{"title":"Tinjauan terhadap Pendekatan Filsafat Ontologis dalam Pembuktian Keberadaan Tuhan secara Logis","authors":"Garry Robert Tengker, Hery Budi Yosef","doi":"10.54403/rjtpi.v3i2.65","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"AbstractOne of the questions that is often debated is about the existence of God. In Indonesian culture, a person who was born must have been indoctrinated with the teachings of a particular religion which also includes belief in their respective religion's version of God. Questions about the existence of God can lead someone to negative accusations. Some people will answer that God is in the human heart, so his existence is not to be questioned but must be believed. This kind of argument has many weaknesses. The researcher used a data collection method through qualitative research, while in the data processing method and drawing conclusions, the author used an inductive method, namely a reasoning process that starts from specific circumstances to general circumstances. In proving the existence of God logically, there are at least four arguments, namely the ontological argument which is based on human reason, the cosmological argument which is based on natural phenomena, the teleological argument which is based on goals, and the moral argument which is based on morality. It can be known that everything that is enormous about which we cannot think any bigger is God, so God must exist. Anselm's argument was very influential in the history of thought regarding evidence for the existence of God. He presents evidence that is logical in nature because it starts from the assumption that there is something so great that there is nothing greater and that existence is part of that greatness, so it will automatically exist. Usually, Christian theologians only arrive at ontological arguments to prove the existence of God but rarely carry out reconstructions of it. In this article, the proof of God's existence is explained not only from an ontological aspect, but also a reconstruction of the argument.Keywords: ontology, Anselm; God Existence; logical proof; ontology reconstruction AbstrakSalah satu pertanyaan yang sering diperdebatkan adalah tentang eksistensi Tuhan. Dalam budaya di Indonesia, seseorang yang lahir pasti sudah didoktrin dengan ajaran agama tertentu yang didalamnya terkandung juga kepercayaan kepada Tuhan versi agamanya masing-masing. Pertanyaan atas keberadaan Tuhan dapat membawa seseorang kepada tuduhan yang negatif. Beberapa orang akan menjawab bahwa Tuhan ada dalam hati manusia, sehingga keberadaannya bukan untuk dipertanyakan tetapi harus diyakini. Argumen seperti ini memiliki banyak sekali kelemahan. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui penelitian kualitatif, sedangkan dalam metode pengolahan data dan penarikan kesimpulan, penulis menggunakan metode induktif, yaitu proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum. Dalam pembuktian tentang keberadaan Tuhan secara logis, setidaknya ada empat argumen, yaitu argumen ontologis yang berbasis kepada akal manusia, argumen kosmologis yang berbasis kepada fenomena alam, argumen teleologis yang berbasis kepada tujuan, serta argumen moral yang berbasis kepada moralitas. Dapat diketahui bahwa segala sesuatu yang maha besar yang terhadapnya kita tidak bisa pikirkan lebih besar lagi itu adalah Tuhan, maka Tuhan itu pasti ada. Argumen Anselmus ini sangat berpengaruh dalam sejarah pemikiran mengenai bukti adanya Tuhan. Dia menyajikan suatu bukti yang sifatnya logis karena berangkat dengan pengandaian bahwa ada sesuatu yang maha besar yang tidak ada yang lebih besar lagi dan keberadaan itu adalah bagian dari kebesaran itu maka otomatis dia tentunya akan ada. Biasanya, para teolog Kristen hanya sampai pada argumen ontologis untuk membuktikan keberadaan Tuhan namun jarang yang melakukan rekonstruksi terhadapnya. Dalam tulisan ini, pembuktian tentang keberadaan Tuhan dijelaskan bukan hanya dari aspek ontologis, tetapi juga rekonstruksi terhadap argumen tersebut.Kata-kata kunci: ontologis; Anselmus; eksistensi Tuhan; pembuktian logis; rekonstruksi ontologis","PeriodicalId":444044,"journal":{"name":"Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-11-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.54403/rjtpi.v3i2.65","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
AbstractOne of the questions that is often debated is about the existence of God. In Indonesian culture, a person who was born must have been indoctrinated with the teachings of a particular religion which also includes belief in their respective religion's version of God. Questions about the existence of God can lead someone to negative accusations. Some people will answer that God is in the human heart, so his existence is not to be questioned but must be believed. This kind of argument has many weaknesses. The researcher used a data collection method through qualitative research, while in the data processing method and drawing conclusions, the author used an inductive method, namely a reasoning process that starts from specific circumstances to general circumstances. In proving the existence of God logically, there are at least four arguments, namely the ontological argument which is based on human reason, the cosmological argument which is based on natural phenomena, the teleological argument which is based on goals, and the moral argument which is based on morality. It can be known that everything that is enormous about which we cannot think any bigger is God, so God must exist. Anselm's argument was very influential in the history of thought regarding evidence for the existence of God. He presents evidence that is logical in nature because it starts from the assumption that there is something so great that there is nothing greater and that existence is part of that greatness, so it will automatically exist. Usually, Christian theologians only arrive at ontological arguments to prove the existence of God but rarely carry out reconstructions of it. In this article, the proof of God's existence is explained not only from an ontological aspect, but also a reconstruction of the argument.Keywords: ontology, Anselm; God Existence; logical proof; ontology reconstruction AbstrakSalah satu pertanyaan yang sering diperdebatkan adalah tentang eksistensi Tuhan. Dalam budaya di Indonesia, seseorang yang lahir pasti sudah didoktrin dengan ajaran agama tertentu yang didalamnya terkandung juga kepercayaan kepada Tuhan versi agamanya masing-masing. Pertanyaan atas keberadaan Tuhan dapat membawa seseorang kepada tuduhan yang negatif. Beberapa orang akan menjawab bahwa Tuhan ada dalam hati manusia, sehingga keberadaannya bukan untuk dipertanyakan tetapi harus diyakini. Argumen seperti ini memiliki banyak sekali kelemahan. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui penelitian kualitatif, sedangkan dalam metode pengolahan data dan penarikan kesimpulan, penulis menggunakan metode induktif, yaitu proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum. Dalam pembuktian tentang keberadaan Tuhan secara logis, setidaknya ada empat argumen, yaitu argumen ontologis yang berbasis kepada akal manusia, argumen kosmologis yang berbasis kepada fenomena alam, argumen teleologis yang berbasis kepada tujuan, serta argumen moral yang berbasis kepada moralitas. Dapat diketahui bahwa segala sesuatu yang maha besar yang terhadapnya kita tidak bisa pikirkan lebih besar lagi itu adalah Tuhan, maka Tuhan itu pasti ada. Argumen Anselmus ini sangat berpengaruh dalam sejarah pemikiran mengenai bukti adanya Tuhan. Dia menyajikan suatu bukti yang sifatnya logis karena berangkat dengan pengandaian bahwa ada sesuatu yang maha besar yang tidak ada yang lebih besar lagi dan keberadaan itu adalah bagian dari kebesaran itu maka otomatis dia tentunya akan ada. Biasanya, para teolog Kristen hanya sampai pada argumen ontologis untuk membuktikan keberadaan Tuhan namun jarang yang melakukan rekonstruksi terhadapnya. Dalam tulisan ini, pembuktian tentang keberadaan Tuhan dijelaskan bukan hanya dari aspek ontologis, tetapi juga rekonstruksi terhadap argumen tersebut.Kata-kata kunci: ontologis; Anselmus; eksistensi Tuhan; pembuktian logis; rekonstruksi ontologis