Jurnal Bahasa, Dan Sastra, Pengajaran, El Khlieqy, Junita Antriani
{"title":"Skeptisisme Gender Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khlieqy","authors":"Jurnal Bahasa, Dan Sastra, Pengajaran, El Khlieqy, Junita Antriani","doi":"10.58218/alinea.v3i3.795","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penelitian ini secara mendalam menginvestigasi bentuk-bentuk skeptisisme gender yang terungkap dalam novel \"Perempuan Berkalung Sorban\" sambil merinci faktor-faktor penyebab yang melatarbelakangi fenomena tersebut. Hasil penelitian menggambarkan bahwa perempuan dalam novel ini secara konsisten diabaikan dan dihakimi, terbatas pada peran konvensional sebagai ibu rumah tangga, serta dihadapkan pada larangan berpendapat. Anisa, sebagai tokoh utama, mengalami berbagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga, termasuk kekerasan seksual, fisik, dan psikis, yang memberikan gambaran realistis tentang ketidaksetaraan gender. penelitian ini juga mengungkapkan perjuangan tokoh perempuan dalam mencapai kesetaraan dalam pendidikan, yang dianggap sebagai langkah krusial untuk melawan norma-norma patriarki yang membatasi peran perempuan. Upaya untuk menyudahi pernikahan juga menjadi bagian dari perjuangan mereka untuk mengukuhkan posisi dan hak-hak perempuan. Selain itu, penelitian mencatat bahwa faktor penyebab skeptisisme gender melibatkan perlakuan berbeda terhadap perempuan dan laki-laki, praktik tradisi perjodohan yang masih berakar kuat dalam masyarakat, dan penafsiran agama yang cenderung mendukung ketidaksetaraan gender dengan melebihkan hak-hak laki-laki. penelitian ini menegaskan bahwa skeptisisme gender dalam novel ini tidak hanya mencerminkan ketidakadilan sosial terhadap perempuan, tetapi juga menjadi cermin dari realitas yang dihadapi oleh banyak perempuan dalam masyarakat yang diwarnai oleh norma patriarki dan budaya perjodohan. Dengan menggali lebih dalam bentuk-bentuk ketidaksetaraan gender dan menganalisis faktor-faktor yang mendasarinya, penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang kompleksitas isu-isu gender yang dihadapi oleh karakter perempuan dalam karya sastra ini. Sebagai hasilnya, penelitian ini tidak hanya mengungkapkan fenomena skeptisisme gender, tetapi juga mempertajam pandangan kita terhadap perjuangan perempuan dalam menghadapi ketidaksetaraan gender yang melekat dalam struktur masyarakatnya.","PeriodicalId":518026,"journal":{"name":"ALINEA : Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya","volume":"138 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-01-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"ALINEA : Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.58218/alinea.v3i3.795","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Penelitian ini secara mendalam menginvestigasi bentuk-bentuk skeptisisme gender yang terungkap dalam novel "Perempuan Berkalung Sorban" sambil merinci faktor-faktor penyebab yang melatarbelakangi fenomena tersebut. Hasil penelitian menggambarkan bahwa perempuan dalam novel ini secara konsisten diabaikan dan dihakimi, terbatas pada peran konvensional sebagai ibu rumah tangga, serta dihadapkan pada larangan berpendapat. Anisa, sebagai tokoh utama, mengalami berbagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga, termasuk kekerasan seksual, fisik, dan psikis, yang memberikan gambaran realistis tentang ketidaksetaraan gender. penelitian ini juga mengungkapkan perjuangan tokoh perempuan dalam mencapai kesetaraan dalam pendidikan, yang dianggap sebagai langkah krusial untuk melawan norma-norma patriarki yang membatasi peran perempuan. Upaya untuk menyudahi pernikahan juga menjadi bagian dari perjuangan mereka untuk mengukuhkan posisi dan hak-hak perempuan. Selain itu, penelitian mencatat bahwa faktor penyebab skeptisisme gender melibatkan perlakuan berbeda terhadap perempuan dan laki-laki, praktik tradisi perjodohan yang masih berakar kuat dalam masyarakat, dan penafsiran agama yang cenderung mendukung ketidaksetaraan gender dengan melebihkan hak-hak laki-laki. penelitian ini menegaskan bahwa skeptisisme gender dalam novel ini tidak hanya mencerminkan ketidakadilan sosial terhadap perempuan, tetapi juga menjadi cermin dari realitas yang dihadapi oleh banyak perempuan dalam masyarakat yang diwarnai oleh norma patriarki dan budaya perjodohan. Dengan menggali lebih dalam bentuk-bentuk ketidaksetaraan gender dan menganalisis faktor-faktor yang mendasarinya, penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang kompleksitas isu-isu gender yang dihadapi oleh karakter perempuan dalam karya sastra ini. Sebagai hasilnya, penelitian ini tidak hanya mengungkapkan fenomena skeptisisme gender, tetapi juga mempertajam pandangan kita terhadap perjuangan perempuan dalam menghadapi ketidaksetaraan gender yang melekat dalam struktur masyarakatnya.