Muhammad Islahudin, Syamila Dina Anshoriyah, A. Hidayatullah, Thiyas Tono Taufiq, Luthfi Rahman, Tafsir Tafsir, Sri Rejeki, Sukendar Sukendar, Miftakhul Azizah
{"title":"MAKNA TRADISI WEH-WEHAN DALAM PERSPEKTIF PERDAMAIAN BAGI MASYARAKAT KALIWUNGU, KENDAL","authors":"Muhammad Islahudin, Syamila Dina Anshoriyah, A. Hidayatullah, Thiyas Tono Taufiq, Luthfi Rahman, Tafsir Tafsir, Sri Rejeki, Sukendar Sukendar, Miftakhul Azizah","doi":"10.23971/jsam.v18i2.3605","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tradisi weh-wehan merupakan tradisi dalam memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Weh-wehan memiliki arti memberi atau menengok orang yang lebih tua. Tradisi ini merupakan tradisi turun termuru yang dilestarikan oleh masyarakat Kaliwungu, Kabupaten Kendal sebagai tradisi untuk saling bertukar makan dan memberi antar sesama. Tradisi Weh-wehan bagi masyarakat Kaliwungu telah dilakukan sejak zaman Walisongo hingga sekarang ini. Tradisi ini konon dipelopori oleh salah satu Kyai Guru, yakni ulama utusan yang berasal dari Kerajaan Mataram. Adapun proses terjadinya tradisi ini memiliki dua rangkaian acara yakni persiapan dan pelaksanaan. Tradisi ini juga memiliki makanan khas weh-wehan yaitu sumpil. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan perdamaian dan budaya. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna tradisi weh-wehan bagi masyarakat adalah memiliki nilai sosial, saling menghormati, dan kedermawanan. Selain itu, tradisi weh-wehan juga terdapat unsur shadaqah dan saling tolong menolong antar sesama. Kemudian pengaruh tradisi weh-wehan sangatlah penting, salah satunya adalah unsur perdamaian. Dengan adanya tradisi weh-wehan tersebut adalah memiliki pengaruh positif bagi masyarakat, yakni rasa saling menghargai dan bersosial tinggi untuk mewujudkan perdamaian bagi masyarakat melalui kebudayaan lokal.","PeriodicalId":53367,"journal":{"name":"Jurnal Studi Agama dan Masyarakat","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Studi Agama dan Masyarakat","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.23971/jsam.v18i2.3605","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Tradisi weh-wehan merupakan tradisi dalam memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Weh-wehan memiliki arti memberi atau menengok orang yang lebih tua. Tradisi ini merupakan tradisi turun termuru yang dilestarikan oleh masyarakat Kaliwungu, Kabupaten Kendal sebagai tradisi untuk saling bertukar makan dan memberi antar sesama. Tradisi Weh-wehan bagi masyarakat Kaliwungu telah dilakukan sejak zaman Walisongo hingga sekarang ini. Tradisi ini konon dipelopori oleh salah satu Kyai Guru, yakni ulama utusan yang berasal dari Kerajaan Mataram. Adapun proses terjadinya tradisi ini memiliki dua rangkaian acara yakni persiapan dan pelaksanaan. Tradisi ini juga memiliki makanan khas weh-wehan yaitu sumpil. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan perdamaian dan budaya. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna tradisi weh-wehan bagi masyarakat adalah memiliki nilai sosial, saling menghormati, dan kedermawanan. Selain itu, tradisi weh-wehan juga terdapat unsur shadaqah dan saling tolong menolong antar sesama. Kemudian pengaruh tradisi weh-wehan sangatlah penting, salah satunya adalah unsur perdamaian. Dengan adanya tradisi weh-wehan tersebut adalah memiliki pengaruh positif bagi masyarakat, yakni rasa saling menghargai dan bersosial tinggi untuk mewujudkan perdamaian bagi masyarakat melalui kebudayaan lokal.