FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARSAMBIN KABUPATEN RAJA AMPAT PAPUA BARAT TAHUN 2023

Nur Vandila Kalapat, R. Ruwiah, Paridah Paridah
{"title":"FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARSAMBIN KABUPATEN RAJA AMPAT PAPUA BARAT TAHUN 2023","authors":"Nur Vandila Kalapat, R. Ruwiah, Paridah Paridah","doi":"10.37887/jgki.v4i2.43110","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak Stunting adalah ketidakmampuan anak di bawah usia lima tahun untuk berkembang akibat kekurangan gizi yang berkepanjangan dan terus-menerus. Jika tinggi badan anak untuk usianya kurang dari minus dua standar deviasi dari median, mereka dianggap stunting. Angka kejadian stunting di Provinsi Papua Barat menempati urutan keenam dari 34 provinsi Indonesia dengan angka 30,0%, menurut data Studi Status Gizi Indonesia Tahun 2022. Sedangkan stunting menempati urutan kelima dari 13 kabupaten/kota di Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2022 dengan tingkat prevalensi 31,1%. Wilayah kerja Puskesmas Warsambin akan memiliki prevalensi stunting tertinggi di dunia pada tahun 2021 sebesar 46,7%, menempati urutan pertama. Di wilayah kerja Puskesmas Warsambin Kabupaten Raja Ampat Papua Barat, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan prevalensi stunting pada balita. Penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional merupakan metode yang digunakan. Metode pengambilan sampel Proportional Random Sampling digunakan untuk memilih 132 balita sebagai sampel penelitian. Uji Univariat dan Bivariat digunakan untuk analisis data. Pengetahuan ibu (p value = 0,003), pola asuh (p value = 0,002), pola makan (p value = 0,000), dan pendapatan keluarga (p value = 0,005) semuanya berpengaruh signifikan terhadap angka stunting. Dengan demikian diharapkan Puskesmas Warsambin dapat meningkatkan informasi tentang stunting, pola asuh, dan pola makan melalui penyuluhan dan edukasi serta mendorong ibu untuk aktif menggunakan layanan kesehatan dalam rangka pelaksanaan program pencegahan stunting. Kata Kunci : Pengetahuan Ibu Tentang Stunting, Pola Asuh, Pola Makan,Pendapatan Keluarga Abstract Stunting is the inability of children under the age of five to thrive that results from prolonged and persistent malnutrition. If a child's height for their age is less than minus two standard deviations from the median, they are considered stunted. The incidence of stunting in West Papua Province ranks sixth out of 34 Indonesian provinces with a rate of 30.0%, according to data from the 2022 Indonesian Nutrition Status Study. Meanwhile, stunting ranks fifth out of 13 regencies/cities in Raja Ampat Regency in 2022, with a 31.1% prevalence rate. The Warsambin Health Center's working area will have the highest prevalence of stunting in the world in 2021, at 46.7%, placing it first. In the Warsambin Health Center's working area in the Raja Ampat Regency of West Papua, the purpose of this study is to determine what factors are associated with the prevalence of stunting in toddlers. Quantitative research with a cross-sectional study design is the method used. The Proportional Random Sampling sampling method was used to select 132 toddlers for the study's sample. The Univariate and Bivariate tests were used for the analysis of the data. Mother's knowledge (p value = 0.003), parenting style (p value = 0.002), eating pattern (p value = 0.000), and family income (p value = 0.005) all had a significant impact on the rate of stunting. As a result, it is hoped that the Warsambin Health Center will be able to increase information about stunting, parenting, and eating patterns through counseling and education and encourage mothers to actively use health services in order to implement stunting prevention programs. Keywords: Mother's Knowledge about Stunting, Parenting, Diet, Family Income","PeriodicalId":507398,"journal":{"name":"Jurnal Gizi dan Kesehatan Indonesia","volume":"50 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-08-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Gizi dan Kesehatan Indonesia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.37887/jgki.v4i2.43110","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Abstrak Stunting adalah ketidakmampuan anak di bawah usia lima tahun untuk berkembang akibat kekurangan gizi yang berkepanjangan dan terus-menerus. Jika tinggi badan anak untuk usianya kurang dari minus dua standar deviasi dari median, mereka dianggap stunting. Angka kejadian stunting di Provinsi Papua Barat menempati urutan keenam dari 34 provinsi Indonesia dengan angka 30,0%, menurut data Studi Status Gizi Indonesia Tahun 2022. Sedangkan stunting menempati urutan kelima dari 13 kabupaten/kota di Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2022 dengan tingkat prevalensi 31,1%. Wilayah kerja Puskesmas Warsambin akan memiliki prevalensi stunting tertinggi di dunia pada tahun 2021 sebesar 46,7%, menempati urutan pertama. Di wilayah kerja Puskesmas Warsambin Kabupaten Raja Ampat Papua Barat, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan prevalensi stunting pada balita. Penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional merupakan metode yang digunakan. Metode pengambilan sampel Proportional Random Sampling digunakan untuk memilih 132 balita sebagai sampel penelitian. Uji Univariat dan Bivariat digunakan untuk analisis data. Pengetahuan ibu (p value = 0,003), pola asuh (p value = 0,002), pola makan (p value = 0,000), dan pendapatan keluarga (p value = 0,005) semuanya berpengaruh signifikan terhadap angka stunting. Dengan demikian diharapkan Puskesmas Warsambin dapat meningkatkan informasi tentang stunting, pola asuh, dan pola makan melalui penyuluhan dan edukasi serta mendorong ibu untuk aktif menggunakan layanan kesehatan dalam rangka pelaksanaan program pencegahan stunting. Kata Kunci : Pengetahuan Ibu Tentang Stunting, Pola Asuh, Pola Makan,Pendapatan Keluarga Abstract Stunting is the inability of children under the age of five to thrive that results from prolonged and persistent malnutrition. If a child's height for their age is less than minus two standard deviations from the median, they are considered stunted. The incidence of stunting in West Papua Province ranks sixth out of 34 Indonesian provinces with a rate of 30.0%, according to data from the 2022 Indonesian Nutrition Status Study. Meanwhile, stunting ranks fifth out of 13 regencies/cities in Raja Ampat Regency in 2022, with a 31.1% prevalence rate. The Warsambin Health Center's working area will have the highest prevalence of stunting in the world in 2021, at 46.7%, placing it first. In the Warsambin Health Center's working area in the Raja Ampat Regency of West Papua, the purpose of this study is to determine what factors are associated with the prevalence of stunting in toddlers. Quantitative research with a cross-sectional study design is the method used. The Proportional Random Sampling sampling method was used to select 132 toddlers for the study's sample. The Univariate and Bivariate tests were used for the analysis of the data. Mother's knowledge (p value = 0.003), parenting style (p value = 0.002), eating pattern (p value = 0.000), and family income (p value = 0.005) all had a significant impact on the rate of stunting. As a result, it is hoped that the Warsambin Health Center will be able to increase information about stunting, parenting, and eating patterns through counseling and education and encourage mothers to actively use health services in order to implement stunting prevention programs. Keywords: Mother's Knowledge about Stunting, Parenting, Diet, Family Income
与 2023 年西巴布亚省拉贾安帕特县 warsambin 保健中心工作区幼儿发育迟缓发病率有关的因素
摘要 发育迟缓是指五岁以下儿童因长期持续营养不良而无法茁壮成长。如果儿童的身高与同龄人相比低于中位数的负两个标准差,则被视为发育迟缓。根据《2022 年印尼营养状况研究》(Indonesia Nutrition Status Study 2022)的数据,西巴布亚省的发育迟缓发生率为 30.0%,在印尼 34 个省中排名第六。同时,在2022年拉贾安巴13个县/市中,发育迟缓排名第五,发病率为31.1%。2021 年,Warsambin Puskesmas 工作区的发育迟缓发病率将达到 46.7%,位居世界第一。在西巴布亚省拉贾安帕特县华山宾乡政府工作区,本研究的目的是确定哪些因素与幼儿发育迟缓的发生率有关。本研究采用横断面研究设计的定量研究方法。研究采用比例随机抽样法选取了 132 名幼儿作为研究样本。数据分析采用了单变量和双变量检验。母亲知识(p 值 = 0.003)、养育(p 值 = 0.002)、饮食(p 值 = 0.000)和家庭收入(p 值 = 0.005)对发育迟缓率均有显著影响。因此,希望华山宾保健中心能通过咨询和教育,增加有关发育迟缓、养育子女和饮食的信息,并鼓励母亲在实施发育迟缓预防计划时积极利用保健服务。 关键词母亲对发育迟缓的认识 育儿 饮食 家庭收入 摘要 发育迟缓是指五岁以下儿童因长期持续营养不良而无法茁壮成长。如果儿童的身高与同龄人相比低于中位数的负两个标准差,则被视为发育迟缓。根据2022年印尼营养状况研究的数据,西巴布亚省的发育迟缓发生率为30.0%,在印尼34个省份中排名第六。同时,在2022年拉贾安帕特地区的13个县/市中,发育迟缓排名第五,发病率为31.1%。华山宾保健中心工作区的发育迟缓发病率在 2021 年将达到 46.7%,位居世界第一。在西巴布亚拉贾安帕特地区的华山宾保健中心工作区,本研究的目的是确定哪些因素与幼儿发育迟缓的发生率有关。本研究采用横断面研究设计的定量研究方法。研究采用比例随机抽样法选取了 132 名幼儿作为样本。数据分析采用了单变量和双变量检验。母亲的知识(p 值 = 0.003)、养育方式(p 值 = 0.002)、饮食模式(p 值 = 0.000)和家庭收入(p 值 = 0.005)都对发育迟缓率有显著影响。因此,希望华山宾保健中心能够通过咨询和教育,增加有关发育迟缓、养育方式和饮食模式的信息,鼓励母亲积极利用保健服务,以实施发育迟缓预防计划。 关键词母亲对发育迟缓的了解 育儿 饮食 家庭收入
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 求助全文
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信