{"title":"RELIGIUSITAS DIGITAL DAN DIMENSI PERLAWANAN MILENIAL DALAM RUANG ONLINE","authors":"Hanry Harlen Tapotubun, Hilda Rahmah","doi":"10.14421/JSR.V15I2.2042","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article aims to analyze the reasons behind the increasing number of expressing the religiosity on social media by the millennials, especially by discussing the preconditions those religious expressions. This study uses a qualitative approach with literature-based and netnographic study methods. It is also supported by interviews and observations on social media related to the activities of millennials in expressing their religiosity on Instagram, Facebook and WhatsApp. The results showed that the massive expression of religiosity on social media by the millennial could be considered as a \"resistance\" against the dominant discourse, both in virtual and in the religious spaces. These dominant discourses, such as: 1) religion is a private matter, and 2) the existence of a virtual world can only be achieved by displaying an established image, academic achievement, hedonic behavior, good looking appearance and creativity. By using the idea of mimicry by Bhabha, that massive activity of expressing religiosity in the virtual space emphasizes a counter-discourse that millennials have created. This is done in a “similar” way from common social media users, in response to the dominant discourse which tends to place their religious expression and their existence on social media as two separates aspects. Mimicry shows that anyone can show their religiosity in the same ways as the common users or celebrity on Instagram, but with a different idea and interests. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis alasan dibalik maraknya aktivitas mengekspresikan religiusitas di media sosial oleh generasi milenial, dengan membahas bagaimana prakondisi yang melandasi aktivitas tersebut . Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kepustakaan dan netnografi, dibantu teknik wawancara dan observasi partisipan di media sosial untuk mengamati aktivitas para millenial dalam mengekspresikan religiusitasnya di platform Instagram, Facebook dan WhatsApp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masifnya ekspresi religiusitas di media sosial oleh generasi milenial merupakan sebuah praktik “pelawanan” terhadap wacana dominan, baik dalam ruang virtual maupun dalam ruang agama. Wacana dominan ini antara lain: 1) agama adalah urusan privat, dan 2) eksistensi dunia virtual hanya dapat dicapai dengan cara memamerkan citra kemapanan , pencapaian akademik, perilaku hedon, good looking dan kreatif. Menggunakan gagasan M imikri Bhab ha, ekspresi religiusitas yang masif di ruang virtual menegaskan adanya sebuah upaya counter wacana yang ingin dibangun oleh para milenial. Hal tersebut dilakukan dengan cara-cara yang tidak jauh be rbeda dengan para pengguna sosial media lainya dalam menampilkan citra good looking, pencapaian akademik dan perilaku hedon sebagai bentuk eksistensi, demi merespon wacana dominan yang cenderung menempatkan ekspresi beragama dan eksistensi di media sosial sebagai dua hal terpisah. Mimikri menunjukkan bahwa siapapun bisa menunjukkan ekspresi religiusitasnya dengan cara-cara yang sama seperti yang dilakukan oleh artis atau selebgram di Instagram, namun dengan dasar dan kepentingan yang berbeda.","PeriodicalId":55676,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Reflektif","volume":"15 1","pages":"298-317"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-04-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"5","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Sosiologi Reflektif","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14421/JSR.V15I2.2042","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 5
Abstract
This article aims to analyze the reasons behind the increasing number of expressing the religiosity on social media by the millennials, especially by discussing the preconditions those religious expressions. This study uses a qualitative approach with literature-based and netnographic study methods. It is also supported by interviews and observations on social media related to the activities of millennials in expressing their religiosity on Instagram, Facebook and WhatsApp. The results showed that the massive expression of religiosity on social media by the millennial could be considered as a "resistance" against the dominant discourse, both in virtual and in the religious spaces. These dominant discourses, such as: 1) religion is a private matter, and 2) the existence of a virtual world can only be achieved by displaying an established image, academic achievement, hedonic behavior, good looking appearance and creativity. By using the idea of mimicry by Bhabha, that massive activity of expressing religiosity in the virtual space emphasizes a counter-discourse that millennials have created. This is done in a “similar” way from common social media users, in response to the dominant discourse which tends to place their religious expression and their existence on social media as two separates aspects. Mimicry shows that anyone can show their religiosity in the same ways as the common users or celebrity on Instagram, but with a different idea and interests. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis alasan dibalik maraknya aktivitas mengekspresikan religiusitas di media sosial oleh generasi milenial, dengan membahas bagaimana prakondisi yang melandasi aktivitas tersebut . Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kepustakaan dan netnografi, dibantu teknik wawancara dan observasi partisipan di media sosial untuk mengamati aktivitas para millenial dalam mengekspresikan religiusitasnya di platform Instagram, Facebook dan WhatsApp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masifnya ekspresi religiusitas di media sosial oleh generasi milenial merupakan sebuah praktik “pelawanan” terhadap wacana dominan, baik dalam ruang virtual maupun dalam ruang agama. Wacana dominan ini antara lain: 1) agama adalah urusan privat, dan 2) eksistensi dunia virtual hanya dapat dicapai dengan cara memamerkan citra kemapanan , pencapaian akademik, perilaku hedon, good looking dan kreatif. Menggunakan gagasan M imikri Bhab ha, ekspresi religiusitas yang masif di ruang virtual menegaskan adanya sebuah upaya counter wacana yang ingin dibangun oleh para milenial. Hal tersebut dilakukan dengan cara-cara yang tidak jauh be rbeda dengan para pengguna sosial media lainya dalam menampilkan citra good looking, pencapaian akademik dan perilaku hedon sebagai bentuk eksistensi, demi merespon wacana dominan yang cenderung menempatkan ekspresi beragama dan eksistensi di media sosial sebagai dua hal terpisah. Mimikri menunjukkan bahwa siapapun bisa menunjukkan ekspresi religiusitasnya dengan cara-cara yang sama seperti yang dilakukan oleh artis atau selebgram di Instagram, namun dengan dasar dan kepentingan yang berbeda.
本文旨在分析千禧一代越来越多地在社交媒体上表达宗教信仰的原因,特别是通过讨论这些宗教表达的前提条件。本研究采用文献研究和网络研究相结合的定性研究方法。对千禧一代在Instagram、Facebook和WhatsApp上表达宗教信仰的社交媒体活动的采访和观察也支持了这一观点。研究结果表明,千禧一代在社交媒体上大量表达宗教信仰,可以被视为对虚拟空间和宗教空间中主导话语的“抵抗”。这些占主导地位的话语,例如:1)宗教是私事,2)虚拟世界的存在只能通过展示一个既定的形象、学术成就、享乐行为、漂亮的外表和创造力来实现。通过使用Bhabha的模仿理念,在虚拟空间中表达宗教信仰的大规模活动强调了千禧一代创造的反话语。这是普通社交媒体用户以“类似”的方式完成的,作为对主流话语的回应,主流话语倾向于将他们的宗教表达和他们在社交媒体上的存在作为两个独立的方面。模仿表明,任何人都可以像Instagram上的普通用户或名人一样,用不同的想法和兴趣来表达自己的宗教信仰。Artikel ini bertujuan untuk menganalis alasan dibalik maraknya aktivitas mengekspresikan religiusitas di media social oleh generasi millennial, dengan membahas bagaimana prakondisi yang melandasi aktivitas tersebut。翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:翻译为:Hasil penelitian menunjukkan bahwa masifnya ekspresi religiusitas di media social oleh generasi millenial merupakan sebuah praktik " pelawanan " terhadap wacana dominan, baik dalam ruang virtual maupun dalam ruang agama。Wacana dominan ini antara lain: 1) agama adalah urusan privat, 2) eksistensi dunia virtual hanya dapat dicapai dengan, cara memamerkan citra kemapanan, pencapaian akademik, perakaku hedon,好看的dan kreatit。孟古纳坎·加加桑·米基利·巴布哈是一位宗教专家,他说:“我是孟古纳坎·加加桑,我是孟古纳坎·加加桑,我是孟古纳坎·加加桑。”在社交媒体上,“美女”是“美女”,“美女”是“美女”,“美女”是“美女”,“美女”是“美女”,“美女”是“美女”,“美女”是“美女”,“美女”是“美女”,“美女”是“美女”。Mimikri menunjukkan bahwa siapapun bisa menunjukkan ekspresi religiusitasnya dengan cara-cara yang sama seperti yang dilakukan oleh艺术家在Instagram上拍摄照片,namun dengan dasar dan kepentingan yang berbeda。