Z. Ar, Kusaeri Kusaeri, H. Alfiyah, N. Purnamasari
{"title":"MENAKAR BUDAYA LITERASI DI PESANTREN; Siginifikansi dan Relevansi Metode Programme for International Student Assessment","authors":"Z. Ar, Kusaeri Kusaeri, H. Alfiyah, N. Purnamasari","doi":"10.32806/jf.v13i01.4356","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kebanyakan penelitian tentang literasi terfokus pada lembaga pendidikan formal seperti sekolah atau perguruan tinggi. Tidak banyak penelitian yang membahas terkait budaya literasi di lembaga pesantren. Dan sejauh ini, masih belum ada penelitian yang membahas terkait evaluasi budaya literasi di pesantren menggunakan Programme for International Student Assessment (PISA). Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis signifikansi dan relevansi metode PISA sebagai alat penilai budaya literasi di pesantren. Melalui studi pustaka - dengan sumber-sumber terkini yang relevan - penelitian ini menemukan bahwa, budaya literasi di pesantren telah mengakar dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia. Namun, hal ini jarang diteliti karena term literasi kerap diidentikkan dengan pendidikan di lembaga pendidikan umum. Untuk menilai kentalnya budaya literasi di pesantren, metode PISA paling komprehensif dan ketat untuk menilai kinerja, menterjemahkan, mengambil sampel dan mengumpulkan data tentang santri, keluarga, dan faktor kelembagaan yang dapat membantu menjelaskan perbedaan kinerja dan keterampilan literasi mereka. Penulis berargumen bahwa PISA memiliki relevansi untuk menilai budaya literasi di pesantren. Dalam hal ini, domain literasi membaca dalam PISA dapat dijadikan istrumen penilaian budaya iqra’, hifdz, bandongan, sorogan, mushawarah, muthala’ah, bahtsul masail dan lain sebagainya. Penelitian ini dapat dijadikan penegas bahwa begitu kentalnya budaya literasi di pesantren yang selama ini kerap luput dari perhatian. ","PeriodicalId":55837,"journal":{"name":"Fikrotuna Jurnal Pendidikan dan Manajemen Islam","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Fikrotuna Jurnal Pendidikan dan Manajemen Islam","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.32806/jf.v13i01.4356","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Kebanyakan penelitian tentang literasi terfokus pada lembaga pendidikan formal seperti sekolah atau perguruan tinggi. Tidak banyak penelitian yang membahas terkait budaya literasi di lembaga pesantren. Dan sejauh ini, masih belum ada penelitian yang membahas terkait evaluasi budaya literasi di pesantren menggunakan Programme for International Student Assessment (PISA). Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis signifikansi dan relevansi metode PISA sebagai alat penilai budaya literasi di pesantren. Melalui studi pustaka - dengan sumber-sumber terkini yang relevan - penelitian ini menemukan bahwa, budaya literasi di pesantren telah mengakar dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia. Namun, hal ini jarang diteliti karena term literasi kerap diidentikkan dengan pendidikan di lembaga pendidikan umum. Untuk menilai kentalnya budaya literasi di pesantren, metode PISA paling komprehensif dan ketat untuk menilai kinerja, menterjemahkan, mengambil sampel dan mengumpulkan data tentang santri, keluarga, dan faktor kelembagaan yang dapat membantu menjelaskan perbedaan kinerja dan keterampilan literasi mereka. Penulis berargumen bahwa PISA memiliki relevansi untuk menilai budaya literasi di pesantren. Dalam hal ini, domain literasi membaca dalam PISA dapat dijadikan istrumen penilaian budaya iqra’, hifdz, bandongan, sorogan, mushawarah, muthala’ah, bahtsul masail dan lain sebagainya. Penelitian ini dapat dijadikan penegas bahwa begitu kentalnya budaya literasi di pesantren yang selama ini kerap luput dari perhatian.