Fauzi Arif Lubis, Aqwa Naser Daulay, Hendra Harmain
{"title":"Analisis Tingkat Kesejahteraan Petani Muslim Di Indonesia Berdasarkan Pola Pendapatan Dan Pengeluaran Dengan Parameter NTPRP","authors":"Fauzi Arif Lubis, Aqwa Naser Daulay, Hendra Harmain","doi":"10.29103/el-amwal.v7i1.15764","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Sebagai Negara agraris dengan jumlah penduduk besar dan proporsi rumah tangga yang bekerja di pertanian dominan, maka perhatian terhadap kesejahteraan petani dinilai sangat strategis. Namun selain berbicara mengenai pendapatan yang mempengaruhi kesejahteraan, pengeluaranpun mempengaruhi tingkat kesejahteraan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Tingkat Kesejahteraan Petani Di Indonesia Menurut Pola Pendapatan Dan Pengeluaran Menggunakan Parameter NTPRP. Selanjutnya untuk menyelesaikan permasalahan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan parameter NTPRP (Nilai Tukar Pendapatan Rumahtangga Petani). Berdasarkan hasil temuan yang dilakukan peneliti di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Aceh, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Yogyakarta, Provinsi Bali. Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani (NTPRP) untuk nilai dari responden yang minimum berada pada nilai 0,46, hal tersebut menunjukkan bahwa total pengeluaran rumah tangga petani/ responden tersebut lebih besar dibandingkan dengan total pendapatan rumah tangganya, hal tersebut juga menjelaskan petani/ responden tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan untuk usaha pertanian dan non pertaniannya. Kemudian Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani (NTPRP) yang maksimum berada pada nilai 6,71, hal tersebut menunjukkan bahwa total pengeluaran rumah tangga petani/ responden tersebut lebih kecil dibandingkan dengan total pendapatan rumah tangganya, hal tersebut juga menjelaskan petani/ responden tersebut sudah mampu memenuhi kebutuhan untuk usaha pertanian dan non pertaniannya. Namun secara rata-rata Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani (NTPRP)nya berada pada nilai 1,37, menunjukkan NTPRP > 1 berarti secara rata-rata petani/ responden sudah mampu memenuhi kebutuhan untuk usaha pertanian dan non pertaniannya. Hal ini di dukung oleh data dari BPS NTP nasional pada Maret 2021 bernilai 103,29 berarti petani mengalami surplus secara nasional dan pada 8 provinsi nilai rata-rata NTP nya pada juli 2021 yaitu 101,71.","PeriodicalId":106000,"journal":{"name":"el-Amwal","volume":"183 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-04-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"el-Amwal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.29103/el-amwal.v7i1.15764","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Sebagai Negara agraris dengan jumlah penduduk besar dan proporsi rumah tangga yang bekerja di pertanian dominan, maka perhatian terhadap kesejahteraan petani dinilai sangat strategis. Namun selain berbicara mengenai pendapatan yang mempengaruhi kesejahteraan, pengeluaranpun mempengaruhi tingkat kesejahteraan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Tingkat Kesejahteraan Petani Di Indonesia Menurut Pola Pendapatan Dan Pengeluaran Menggunakan Parameter NTPRP. Selanjutnya untuk menyelesaikan permasalahan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan parameter NTPRP (Nilai Tukar Pendapatan Rumahtangga Petani). Berdasarkan hasil temuan yang dilakukan peneliti di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Aceh, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Yogyakarta, Provinsi Bali. Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani (NTPRP) untuk nilai dari responden yang minimum berada pada nilai 0,46, hal tersebut menunjukkan bahwa total pengeluaran rumah tangga petani/ responden tersebut lebih besar dibandingkan dengan total pendapatan rumah tangganya, hal tersebut juga menjelaskan petani/ responden tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan untuk usaha pertanian dan non pertaniannya. Kemudian Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani (NTPRP) yang maksimum berada pada nilai 6,71, hal tersebut menunjukkan bahwa total pengeluaran rumah tangga petani/ responden tersebut lebih kecil dibandingkan dengan total pendapatan rumah tangganya, hal tersebut juga menjelaskan petani/ responden tersebut sudah mampu memenuhi kebutuhan untuk usaha pertanian dan non pertaniannya. Namun secara rata-rata Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani (NTPRP)nya berada pada nilai 1,37, menunjukkan NTPRP > 1 berarti secara rata-rata petani/ responden sudah mampu memenuhi kebutuhan untuk usaha pertanian dan non pertaniannya. Hal ini di dukung oleh data dari BPS NTP nasional pada Maret 2021 bernilai 103,29 berarti petani mengalami surplus secara nasional dan pada 8 provinsi nilai rata-rata NTP nya pada juli 2021 yaitu 101,71.