Unicef) menyebutkan, Indonesia menduduki peringkat ketujuh di dunia dalam kasus perkawinan anak. Menurut Unicef, perkawinan anak merupakan pelanggaran hak-hak anak perempuan dan anak laki-laki. Meski terjadi penurunan kasus perkawinan anak dari tahun 2013 sekitar 43,19% dan menjadi 34,23% di tahun 2014. Namun secara kuantitatif, kata dia, penurunan belum terlihat signifikan. Data BPS menunjukkan bahwa jumlah perkawinan usia anak di daerah perdesaan sepertiga lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Masing-masing untuk perkotaan 17,09% dan perdesaan 27,11% pada tahun 2015. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dijelaskan pengertian perkawinan yang berbunyi: “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Masalah batas usia untuk melakukan perkawinan merupakan masalah yang penting, orang yang telah dewasa secara fisik dan mental, belum tentu bias membina dan mendirikan rumah tangga yang sempurna apalagi orang muda yang belum dewasa. Tanpa kedewasaan, persoalan-persoalan yang mkuncul dalam rumah tangga akan disaikapi dengan emosi. Kunci perkawinan yang sukses, dituntut adanya kedewasaan dan kematangan dari segi fisik, mental dan emosional calon suami maupun istri yang akan melangsungkan perkawainan. Kasus perkawinan usia anak berdampak besar terhadap peningkatan jumlah angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). “AKI di Indonesia saat ini 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012), dan Indonesia telah menempati posisi yang tinggi AKI dan AKB jika dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya,” ungkap Yohana. Tabel 1.1 Jumlah Kasus Perkawinan Anak di Indonesia
对婚姻年龄最低限度的刑法执行
Pancasila作为国家的意识形态包含值作为一个哲学生活的国家和州人类价值观作为一种意识的人类基于人类良知的潜在态度和行为与规范和文化在一般情况下,它通常是说,人类可以做任何他想做的,其中一个是Pancasila和法律评论P-ISSN 2723 - 262 x卷1期,2020年上半年E-ISSN 2745 - 9306 3的婚姻。然而,早婚造成了几个因素,包括失去了他从小就应该得到的权利。印度尼西亚有很多关于童婚的报道,两项法律(2002年第23号关于儿童保护的法律和1974年第1号关于婚姻的法律)之间的规则相互冲突,这就是作者从法案的两个方面来研究童婚的原因。一般来说,对于违反最低结婚年龄的执法,从制定阶段开始就存在问题,因为《儿童保护法》没有将《婚姻法》纳入考虑范围;从适用阶段开始,如果制定阶段已经存在问题,如何实现最佳运行;从执行阶段开始,如果存在多种解释,如何提供利益。在执行和执行童婚规则方面,即使根据《婚姻法》结婚,也不能阻碍《儿童保护法》。执法的最根本障碍在于法律法规的不完备或不完备,以致出现了许多所谓的“多重解释”,最终导致执法出现疑点。这样的情况最终会产生所谓的“追溯法”,这当然充满了投机,这对法治是非常危险的。必须修订《婚姻法》和《儿童保护法》,使这两部法律的规定,特别是关于童婚的规定趋于一致。这一修订需要进行,以免混淆和提供与童婚有关的法律确定性。在《儿童保护法》中,有必要将《婚姻法》纳入“铭记”考量。两项法律都必须包括《儿童保护法》条款规定的关于童婚的规则,以便这两项法律相互协调,以免造成多重解释。本研究采用规范的司法方法和实证的司法方法进行,通过考察与本研究相关的理论、概念和立法,并通过观察事实和采访受访者收集对执法的意见和阻碍执法违反最低结婚年龄的因素。Penegakan Hukum Pidana Terhadap…ahmad Yustian Jaya。a。彭达朗·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔·达喀尔我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。印度尼西亚Peringkat Tujuh Kasus Perkawinan Anak。联合国儿童基金会(儿童基金会),印度尼西亚menyebutkan, menduduki peringkat ketujuh di dunia dalam kasus perkawinan anak。我是联合国儿童基金会的一员,我很高兴我很高兴我很高兴我很高兴。Meski terjadi penurunan kasus perkawinan anak dari tahun 2013 sekitar 43,19% dan menjadi 34,23% di tahun 2014。Namun secara kuantitatif, kata dia, penurunan belum, signfikan。数据BPS menunjukkan bahwa jumlah perkawinan usia anak di daerah perdesaan and sepertiga lebih tinggi dibandingkan perkotaan。Masing-masing untuk perkotaan 17,09% dan perdesaan 27,11% paada tahun 2015。1974年12月1日:“我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是我的意思。”我是杨佩婷,我是杨佩婷,我是杨佩婷,我是杨佩婷,我是杨佩婷,我是杨佩婷,我是杨佩婷,我是杨佩婷,我是杨佩婷。Tanpa kedewasaan,个人,个人,yang mkuncul dalam rumah tangan disaikapi dengan emosi。我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你。Kasus perkawinan usia anak berdampak besar terhadap peningkatan jumlah angka kematian ibu (AKI)和angka kematian bayi (AKB)。印尼的AKI指数为每100人中有359人。 Yohana说:“与其他东盟国家相比,印尼的AKI和AKB已经占据了很高的位置。”表1.1列出了印尼的童婚病例
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
6
审稿时长
24 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信