WOMEN AND NETWORKING AUTHORITY IN BOARDING SCHOOL: THE BACKGROUND AND LIFE HISTORY PERSPECTIVE

Evi Muafiah, Lutfiana Dwi Mayasari, Ulfa Wulan Agustina
{"title":"WOMEN AND NETWORKING AUTHORITY IN BOARDING SCHOOL: THE BACKGROUND AND LIFE HISTORY PERSPECTIVE","authors":"Evi Muafiah, Lutfiana Dwi Mayasari, Ulfa Wulan Agustina","doi":"10.21154/kodifikasia.v16i2.5327","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kepemimpinan boarding school identik dengan peran seorang kyai. Masyarakat yang patriarki, dan narasi ekstrimis yang melegitimisasi konsep domestikasi meletakkan perempuan sebagai masyarakat kelas dua. Begitu juga dengan nyai, diposisikan sebagai pendampaing kyai dan pengatur kebutuhan dometik di boarding school saja. Dengan latar kondisi yang sedemikian rupa, maka keberadaan nyai sebagai sosok baru dalam boarding school dewasa ini menarik untuk dianalisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi gender. Adapun perspektif life history digunakan untuk menjelaskan persoalan individual dan bagaimana relevansinya dalam pembentukan budaya dan masyarakat secara umum. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; pertama, perempuan dan jejaring kekuasaan di boarding school dimulai dari diadakannya kongres KUPI pertama pada 2017. Kedua, kecakapan perempuan dalam memimpin boarding school Mahasina didukung oleh keterlibatan nyai dalam politik praktis, pendidikan formal dan informal, serta pengalaman tergabung dengan NGO yang bergerak dalam pemberdayaan perempuan. Perempuan dan jejaring kekuasaan yang dibangun di boarding school ini membentuk kesadaran masyarakat. Bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam kepemimpinan termasuk didalamnya kepemimpinan agama. [The leadership of the boarding school is identical to the role of a kyai. A patriarchal society, and extremist narratives that legitimize the concept of domestication place women in a second-class society. Likewise, nyai are positioned as kyai's companion and regulator of domestic needs in boarding schools. With the background of such conditions, the existence of nyai as a new figure in boarding schools today is interesting to analyze. This study uses a gender anthropological approach. The life history perspective is used to explain individual problems and how they are relevant to the formation of culture and society in general. Methods of data collection are done by using an interview and observation. The results showed that women and power networks in boarding schools started from holding the first KUPI congress in 2017. Second, women's skills in leading the Mahasina boarding school are supported by the involvement of nyai in practical politics, formal and informal education, as well as their experience of joining NGOs engaged in empowering women. Women and the power network built in this boarding school form public awareness. That women and men have equal rights in leadership, including religious leaders. Keywords: boarding school network; woman; student; KUPI","PeriodicalId":55755,"journal":{"name":"Kodifikasia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Kodifikasia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21154/kodifikasia.v16i2.5327","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Kepemimpinan boarding school identik dengan peran seorang kyai. Masyarakat yang patriarki, dan narasi ekstrimis yang melegitimisasi konsep domestikasi meletakkan perempuan sebagai masyarakat kelas dua. Begitu juga dengan nyai, diposisikan sebagai pendampaing kyai dan pengatur kebutuhan dometik di boarding school saja. Dengan latar kondisi yang sedemikian rupa, maka keberadaan nyai sebagai sosok baru dalam boarding school dewasa ini menarik untuk dianalisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi gender. Adapun perspektif life history digunakan untuk menjelaskan persoalan individual dan bagaimana relevansinya dalam pembentukan budaya dan masyarakat secara umum. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; pertama, perempuan dan jejaring kekuasaan di boarding school dimulai dari diadakannya kongres KUPI pertama pada 2017. Kedua, kecakapan perempuan dalam memimpin boarding school Mahasina didukung oleh keterlibatan nyai dalam politik praktis, pendidikan formal dan informal, serta pengalaman tergabung dengan NGO yang bergerak dalam pemberdayaan perempuan. Perempuan dan jejaring kekuasaan yang dibangun di boarding school ini membentuk kesadaran masyarakat. Bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam kepemimpinan termasuk didalamnya kepemimpinan agama. [The leadership of the boarding school is identical to the role of a kyai. A patriarchal society, and extremist narratives that legitimize the concept of domestication place women in a second-class society. Likewise, nyai are positioned as kyai's companion and regulator of domestic needs in boarding schools. With the background of such conditions, the existence of nyai as a new figure in boarding schools today is interesting to analyze. This study uses a gender anthropological approach. The life history perspective is used to explain individual problems and how they are relevant to the formation of culture and society in general. Methods of data collection are done by using an interview and observation. The results showed that women and power networks in boarding schools started from holding the first KUPI congress in 2017. Second, women's skills in leading the Mahasina boarding school are supported by the involvement of nyai in practical politics, formal and informal education, as well as their experience of joining NGOs engaged in empowering women. Women and the power network built in this boarding school form public awareness. That women and men have equal rights in leadership, including religious leaders. Keywords: boarding school network; woman; student; KUPI
女性与寄宿学校的网络权威:背景与人生史视角
寄宿学校的领导层与kyai的角色完全相同。父权制社会和使驯化概念合法化的极端叙事将女性视为二等社会。除了裸体,她还被定位为一名kyai旅行者和寄宿学校的国内需求安排者。在这种情况下,作为一门新的学科在这所成人寄宿学校生活是很有意思的分析。这项研究采用了性别人类学的方法。生活史的视角被用来解释个人问题,以及它在塑造文化和社会方面的相关性。数据收集方法是通过访谈和观察来完成的。研究结果表明:;首先,寄宿学校的妇女和电网始于2017年的第一届KUPI大会。第二,妇女领导寄宿学校的能力得到了积极参与实际政治、正规和非正规教育以及非政府组织争取妇女自由的经验的支持。妇女和这所寄宿学校所建的电网形成了公众的意识。妇女和男子在领导权,包括宗教领导权方面享有同等权利。[寄宿学校的领导层与kyai的角色相同。父权制社会和使驯化概念合法化的极端主义叙事将女性置于二等社会。同样,nyai在寄宿学校中被定位为s kyai的伴侣和家庭需求的调节者。在这种条件的背景下,nyai作为寄宿中的新人物的存在-今天的学校分析起来很有趣。这项研究采用了性别人类学的方法。生命史的视角被用来解释个体问题,以及它们如何与文化和社会的形成相关。数据收集的方法是通过访谈和观察来完成的。结果显示,寄宿学校的女性和权力网络始于2017年举行的第一届KUPI大会。其次,妇女领导Mahasina寄宿学校的技能得到了nyai参与实际政治、正规和非正规教育的支持,以及她们加入致力于赋予妇女权力的非政府组织的经验。妇女和在这所寄宿学校建立的权力网络形成了公众意识。妇女和男子在包括宗教领袖在内的领导权方面享有平等权利。[未知]成年女子大学生库皮
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
10
审稿时长
24 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信