{"title":"Representasi Manusia Sampah Sebagai Subaltern pada Cerita Anak: Analisis Wacana Multimodal dalam Buku Poupelle of Chimney Town","authors":"Khairul Syafuddin, Hayu Lusianawati, Rafi'i","doi":"10.22236/komunika.v11i01.12758","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kondisi kelas sosial dalam sebuah masyarakat tidak dapat terlepas dari pengamatan kelompok kapitalis untuk dikomodifikasi menjadi sebuah komoditas. Praktik komodifikasi ini sangat menguntungkan pihak kapitalis sebagai pemilik modal dari sisi materiil. Hal ini dapat mereka lakukan melalui praktik representasi kelas sosial menjadi sebuah komoditas tontonan dan hiburan untuk dinikmati khalayak. Salah satu produk dari industri ini adalah cerita anak yang berjudul Poupelle of Chimney Town: Petualangan Poupelle di Kota Cerobong Asap. Kisah fiksi tersebut merepresentasikan kehidupan manusia pinggiran, khususnya subaltern dari kelas sosial bawah. Hal ini sekaligus menjadi sebuah kritik sosial yang dikemas dalam bentuk cerita anak yang dapat menumbuhkan kesadaran kelas bagi khalayak. Penelitian ini menggunakan teori representasi yang ditawarkan oleh Stuart Hall. Di mana narasi dan visual yang ditampilkan dilihat memiliki kepentingan politis dalam merepresentasikan kehidupan masyarakat miskin di era modern. Metode yang digunakan adalah analisis wacana multimodal dengan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan teknik observasi dan dokumentasi untuk mengumpulkan data primer. Adapun teknik validitas data yang digunakan peneliti adalah triangulasi teori guna mendapatkan hasil penelitian yang lebih objektif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa cerita anak tersebut membangun representasi dari masyarakat subaltern di era modern. Di mana dalam kelompok subaltern terdapat kekuasaan yang juga dimiliki oleh setiap individu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam realita di masyarakat, kelompok yang termarjinalkan sekalipun tetap memiliki power untuk menunjukkan posisi sosialnya. Selain itu, cerita ini juga menunjukkan bahwa cerita anak dapat dibuat berdasarkan narasi dari masalah sosial modern.","PeriodicalId":55749,"journal":{"name":"Komunika","volume":"44 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Komunika","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22236/komunika.v11i01.12758","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Kondisi kelas sosial dalam sebuah masyarakat tidak dapat terlepas dari pengamatan kelompok kapitalis untuk dikomodifikasi menjadi sebuah komoditas. Praktik komodifikasi ini sangat menguntungkan pihak kapitalis sebagai pemilik modal dari sisi materiil. Hal ini dapat mereka lakukan melalui praktik representasi kelas sosial menjadi sebuah komoditas tontonan dan hiburan untuk dinikmati khalayak. Salah satu produk dari industri ini adalah cerita anak yang berjudul Poupelle of Chimney Town: Petualangan Poupelle di Kota Cerobong Asap. Kisah fiksi tersebut merepresentasikan kehidupan manusia pinggiran, khususnya subaltern dari kelas sosial bawah. Hal ini sekaligus menjadi sebuah kritik sosial yang dikemas dalam bentuk cerita anak yang dapat menumbuhkan kesadaran kelas bagi khalayak. Penelitian ini menggunakan teori representasi yang ditawarkan oleh Stuart Hall. Di mana narasi dan visual yang ditampilkan dilihat memiliki kepentingan politis dalam merepresentasikan kehidupan masyarakat miskin di era modern. Metode yang digunakan adalah analisis wacana multimodal dengan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan teknik observasi dan dokumentasi untuk mengumpulkan data primer. Adapun teknik validitas data yang digunakan peneliti adalah triangulasi teori guna mendapatkan hasil penelitian yang lebih objektif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa cerita anak tersebut membangun representasi dari masyarakat subaltern di era modern. Di mana dalam kelompok subaltern terdapat kekuasaan yang juga dimiliki oleh setiap individu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam realita di masyarakat, kelompok yang termarjinalkan sekalipun tetap memiliki power untuk menunjukkan posisi sosialnya. Selain itu, cerita ini juga menunjukkan bahwa cerita anak dapat dibuat berdasarkan narasi dari masalah sosial modern.